Jika kamumenonton film La La Land dan sangat menyukai senyuman Mia Dolan dan Sebastian Widler di ending film tersebut maka kemungkinan kamu sepakat jika saya menyebut bahwa La La Land adalah salah satu film terbaik tahun ini.
Mendapat 14 Nominasi Oscar 2017 dan menyamai rekor film legendaris Titanic sebagai film yang mendapatkan nominasi terbanyak di ajang Oscar tentu adalah sebuah pembuktian betapa luar biasanya film musikal arahan Damien Chezelle ini.
Premis film ini sebetulnya sangat sederhana yakni tentang 2 sejoli yang berjuang meraih cita-cita mereka setelah seringkali menemui kegagalan dan bagaimana usaha serta kerja keras mereka membawa mereka ke sebuah takdir. Namun bagaimana cara Damien Chezelle mengeksekusi film ini lah yang jauh membedakan antara La La Land dengan film-film dengan tema serupa.
Melihat bagaimana Mia dan Sebastian berjuang untuk meraih cita-citanya, saya otomatis teringat bagaimana perjuangan Frieska Anastasia Laksani untuk mengisi line up member (Senbatsu) di setiap single lagu JKT48.
Sudah 5 tahun Frieska menjadi member JKT48 dan selayaknya Mia yang berkali-kali dtolak pada audisinya, pun selama itu pula Frieska “ditolak” oleh JOT untuk meraih posisi member yang membawakan single lagu di JKT48.
Total ada 15 single utama dari JKT48 yang dikeluarkan mereka semenjak Idol Grup ini memulai karirnya di ranah musik Indonesia tapi tak sekalipun Frieska terpilih menjadi Senbatsu di single-single lagu tersebut. Padahal kita semua tahu bahwa Frieksa adalah salah member generasi pertama di awal pembentukan JKT48 yang dari awalnya kurang dikenal sampai sekarang JKT48 cukup besar hingga masih bertahan ketika Grup Boyband/Girlband yang muncul di tahun yang sama ketika trend musik Indonesia begitu kencang mengadopsi musik K-Pop mulai berjatuhan.
Setiap tahunnya JKT48 selalu membuka audisi untuk member-member baru di setiap generasinya. Dan ketika melihat fakta bahwa jumlah member saat ini mencapai 67 orang dari 5 Generasi, maka rasa-rasanya semakin sulitlah harapan Frieksa untuk mencapai posisi Senbatsu yang udah jadi cita-citanya selama ini.
Terlebih di single terbaru kita bisa melihat member-member dari generasi terbaru yang lebih fresh dan berbakat sengaja dimunculkan dan mengisi posisi Senbatsu tentu dengan tujuan seperti untuk dipersiapkan sebagai member-member yang nantinya kelak akan menjadi tulang punggung JKT48 di tahun-tahun mendatang. Karir Frieska sepertinya mendekati akhir perjuangannya.
Pikiran yang sama terlintas di kepala saya ketika melihat rentetan-rentetan kegagalan Mia dan Sebastian yang diolah dengan sangat apik oleh Chezelle seperti mengarahkan penonton pada kenyataan bahwa seharusnya karir mereka sudah berakhir.
Liat saja bagaimana Sebastian, seorang Pianis Jazz berbakat dengan idelisme yang kuat dipaksa memainkan lagu-lagu Natal dengan pianonya sebagai penghibur pada sebuah kafe serta bagaimana dia akhirnya terpaksa bergabung dengan band kecil penghibur di sebuah pesta kecil yang memainkan lagu-lagu yang tentu saja lagu-lagu tersebut seperti lagu “anak-anak” yang jauh dari skill sesunguhnya dari yang bisa dia tampilkan. Atau bagaimana Mia dengan segala usahanya pada setiap casting yang dia ikuti harus selalu menerima semacam ketidakberuntungan yang berujung pada kegagalannya.
Ketidakberuntungan pula yang entah kenapa selalu menghinggap di perjuangan Frieska sejauh ini, pada momenterdekatnya pada posisi Senbatsu di mana dia hanya membutuhkan 1 kali kemenangan dengan peluang 50:50 berhadapan dengan juniornya Vanka pada event Senbatsu Sousenkyo Janken justru kekalahanlah yang harus dia terima.
Kalau saja bisa dibuat momen flasback ketika semua bisa dibuat sesuai keinginan persis seperti bagaimana momen Mia dan Sebastian berandai-andai “Bagaimana Jika” dan berakhir happy ending untuk keduanya. Saya pun seperti ingin berada di samping Frieska di saat janken dan mengarahan dia mengeluarkan batu saja alih-alih mengeluarkan kertas sedangkan Vanka mengeluarkan gunting yang akhirnya membuat dia kembali gagal masuk Senbatsu pertama kalinya.
Namun Mia dan Sebastian adalah pejuang, bagaimana mereka tidak menyerah setelah seringkali terjatuh. Bangkit dan terus berlari mengejar impiannya. Tetap rendah hati dan mau menerima hal positif dari kenyataan yang mereka hadapi.
Saya melihat Frieska pun seperti itu dan bahkan jauh lebih hebat dari itu. Tak pernah sedikitpun ada di benak Frieska untuk menyerah. 5 tahun terus bertahan bukanlah waktu yang sedikit, di saat beberapa member generasi satulainnya memutuskan untuk Graduate, Frieska masih terus melanjutkan mimpinya.
Mia dan Sebastian adalah 2 sejoli yang dipertemukan oleh takdir untuk kemudian saling mendukung satu sama lain untuk menggapai mimpi masing-masing.
Dalam konteks yang berbeda, yakni antara Idol dan Fans. Frieska memiliki Frieskavers (sebutan untuk fans Frieska) yang selalu hadir untuk mendukung Frieska. Jatuh bangun bersama, melewati suka dan duka bersama, walau tak banyak dari mereka yang menyerah namun tak sedikit juga dari mereka yang terus memperjuangkan impian Frieska hingga detik ini.
Saya mengutip sebagian tulisan Frieska pada akun Google Plus-nya menanggapi hasil voting SSK 2016 kemarin di mana bahkan untuk masuk 32 besar pun tidak tercapai.
“Masih ada besok. Dan apapun hasilnya kamu tetep sayang aku, aku tetep sayang kamu, kan? Kamu masih bisa lihat aku, aku masih bisa lihat kamu.
Sekali lagi terimakasih untuk segala usahanya buat Frieska ya”
Sebuah kerendahan hati yang dia tunjukan, semangat yang tak pernah padam, seperti mengajarkan kepada kita bahwa kegagalan bukanlah segala-galanya.
Senyum Mia dan Sebastian pada ending film La La Land bagi saya bermakna bagaimana keberhasilan mereka, senyum keikhlasan bahwa mereka tahu keberhasilan itu juga harus ada pengorbanan, dan segalanya tak selalu sempurna walau cita-cita mereka sudah berhasil tercapai.
Event SSK 2017 akan menjelang dan Frieska bersama Frieskavers tentu akan kembali berjuang bersama-sama, seberat apapun di ending-nya nanti..
Senyum Frieska dan Frieskavers semua akan terlihat manis. Apapun hasilnya.
Penulis: Wukufahdini Trijayanti - SMAN 100 Jakarta