Ada Yang Nggak Beres di Sekitar Lo? Nih 6 Tips Bikin Gerakan Sosial dari Rudolf Dethu

Jumat, 21 Oktober 2016 | 09:30
Rizki Ramadan

Rudolf Dethu

HAI tau banget, kalau sekarang ini, lo, sebagai warga sekolah lagi dihadapi banyak banget sama kebijakan baru dari pemerintah. Mulai dari kurikulum, jam sekolah yang ditambah, kebijakan rotasi guru yang membuat guru favorit lo dipindahkan, sampai soal tuduhan cara pencarian dana Pensi sebagai pungutan liar.

Perubahan sistem itu memang ada juga yang menguntungkan, tapi, ada juga kan, yang dirasa merugikan. Nah, menghadapi perubahan nggak diharapkan itulah, lo, sebagai anak muda, nggak boleh tinggal diam dan nerimo begitu aja. Lakukanlah pergerakan, suarakan pendapat lo, dan perjuangkan hak lo.

Nggak gampang memang, tapi bukan berarti nggak bisa dicoba. Hai ngerti banget, lo butuh tuntunan. Untuk itu, HAI menemui Rudolf Dethu atau akrab disapa Bli Dethu. Pria berkumis ini adalah mantan manajer band punk Superman is Dead yang sekarang aktif banget melakukan gerakan propaganda. Aksinya yang paling santer adalah keterlibatannya di gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa di Bali. Selain itu, bli Dethu kini juga punya gerakan baru, yaitu forum Muda, Berbuat dan Bertanggung Jawab yang bisa diakses di www.forummbb.org. Kepada bli Dethu, HAI minta tips untuk anak muda melakukan pergerakan sosial. Mari disimak! Pasti bermanfaat.

1. Paham Masalah Sampai Akarnya

Nggak mau, kan, jadi tong kosong yang nyaring bunyinya? Yap, sebagai pelaku pergerakan, kita perlu paham dulu masalah yang akan kita lawan.

“Pemahaman tentang apa yang terjadi itu sangat perlu, terutama untuk mereka yang ada di pucuk pimpinan. Ketika sudah tau dan sudah yakin dengan apa yang terjadi, barulah kita membentuk kelompok,” katanya.

Yap, Jadi, kalau lo mau protes soal kebijakan rotasi guru, misalnya, coba baca dulu undang-undangnya serta surat kebijakan yang diturunkan oleh gubernur terkait masalah itu.

2. Pilih ketua yang baik

Nggak kalah penting, gerakan harus dipimpin oleh seseorang. Tentu, pemimpinnya pun harus yang paham masalah, dan diakui kapabilitasnya oleh anggota.

“Dia akan menjadi ‘dewa’. Ketika terjadi adu argumen atau kisruh berkepanjangan, dia menjadi penentu pilihan. Jadi, pemimpin yang kita pilih adalah dia yang memang memiliki kapabilitas,” kata bli Dethu.

3. Membentuk Kelompok Kerja

Biar terorganisir dan bisa mencapai tujuan dengan baik, gerakan perlu pembagian kelompok kerja. Menurut Bli Dethu, seenggaknya ada tiga kelompok yang diperlukan, “Departemen hukum. Departemen media sosial dan departemen pop. “ kata Bli Dethu.

Di gerakan Bli Dethu, departemen pop itu bertugas untuk membuat gerakan bisa membumi dan diikuti orang banyak. Caranya, dengan merangkul publik figur, seperti band dan seniman. “Dengan pendekatan populer anak muda jadi tertarik. Ketika suka sama suatu band, kan, kita jadi pengen jadi bagian dari (gerakan) mereka juga.” Di lingkup sekolah, lo bisa ngajak teman lo yang cakep, teman lo baik, atau temen yang jago lawak untuk ngerangkul massa.

4. Matang Ketika Turun Ke Jalan.

Beres urusan organisasi, dan sudah mengimpun massa yang banyak, saatnya kalian turun ke jalan dan mulai menyuarakan pendapat.

“Turun ke jalan itu nggak semata-mata demonstrasi bentuknya. Kita bisa pergi ke sekolah-sekolah, mengunjungi masyarakat untuk menyebarluaskan informasi yang benar versi kita atau dalam bentuk diskusi. Turun ke jalan itu perlu untuk menunjukkan gerakan dan tekanan. Dengan tertekan, pihak yang kita tentang nggak bisa maju,”

5. Cermat Menghadapi Kritik.

Bukan nggak mungkin kritik mampir ke kuping kalian setelah melakukan gerakan. Tapi jangan melawan kritik dengan emosi seperti yang diingatkan oleh Bli Dethu.

“(Kritik) Jangan langsung ditanggapi. Dibicarakan dulu dengan pihak internal. Dan di situlah pentingnya departmen hukum,” katanya.

Di lingkup sekolah, penting banget tuh untuk ajak teman-teman kamu yang jago debat dan wawasannya luas gabung.

6. Riset Keberhasilan Gerakan

Selesai turun ke jalan, bukan berarti gerakan kalian berhasil begitu saja. Bli Dethu mengingatkan bahwa kita perlu memiliki indikator yang bisa mengukur keberhasilan gerakan.

“Kita perlu tahu gerakan kita sukses atau nggak. Terserah cara mengukurnya gimana, bisa lewat hitungan jumlah orang yang ikut beraksi. Dengan riset, kita bisa tahu juga apa yang perlu dikurangi dan apa yang perlu ditambah.”

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya