Kata Pelajar, Ini Jadinya Jika Nggak Ada Guru Di Hidup Ini.

Selasa, 29 November 2016 | 05:00
Rizki Ramadan

Peringatan Hari Guru Nasional di SMAN 65 Jakarta

Sebagai pelajar SMA yang saban hari ke sekolah dan berhubungan dengan guru, pasti pernah melewati momen ketika kita sebel banget sama guru. Entah itu karena tugasnya yang banyak, cara mengajarnya yang bikin dahi mengernyit, atau tingkah lakunya yang kadang genit. Kalau momen itu terjadi, nggak sedikit tuh pelajar yang jadinya malah sampe sebel dengan keberadaan guru atau bahkan sampe mengutuk sekolah.

Padahal, coba deh bayangin. Apa jadinya kalau di hidup ini nggak ada guru; nggak ada yang mau jadi guru? Apakah sekolah masih ada? Apakah pendidikan masih bisa tercapai?

“Guru memang bukan segalanya, tapi segalanya bermula dari guru,” itu kata Awali dari SMAN 16 Surabaya. Ya, kita perlu setuju.

Lewat guru, seperti yang disebut Dio dari SMAN 100 Jakarta, “Gue nggak punya basic baca, nulis, ngitung. Karena gue melakukan itu semua karena guru. Guru itu fondasi ilmu.”

Nggak cuma ilmu aja, bro, yang guru bisa berikan ke kita, tetapi juga bimbingan. Karena doi lebih tua dari kita, pengalaman hidupnya lebih banyak. Kita yang masih beberapa belas tahun menjalani kehidupan di dunia yang fana ini butuh banget guide dari mereka, untuk menentukan pilihan hidup. Tsaaah.

“Banyak orang bakal tersesat kalau nggak ada guru. Nggak tau mau ngapain gara-gara nggak ada yang ngajarin ini-itu. Mungkin bisa aja belajar sendiri tapi kalo nggak ada guru, kan, jadi nggak tau mana yang bener mana yang salah,” Reyna dari SMAN 91 Jakarta ikut berpendapat.

Terus, dikaitkan dengan sekolah, tempat guru paling banyak ditemukan, keberadaannya tuh bikin masa tiga tahun berada di SMA jadi lebih berwarna.

“Sekolah pasti jadi nggak ada cerita diomelin guru, kalau nggak ada gurunya,” canda Fahni dari SMAN 100 Jakarta.

Terlebih dari itu, guru adalah tonggaknya pendidikan. Setuju dong? Setuju aja deh. Hehe. Baca dulu deh nih pendapat dari Awali.

“kalau nggak ada guru, gue nggak bakal jadi kayak gini. Nggak bakal ada yang rela memperjuangkan pendidikan hingga tetes keringat terakhir. Siapa lagi, kalau bukan guru?,” kata Awali.

Ya, setuju. Guru itu perlu diapresiasi, tanpa selalu cium tangannya tiap kali ketemunya sekalipun.

Editor : Rizki Ramadan