Saking Kontroversialnya, 3 Film Lokal Ini Dilarang Tayang di Bioskop! Apa Ya Alasannya?

Kamis, 30 Maret 2017 | 09:00
Fadli Adzani

Pocong 2

Setiap sutradara pasti memiliki sisi kreativitasnya masing-masing, nggak pernah sama, pasti ada aja yang bikin beda. Namun terkadang, sisi kreativitas dari setiap sutradara yang membuat film itu nggak cocok dan nggak bisa diterima oleh insan perfilman di negaranya.

Sama aja kayak 3 film yang HAI mau bahas nih. Dari segi cerita sih bagus, tapi banyak yang bikin menimbulkan kontroversi dari film-film yang mereka buat.

Akhirnya, film-film ini gagal tayang di bioskop-bioskop lokal karena terganjal masalah perizinan hingga alur cerita yang nggak bisa diterima masyarakat.

Yuk kita lihat film lokal apa aja yang gagal tayang di bioskop Indonesia!

Dendam Pocong

Pocong jadi legenda hantu di Indonesia yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pasalnya, umat islam akan "dipocongin" ketika meninggal nanti, maka dari itu, aspek tersebutlah yang membuat pocong menjadi hantu yang sangat ditakuti.

Maka dari itu, Rudi Sujarwo, selaku salah satu sutradara legendaris Indonesia, membuat film berjudul Mimpi Pocong. Namun, film itu gagal tayang karena dianggap mengandung unsur kejahatan yang bisa diikuti masyarakat.

Akhirnya, film Pocong 2 lah yang keluar dengan cerita yang berbeda, tapi dengan hantu yang sama. Hii.. serem banget!

Buruan Cium Gue

Buruan Cium Gue
Film ini ditolak oleh seorang ustadz ternama di Indonesia karena memang mengandung unsur asusila, yang akhirnya film ini tetap dirilis dengan judul yang berbeda dan ada adegan-adegan yang dipotong gitu deh. Film ini dibintangi sama dua aktris cantik Tanah Air, yaitu Ratu Felisha dan Masayu Anastasya.

Soekarno: Indonesia Merdeka!

Well, ketika ayah lo dibuatin film, tapi ternyata film itu gagal menggambarkan ayah lo, lo marah atau nggak? Sama aja kayak Rachmawati Soekarnoputri, yang nggak senang dengan film Soekarno: Indonesia Merdeka!

Menurutnya, film itu tidak menggambarkan bapak bangsa dengan benar. Film ini dianggap menyalahi pandangan masyarakat terhadap Soekarno.

Walau demikian, film ini tetap diputar di beberapa bioskop Indonesia.

Tag

Editor : Alvin Bahar