Cowok, biasanya males banget kalo ngomongin soulmate. Kurang keren aja rasanya. Padahal, banyak hal yang bisa kamu ketahui ketika tau fakta tentang soulmate lho.
Apakah kamu termasuk orang yang percaya dengan adanya soulmate? Ternyata, jawabannya bisa berpengaruh ke bagaimana kita melihat dan menyikapi hubungan percintaan kita saat ini! Lalu, mungkinkah kita bertemu soulmate di sekolah atau kampus?
Apa itu soulmate?
Soulmate adalah sebutan untuk sosok yang memiliki ikatan emosional kuat, daya tarik dan kemampuan saling memahami dengan satu sosok lainnya. Kita bakal merasa hidup lebih lengkap ketika menemukan soulmate, karena sosok ini selalu menerima kita apa adanya dan memiliki selera juga ketertarikan yang sama terhadap berbagai hal.
Intinya, soulmate ini seseorang yang terkesan cocok untuk jadi pasangan kita. Saking sempurnanya sosok ini, kita mencari soulmate ini dalam pribadi orang lain buat dijadikan pasangan kita. Kita bakal mencari orang yang kita rasa tepat untuk menghabiskan waktu bersama ini dan kita cenderung akan terobsesi untuk menemukan orang ini.
Jadi, apakah soulmate itu benar-benar ada?
Pada kenyataannya, adanya konflik, saling nggak setuju sama lain dan ketidakcocokan bakal muncul secara bertahap dalam sebuah hubungan. Pada dasarnya, nggak ada manusia yang sempurna, itu artinya nggak ada cowok yang benar-benar cocok jadi pasangan kita.
Semuanya butuh kerja keras, berkembang bersama dan perubahan untuk hubungan yang baik dan memuaskan. Ketika hal-hal itu dialami sama orang yang percaya sama konsep soulmate, mereka bakal marah, kecewa dan sulit buat berkomitmen.
Hal ini muncul dalam hasil penelitian Knee (1998) yang membandingkan hubungan antara pasangan yang percaya sama soulmate dan pasangan yang nggak. Pasangan yang percaya sama soulmate merasa mereka memang ditakdirkan bersama. Beda sama pasangan yang nggak percaya soulmate, mereka merasa sebuah hubungan bisa bertahan karena keduanya memang mencoba mempertahankan.
Ketika kita percaya sama konsep soulmate, kita bakal mencari pasangan yang memang cocok sama kita. Kita percaya sebuah hubungan bisa tetap berjalan karena kita memang ditakdirkan untuk bersama, atau sebaliknya, berakhir karena kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Karena kita percaya sama hal itu, kita cuma merasa bahagia menjalani hubungan di awal, ketika masih merasa cocok satu sama lain.
Saat masalah mulai bermunculan dan sering berantem, lambat laun kita bakal berpikir buat mengakhiri hubungan. Kepercayaan soal soulmate membuat kita cenderung menyerah di tengah hubungan ketika kita merasa hubungan nggak sempurna.
Percaya atau nggak nih?
Mereka yang nggak percaya sama konsep soulmate biasanya lebih bisa diajak kerjasama dalam sebuah hubungan. Kita nggak bakal ketemu sama kalimat seperti, “Kita memang nggak ditakdirkan buat bersama,” dan semacamnya.
Mereka mau diajak berkembang dan memecahkan berbagai hal bersama, meskipun terkadang harus melalui masa sulit. Daripada meributkan perbedaan kecil, mereka lebih suka mencari jalan keluar bersama. Hasilnya, hubungan mereka akan berjalan lebih lama.
Sebaliknya, mereka yang percaya soulmate biasanya lebih takut berkomitmen. Mereka lebih mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan dalam hubungan. Ketika hubungan mereka semakin buruk, mereka akan memilih buat putus dan mencari ‘perfect match’ lainnya. Hal ini terjadi, karena mereka percaya seorang soulmate adalah sosok sempurna yang nggak akan pernah mengecewakan mereka.
Mungkin nggak sih ketemu soulmate di sekolah?
Ketemu soulmate di sekolah bakal serasa mimpi yang jadi kenyataan. Ini memang bukan hal yang mustahil, tapi cukup jarang seseorang bisa menemukan soulmate mereka di sekolah. Tim Facebook Data Science pernah membuktikan hal ini lewat projek bernama From Classmates to Soulmates.
Dalam proyek ini terbukti, hanya 15 persen pasangan yang menikah dengan high school sweetheart alias pacar SMA mereka. Dari jumlah pasangan itu pun mereka belum bisa menyimpulkan apakah mereka bersama sejak di bangku sekolah atau bertemu ketika sudah lulus. Di sisi lain, sebanyak 28 persen pasangan bertemu di kampus yang sama.
Meskipun begitu, bukan berarti kita lantas putus harapan dan nggak boleh pacaran, lho. Menurut penelitian dari Michigan State University (MSU), kita memang nggak boleh terburu-buru menentukan pilihan. Tapi, menunggu lama untuk berhubungan sama orang yang kita sukai bakal bikin kita merasa kosong dan kesepian.
Dalam penelitian ini juga disebutkan, nggak ada salahnya menjalin hubungan sampai kita merasa yakin bahwa dia orang yang tepat. Pacaran di usia kita bakal membuka wawasan tentang berbagai karakter cowok dan bagaimana kita belajar menghadapi karakter tersebut dan berbagai konflik yang menyertainya.
Jadi, selamat ‘berburu’ soulmate kita!
sumber: Lana/CewekBanget.ID