Review Film Bukaan 8: Dari Ketawa Sampai Terharu…Eh Bonus Sindiran Pula!

Rabu, 22 Februari 2017 | 07:30
Hai Online

Review Film Bukaan 8: Dari Ketawa Sampai Terharu…Eh Bonus Sindiran Pula!

Ibarat sayur, film Bukaan 8 tuh mirip sama capcay yang tiba-tiba dikasih sambal bawang. Bisa dimakan bareng temen-temen sambil ngobrol dan ketawa-ketawa, bisa bikin ingusan kalo keasinan, tapi bisa huh-hah juga kalo tiba-tiba dikasih sambal bawang yang pedes pake banget.

Bukaan 8
Yap, selayaknya capcay, film arahan Angga Dwimas Sasongko ini juga menghadirkan ragam unsur di dalamnya. Ceritanya, sih, drama suami-istri yang mau lahiran. Tapi, komedinya ada, terharunya ada (banget), dan sindiran-sindiran kritisnya pun ada.

Alkisah, ada satu cowok bernama Alam Tanjung alias Alam Merdeka (Chicco Jerikho), yang merupakan seorang selebtwit ber-followers 48 ribu, blogger idealis, plus pemilik percetakan buku indie. Ia memiliki seorang istri bernama Mia (Lala Karmela), yang saat itu tengah hamil tua dan bentar lagi mau lahiran.

Kalo di-flashback ke belakang, ternyata Alam itu mesti ngehamilin Mia dulu, supaya dapet restu buat nikah. Soalnya, sebelum itu hubungan Alam dan Mia sama sekali nggak direstuin sama orang tua Mia. Ya, mungkin karena Alam yang emosian, kerjaannya nggak jelas, dan lebih mentingin idealismenya ketimbang realitas yang ada di depan mata.

Namun karena ujung-ujungnya bisa nikah juga, dan sekarang Mia udah mau lahiran, masalah lain pun muncul. Bukan lagi perkara dapet restu nikah atau nggak, Alam sekarang malah ngadepin problem baru, di mana doi nggak punya uang yang cukup buat ngelunasin biaya bersalin di kamar VIP, di sebuah rumah sakit ternama. Pasalnya, dia cuma nyiapin duit sejumlah yang tertera di brosur promosi, padahal pas istrinya mau lahiran, promosi tersebut udah habis bis bis bis…

Bukaan 8
Di sisi lain, sebagai seorang selebtwit, Alam tentu punya musuh yang nggak suka sama pemikiran-pemikirannya yang kritis dan penuh cacimaki. Alhasil, dia pun terlibat twitwar alias perang di Twitter sampe-sampe diancam mau disomasi. Di saat bersamaan, Alam juga masih punya hutang yang belum dilunasi dari seorang lintah darat. Udah gitu…ah banyak banget deh masalah yang nimpa si Alam ini. Yang bikin pusing lagi ya…karena istrinya pun lagi dalam kondisi udah mau ngelahirin. Mabok, kan, kalo jadi Alam?

Nah, dari cerita ringkas tadi, sebetulnya ragam unsur di dalam film produksi Visinema Pictures, yang juga melibatkan Chanex Ridhall Pictures dan Kaninga Pictures ini udah bisa kita duga-duga, kok.

Yap, film ini sejatinya menghadirkan selipan-selipan komedi, unsur cerita haru, plus sindiran-sindiran yang “njleb” buat siapapun yang ngerasa.

Ya, sebagai orang yang mengklaim diri idealis, Alam sering banget memrotes hal-hal yang nggak sesuai dengan keinginannya. Dan itu, lebih banyak sangkut pautnya dengan politik dan pemerintahan.

Bukaan 8
Lanjut, nggak cuma twitwar dan protes sana sini, Alam pun –di saat bersamaan– berusaha buat jadi calon bapak dan suami yang baik. Doi mikirin cara dari A sampai Z, demi mendapatkan uang buat biaya persalinan Mia. Meski sebetulnya ada banyak cara yang bisa dilakukan, namun karena cara-cara itu bisa ngeruntuhin idealisme seorang Alam, Alam pun menolak.

Pada akhirnya, situasi dan kondisi juga yang menang. Kesemrawutan Alam kemudian ditenangkan dengan kehadiran seorang bayi. Bayi yang bikin Alam sah jadi seorang ayah dan bapak.

Dari segi visual, film ini –sama seperti film-film arahan Angga– lainnya, menawarkan tone visual yang enak banget buat ditonton lama-lama. Nah kalo soal musik, ada Payung Teduh juga yang muncul belakangan dengan aransemen baru Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan, serta berhasil bikin kita adem lantaran alunannya yang…romantis.

Bukaan 8 Foto by: Rizky Abdu Rahman
Chicco Jerikho dan Lala Karmela juga tampil apik sebagai suami-istri. Mereka hadir merepresentasikan pasangan yang seringkali ditentang orangtua, dipandang sebelah mata, dan harus berjuang mati-matian, cuma buat ngedapetin pengakuan kalo mereka tuh bisa dipercaya untuk melakukan sesuatu.

Di film ini, Alam punya karakter yang emosian, sumbu pendek, gegabah, plus pasti bikin cewek-cewek geregetan. Sebaliknya, karakter Mia justru ditampilkan sebagai karakter wanita yang sabar, nggak pernah marah-marah –kalo dia nggak bener-bener dibikin kesel.

Bukaan 8
Soal akting, Sarah Sechan dan Tio Pakusadewo, sih, beneran nggak ada tandingannya. Mereka berdua tampil mencairkan suasana, bikin penonton kesel sekaligus tertawa.

Sayangnya, kritik-kritik di film ini masih sedikit kerasa “nanggung” dan sedikit janggal kalo diselipin ke dalam film drama yang sesungguhnya sarat akan “rasa”, emosi, dan cerita penuh pengorbanan. Cuma kalo mengingat film adalah salah satu media komunikasi yang cukup ampuh, mungkin Angga, dan Salman Aristo selaku penulis naskah, serta para produsernya pengen ada satu selipan kritis yang bisa diterima oleh penonton. Apalagi, kritik-kritik yang dilempar itu, relate banget sama kejadian di sekitar kita pada masa sekarang.

Secara keseluruhan, Bukaan 8 adalah film yang patut kita tonton. Apalagi kalo kita mau ngeliat perjuangan orang tua dalam menghadirkan bayi mereka ke dunia. Bisa bikin kita makin respect sama mereka, plus bisa bikin kita siap-siap buat one day jadi orang tua.

Hehe…siap?

Editor : Hai Online

Baca Lainnya