Ibarat sayur, film Bukaan 8 tuh mirip sama capcay yang tiba-tiba dikasih sambal bawang. Bisa dimakan bareng temen-temen sambil ngobrol dan ketawa-ketawa, bisa bikin ingusan kalo keasinan, tapi bisa huh-hah juga kalo tiba-tiba dikasih sambal bawang yang pedes pake banget.
Alkisah, ada satu cowok bernama Alam Tanjung alias Alam Merdeka (Chicco Jerikho), yang merupakan seorang selebtwit ber-followers 48 ribu, blogger idealis, plus pemilik percetakan buku indie. Ia memiliki seorang istri bernama Mia (Lala Karmela), yang saat itu tengah hamil tua dan bentar lagi mau lahiran.
Kalo di-flashback ke belakang, ternyata Alam itu mesti ngehamilin Mia dulu, supaya dapet restu buat nikah. Soalnya, sebelum itu hubungan Alam dan Mia sama sekali nggak direstuin sama orang tua Mia. Ya, mungkin karena Alam yang emosian, kerjaannya nggak jelas, dan lebih mentingin idealismenya ketimbang realitas yang ada di depan mata.
Namun karena ujung-ujungnya bisa nikah juga, dan sekarang Mia udah mau lahiran, masalah lain pun muncul. Bukan lagi perkara dapet restu nikah atau nggak, Alam sekarang malah ngadepin problem baru, di mana doi nggak punya uang yang cukup buat ngelunasin biaya bersalin di kamar VIP, di sebuah rumah sakit ternama. Pasalnya, dia cuma nyiapin duit sejumlah yang tertera di brosur promosi, padahal pas istrinya mau lahiran, promosi tersebut udah habis bis bis bis…
Nah, dari cerita ringkas tadi, sebetulnya ragam unsur di dalam film produksi Visinema Pictures, yang juga melibatkan Chanex Ridhall Pictures dan Kaninga Pictures ini udah bisa kita duga-duga, kok.
Yap, film ini sejatinya menghadirkan selipan-selipan komedi, unsur cerita haru, plus sindiran-sindiran yang “njleb” buat siapapun yang ngerasa.
Ya, sebagai orang yang mengklaim diri idealis, Alam sering banget memrotes hal-hal yang nggak sesuai dengan keinginannya. Dan itu, lebih banyak sangkut pautnya dengan politik dan pemerintahan.
Pada akhirnya, situasi dan kondisi juga yang menang. Kesemrawutan Alam kemudian ditenangkan dengan kehadiran seorang bayi. Bayi yang bikin Alam sah jadi seorang ayah dan bapak.
Dari segi visual, film ini –sama seperti film-film arahan Angga– lainnya, menawarkan tone visual yang enak banget buat ditonton lama-lama. Nah kalo soal musik, ada Payung Teduh juga yang muncul belakangan dengan aransemen baru Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan, serta berhasil bikin kita adem lantaran alunannya yang…romantis.
Di film ini, Alam punya karakter yang emosian, sumbu pendek, gegabah, plus pasti bikin cewek-cewek geregetan. Sebaliknya, karakter Mia justru ditampilkan sebagai karakter wanita yang sabar, nggak pernah marah-marah –kalo dia nggak bener-bener dibikin kesel.
Sayangnya, kritik-kritik di film ini masih sedikit kerasa “nanggung” dan sedikit janggal kalo diselipin ke dalam film drama yang sesungguhnya sarat akan “rasa”, emosi, dan cerita penuh pengorbanan. Cuma kalo mengingat film adalah salah satu media komunikasi yang cukup ampuh, mungkin Angga, dan Salman Aristo selaku penulis naskah, serta para produsernya pengen ada satu selipan kritis yang bisa diterima oleh penonton. Apalagi, kritik-kritik yang dilempar itu, relate banget sama kejadian di sekitar kita pada masa sekarang.
Secara keseluruhan, Bukaan 8 adalah film yang patut kita tonton. Apalagi kalo kita mau ngeliat perjuangan orang tua dalam menghadirkan bayi mereka ke dunia. Bisa bikin kita makin respect sama mereka, plus bisa bikin kita siap-siap buat one day jadi orang tua.
Hehe…siap?