Profesi Dubber: Kerjaan Paruh Waktu yang Bayarannya Ternyata Gede

Rabu, 19 Oktober 2016 | 05:30
Alvin Bahar

Ilustrasi dubber

Penggemar film kartun, drama seri Korea, atau telenovela pastinya nggak asing lagi dengan profesi dubber. Dengan bantuan dubber, film drama Korea favorit tentunya bisa lebih dinikmati karena kita dapat langsung memusatkan perhatian pada jalan cerita, bukannya repot membaca teks terjemahan untuk dapat memahami jalan cerita, hehe.

Yang paling terbantu dengan keberadaan dubber tentunya pas kita masih kecil dulu. Kita dapat tertawa terbahak-bahak menyaksikan keusilan Giant atau Nobita dalam Doraemon. Atau inget nggak saat sedih ketika Shin Chan dimarahi sang mama, Misae, karena keusilannya?

Pekerjaan sebagai dubber bagi sebagian orang terkesan mudah. Namun, apakah benar seperti itu? Pada kenyataannya, nggak semua orang dengan mudahnya menjadi seorang dubber. Dibutuhkan suara yang berkarakter untuk bisa melakoni profesi ini. Maklum sob, seorang dubber harus mampu mengeluarkan suara yang sesuai dengan karakter yang diperankannya, entah protagonis ataupun antagonis. Bukan hanya itu, dalam proses merekam suara baru untuk dijadikan sebagai pengganti suara baru, para dubber dituntut memiliki kemampuan berekspresi yang sangat baik sehingga sajian film yang sudah dialihbahasakan tetap menarik untuk ditonton.

Di Indonesia, profesi seorang dubber boleh dibilang cukup menjanjikan. Terlebih lagi profesi ini sangat dibutuhkan banyak perusahaan yang bergerak di bidang industri perfilman maupun periklanan. Bayaran yang diterima pun cukup menggiurkan untuk sebuah pekerjaan yang bisa dilakukan secara paruh waktu lho.

Banyaknya penghasilan seorang dubber sangat tergantung pada banyaknya naskah atau karakter yang diperankannya. Semakin senior seorang dubber juga turut menentukan “harga” jual suara mereka. Asyiknya lagi, dalam melakoni pekerjaan ini, mereka nggak perlu berdandan menor atau berpakaian formal dengan sepatu lancip layaknya pekerjaan kantoran.

Miftahul Jannah adalah salah satu orang yang merasakan nikmatnya menjadi seorang dubber. Pengisi suara Misae (mama Shin Chan) ini mengawali kariernya sebagai dubber pada 1992 secara nggak sengaja lantaran diajak seorang temannya untuk melakukan tes vokal. Film kartun asal Meksiko, Magic Round merupakan film pertamanya sebagai dubber. Di film ini, ia berperan sebagai nenek sihir. nggak berapa lama, ia pun kembali mengisi suara sebagai Nona Filo dan Bibi Taz dalam serial telenovela Maria Mercedes.

“Pada saat itu (1992), honor yang diterima cukup besar buatku,” ujar Miftah, dikutip dari Kompas. Maklum aja, uang ratusan ribu di saat itu bisa untuk menyenangkan diri sendiri dan keluarga. Terlebih lagi pada saat itu ia masih lajang. Bermodalkan kecintaan pada dunia teater, Miftah muda memang selalu tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler teater. Kecintaan pada dunia seni peran ini pula yang mengantarkannya menjadi seorang dubber.

“Sampai kapan pun aku mencintai dunia ini,” ujar ibu dua anak ini.

Selain menghasilkan uang yang cukup lumayan untuk keluarga kecilnya, profesi sebagai seorang dubber membuatnya tetap eksis sebagai ibu rumah tangga karena bisa dikerjakan di sela-sela waktu luangnya mengasuh sang buah hati. Walaupun dikerjakan secara paruh waktu, ternyata penggemarnya cukup banyak. Prestasi demi prestasi pun ia rasakan, terlebih saat terpilih menjadi pengisi suara Jessy dalam film layar lebar Toy Story 2 dan Toy Story 3. Tentu saja keberhasilannya sebagai pengisi suara film layar lebar produksi Disney cukup membanggakan karena proses seleksinya terbilang cukup ketat.

Malang-melintang dalam dunia alih suara tak membuat Miftah bosan karena karakter yang diperankannya pun selalu berbeda-beda. Miftah hanya berharap profesi yang membuat anak kecil semakin menikmati film kegemaran mereka ini akan semakin dihargai dan diperhatikan. Tertarik jadi seorang dubber?

Tag

Editor : Alvin Bahar