Mengenang “Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors”, Karya Anak Muda yang Abadi

Kamis, 09 Maret 2017 | 06:00
Fadli Adzani

Keenan Nasution, salah satu remaja yang saat itu ikutan LCLR

Kehidupan anak muda itu nggak jauh-jauh dari musik, entah mereka hanya menjadi penikmat atau pelaku dalam industrinya. Sekitar tiga dekade lalu, sebuah radio anak muda, Prambors, mengadakan sebuah acara yang sampai sekarang agaknya nggak pernah lekang oleh waktu. Remaja yang ikut dalam acara itu kini dikenal sebagai legenda musik Indonesia.

Memori demi memori yang dirajut dalam acara itu terus teringat di pikiran orang tua, om dan tante kalian.

Ya, Lomba Cipta Lagu Remaja atau yang biasa disebut LCLR, merupakan sebuah ajang kompetisi cipta lagu yang diperuntukkan untuk anak-anak remaja di tahun 70an akhir di Indonesia. Ajang kompilasi ini dapat disebut sebagai sejarah abadi, yang nggak akan pernah dilupakan oleh setiap penikmat musik Indonesia.

Kala itu, anak-anak muda berbondong berlomba menciptakan lagu untuk didaftarkan ke ajang bergengsi tersebut. Tentu saja, karakter musik yang ditawarkan saat itu sangat berbeda dengan sekarang, terutama liriknya, lebih puitis dan memiliki makna yang sangat dalam.

LCLR di tahun 1979
LCLR ini dapat dibilang sebagai dobrakan di dalam industri musik Indonesia, yang kala itu, anak-anak muda ingin memberikan warna baru di industri musik pop Indonesia.

Lantas, LCLR berhasil memproduksi nama-nama seperti Keenan Nasution, yang berjaya dengan lagunya yang berjudul Nuansa Bening, yang kembali dinyanyikan ulang oleh musisi muda zaman sekarang, Vidi Aldiano.

Keenan Nasution, salah satu remaja yang saat itu ikutan LCLR
Lalu ada lagu berjudul Kidung yang dibuat oleh Christ Manusama, nggak ketinggalan Khayal, lagu yang diciptakan oleh Christ Kaihatu.

Kenapa LCLR dapat dibilang abadi? Ya, nggak sedikit lagu yang diciptakan di LCLR kemudian dinyanyikan ulang oleh musisi zaman sekarang, seperti Nuansa Bening yang dinyanyikan oleh Vidi Aldiano misalnya.

LCLR ini mengajarkan kita, sebagai anak muda, untuk terus berkarya dan nggak hanya mengikuti arus utama saja, namun arus pinggir yang dapat dieksplor sedemikian rupa agar menghasilkan karya baru yang beda dari yang lainnya.

Tag

Editor : Alvin Bahar