Banyak Yang Dibikin Baper sama LaLaLa Festival 2016

Minggu, 06 November 2016 | 06:45
Hai Online

Lalala fest di Cikokol, Lembang, Bandung, 5 november 2016. Hujan yang membuat suasana semakin dingin dan berlumpur, tidak pula menghentikan untuk bersenang senang.

Macet panjang, Hujan, Lumpur, cewek-cewek cantik berseliweran, jadwal berantakan, dan kedinginan adalah kata-kata yang bisa jadi rangkuman LaLaLa Festival 2016 yang digelar di Cikole, Lembang, Sabtu (5/11) kemarin.

Padahal festival ini punya konsep yang sangat kuat dan menarik. Memadukan alam pegunungan sambil nikmatin musik pop (baca: bukan musik cadas).

Apalagi beberapa headliner termasuk yang ditunggu. Sebut aja Maliq n d'essentials, Teza Sumendra, Isyana Sarasvati, Jasmine Thompson, dan Kodaline.

Awalnya, konsep festival berjalan lancar sejak open gate pukul 12 siang. Penonton berdatangan dengan dandanan sesuai panduan di video teaser event ini yang udah bisa dilliat di situs resminya beberapa minggu sebelum hari H.

Area venue yang dipenuhi "wahana" spot foto sampai tongkrongan yang pewe, juga mulai dinikmati pengunjung. Pasangan pacaran mulai nyobain santai di hammock, tower prosotan, sampai tempat duduk-duduk dari kayu. Keruan ini jadi pemandangan seger dari sebuah festival musik yang belum pernah dibikin sebelumnya.

Yang cowok tampil kasual bak hipster kekinian (kemeja bermotif, celana skinny atau jogger, sneakers, kadang dipadu topi). Yang cewek paling pol dengan gaya 70's hippies, Indian atau gypsy look, dipadu dengan fashion items seperti chocker, off shoulder dan hot pants. Kaki-kaki mulus mereka dibalut gladiator shoes, sneakers sampai docmart. Bahkan yang sepertinya tau medan Cikole, menggantinya dengan sepatu bot warna putih, Biar tetap trendy, dan nggak keliatan seperti petugas kebersihan.

Toh, pilihan terakhir itu akhirnya yang paling benar. Karena sekitar pukul 1 siang sampai 4 sore, area venue diguyur hujan. Bukan badai, Tapi Hujan khas daerah pegunungan. Gerimis deras, seperti layaknya di musim penghujan.

Alhasil, tanah menjadi Lumpur, aliran penonton yang masuk langsung pasang kuda-kuda keseimbangan begitu meninjau area venue, padahal mereka udah berjalan cepat hujan-hujanan dari area drop zone shuttle bus ke titik ticket check point.

Sebagian penonton aman karena mengikuti himbauan panitia di situs resmi event ini agar membawa jas hujan. Sebagian lain, masih aman karena panitia juga membagikan jas hujan setelah ticket checkpoint.

Sisanya, yang nggak bawa jas hujan, terpaksa harus berbasah kuyup selama festival sampai mereka kuat.Susunan acara pun terganggu, semua jadwal manggung mundur malah ada yang batal tampil.

Tapi HAI salut untuk para penonton yang datang, mereka rela menguji keseimbangan di lautan lumpur, kadang sambil hujan-hujanan, menunggu panggung yang nggak kunjung bunyi, dengan tetap ceria gaya anak muda. Nongkrong, berbaur dan foto narsis (tetep ya?). Teriakan plus Omelan - Omelan frontal kepada panitia baru muncul di area panggung utama di mana setiap jeda artis rata-rata bisa sampai 20 menit. malah sebelum Maliq tampil, penonton harus rela menunggu sampai sejam. Itu pake deg-degan diguyur hujan lagi.

Penonton Lalala fest di Lembang, Bandung.
Mereka tetap rela menanti artis kesayangannya muncul, apapun rintangannya. Paling yang pulang duluan cuma segelintir orang yang nggak kuat bermacetan kelar bubaran konser. Merekalah penonton yang tergolong pencuri start untuk pulang (nyolong start kok pulang?hehe). Biarkanlah.

"Nggak apa-apa sih soal lumpur dan hujan. Malah seru. Tapi paling nggak ada kepastian jadwal manggungnya, dan di areanya nggak ada papan pengumuman jadwal juga. Terus minim penunjuk arah, jadi kami harus berjuang di Lumpur tanpa kepastian arah," ujar Tiwi, mahasiswi ABA Bandung, yang datang bareng pacarnya.

Itu cuma satu dari sekian protes penonton kepada acara ini tentang hal teknis.

Emang sayang banget sih, kalo acara dengan konsep kuat ini jadi dicemooh hanya karena masalah teknis.

Apalagi penontonnya sudah rela datang dan memenuhi "panggilan alam", sayang Kalo nggak didukung sama kesigapan panitia.

Pengalaman main Lumpur dan basah-basahan dan serunya nonton musik pop di area pegunungan mungkin bisa jadi kenangan indah buat penonton asalkan event ini well-prepared.

Sekali lagi, mereka pasti menunggu gelaran LaLaLa Festival tahun depan yang lebih apik, dan mungkin harusnya jangan di musim penghujan. Karena Kalo hujan, penonton pasti baper. Terbawa perasaan, yang tadinya berharap momen indah, malah jadi sumpah serapah.

Next time better, yak, LaLaLa Festival!

Editor : Hai Online