Pengalaman Liburan Sekolah Ke Kampung Inggris, Pare. Dua Minggu Bisa "Cas Cis Cus" Kayak Bule

Selasa, 28 Maret 2017 | 06:00
Rizki Ramadan

Suasana kelas di Access English School Pare, Kediri

Pare adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kediri. Pare lebih dikenal dengan sebutan Kampung Inggris. Mengapa disebut demikian? Banyak orang yang menafsirkan sebutan Kampung Inggris karena di Pare banyak para turis dari mancanegara. Sebenarnya bukan itu. Karena di desa Palem dan Tulungrejo yang ada di Kecamatan Pare inilah terdapat banyak lembaga kursus bahasa Inggris. Oleh karena itu, disebut sebagai Kampung Inggris.

Kalian tahu ga, Kecamatan Pare terkenal lho di seluruh dunia dikarenakan di sinilah antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz‒yang saat itu masih menjadi mahasiswa doktoral‒melakukan penelitian lapangannya yang kemudian ditulisnya sebagai sebuah buku yang berjudul The Religion of Java. Dalam buku tersebut Geertz menyamarkan Pare dengan nama "Mojokuto". Di Pare, antropolog ini sering berdiskusi dan berkonsultasi dengan Kyai Yazid ibnu Thohir yang merupakan perintis adanya Kampung Inggris, yang juga merupakan salah satu narasumber yang membantu antropolog tersebut dalam menyelesaikan bukunya.

Pare termasuk kota lama. Ini terbukti dari keberadaan dua candi tidak jauh dari pusat kota, yakni Candi Surawana dan Candi Tegowangi, serta keberadaan patung "Budo" yang berada tepat di pusat kota. Ketiga peninggalan ini membuktikan bahwa Pare telah lahir ratusan tahun lalu. Dahulu di Pare terdapat jalur kereta api dari Kediri ke Jombang, tetapi sekarang hanya tersisa relnya saja dan Stasiun Pare. dahulu Stasiun Pare mempunyai jalur cabang menuju Stasiun Papar. Hanya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti kapan kota Pare berdiri dan siapa pendirinya.

Pada saat libur MID semester, tepatnya pada tanggal 10 Desember 2016 saya dan seorang teman pergi ke Pare dengan tujuan mempelajari bahasa Inggris juga buat menhabiskan liburan yang cuman 2 minggu. Ada banyak course di sana. Kami memilih Daffodil sebagai tempat kami belajar yang merupakan rekomendasi dari guru kami di sekolah.

Di pare ada dua macam tempat penginapan. Jenis pertama adalah asrama. Di sana kalian akan mendapatkan belajar tambahan plus diwajibkannya pembicaraan sehari-hari dengan bahasa Inggris. Jadi, kalian akan lebih terbiasa dalam percakapan sehari-hari. Hal ini ditujukan agar pelajar tidak kaku dalam ngomong bahasa Inggris. Jenis yang kedua adalah kos-kosan. Selayaknya kosan begitu juga di Pare ini. Biasanya sekamar isinya 3 orang, tentu saja biaya di kos-kosan lebih murah. Tapi, kalian ga dapat pelajaran tambahan juga kalian ga diwajibkan berbahasa Inggris.

Kami memilih asrama. Biaya di asrama selama 2 minggu dua ratus ribu‒belum termasuk makan. Biaya hidup di Kediri juga tidak mahal. Cukup membawa uang 6 ribu kalian udah bisa makan sepuasnya dengan sambal ayam.

Daffodil adalah lembaga yang mengkhususkan diri dalam speaking. Ada banyak kelas di sana. Kami ngambil kelas Vocabularies dan Step Two. Kalau di Pare itu udah kelas yang tinggi, karena lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Biaya buat dua kelas itu Rp. 350.000,-

Cara balajarnya pun ga membosankan, karena di sana kita yang disuruh aktif. Jadi, karena kelas kami udah agak atas maka lebih banyak diskusi, bertukar ide, debate. Dan juga ada yang namanya student of the day. Bagi yang terpilih akan persentasi mengenai apa saja dalam berbahasa Inggris. Di sinilah kita dituntut buat mengeluarkan seluruh kemampuan kita karena siswa yang terpilih ditunjuk pada hari itu juga alias ga ada persiapan. Kelasnya juga full-AC. Jadi, kita lebih nyaman dalam belajar.

Selain dua kelas itu, kita juga bisa ikut pembelajaran di luar kelas yang disebut study club. Program ini tidak diwajibkan, bagi yang mau memperdalami lagi ilmunya, maka disarankan buat ikut program ini. Kami ga pernah alpha lho buat program ini, karena di sini siswa bebas bertanya dan kita lebih dekat dengan guru yang ngajar, apalagi gurunya cewek‒bercanda.

Belajarnya juga ga tiap hari kok, cuman senin-jumat, sabtu dan minggu adalah hari libur nasional di Pare. Dua hari itu saya dan teman-teman lainnya pergi ke Kediri, biasanya kami nonton di Teather. Biaya ke Kediri ga mahal-mahal amat, cukup dengan menyewa motor dengan biaya Rp. 35.000,- untuk enam jam.

Sebenarnya bagi orang yang mau mempelajari bahasa Inggris ga perlu jauh-jauh kok. Belajar ajha di kota masing-masing. Tentunya kualitas belajar di kotamu dengan Pare berbeda. Karena di sana kita kan lebih aktif berbahasa Inggris apalagi buat yang tinggal di asrama, ngomongnya akan lebih ringan dan lancar. Kalau kamu pengen suasana berbeda, disarankan banget buat ke Pare, sekalian refreshing.

Banyak banget deh manfaat yang saya rasakan. Saya lebih mudah buat bicara bahasa Inggris. Trus, pronounsiation saya lebih bagus sebelum pergi ke Pare. Teks berbahasa Inggris juga lebih mudah dipahami. Kosa kata yang diajarkan di Pare bukanlah kosa kata biasa,karena itu adalah kosa kata yang sering digunakan dalam pembuatan teks ilmiah.

Saya juga sempat lho jalan-jalan ke Jogjakarta, ketemu sama alumni di sekolah. Ada yang di Universitas Gadjah Mada, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan universitas lainnya. Jarak tempuh Kediri-Jogja cuman 4 jam menggunakan kereta api.

Pokoknya liburan yang mengesankan deh. Baru kali itu liburan yang nambah ilmu. Ga nyesel deh bagi kalian yang pengen nyoba ke Pare, recomended banget.

Penulis: Fadil Ahmadhia Warman - MAS Perguruan Islam Arrisalah

Tag

Editor : Rizki Ramadan