Wah, Jangan-Jangan ini Penyebab Konser Morrissey Berakhir Tanpa Pamitan

Kamis, 13 Oktober 2016 | 13:30
Hai Online

Konser Morrissey di Jakarta

Sekitar 5000 pasang mata yang memadati GBK Sports Complex Senayan masih menunggu apa yang bakal keluar dari panggung konser Morrissey, Rabu (12/10) – termasuk gue. Penyanyi yang sekarang berusia 57 tahun ini baru aja mencuci otak kita semua dengan video-video yang mengganggu pikiran: Video penjagalan hewan ternak pabrik industri pengolahan makanan di berbagai negara. Video ini, tentunya mengiringi lagu Meat is Murder (1985) yang emang bercerita tentang prinsip hidupnya sebagai seorang vegetarian. Intinya, sebagaimana Morrissey meyakininya selagi masih bersama The Smith, bahwa makanan yang berasal dari hewan sama dengan pembunuhan dan pembantaian terhadap makhluk yang seharusnya berhak terus hidup.

"Well I was going to say you're incredibly nice. I would say that life must change to all new world. No bird, no fish, no animal. Enough enough enough," ujarnya menutup lagu yang terakhir ia nyanyikan. Kemudian muncul kalimat di layar backdrop panggung:

Apa Alasanmu Sekarang? Daging Adalah Pembunuhan…

Nonton videonya aja, udah bikin banyak perasaan muncul. Ngeri, Jijik, aneh, berpikir, mungkin juga ketawa-ketawa doang. Tapi sebagian besar, pasti akan “terganggu” pikirannya terkena terpaan video berdurasi sekitar 6 menit itu. Sekadar info, footage video itu kerap diputar Moz saban membawakan lagu ini. Karena dia merupakan aktivis hak-hak hewan, maka PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) , sebuah organisasi yang mendukung pemanfaatan hewan secara bijak, memasoknya dengan materi ini sebagai “penyampai pesan” di panggung.

Kalau kamu salah satu fans berat Moz, pasti langsung tepuk tangan begitu kalimat itu muncul. Yang bukan, mungkin hanya penikmat beberapa hitsnya aja, bisa jadi hanya manggut-manggut sambil menunggu aksi apa yang terjadi berikutnya.

Sayangnya, kejadian yang terjadi berikutnya jelas malah mengecewakan kedua jenis fans Moz tadi.

Padahal, sepanjang konser keliatannya baik-baik aja. Emang sih, untuk berinteraksi Moz lebih memilih kalimat-kalimat singkat. Tapi karena Moz yang bicara, para penonton pun nggak ambil pusing. Seperti pas kelar lagu Let Me Kiss You, Moz bertanya, “Do You Like Donald Trump?” yang pastinya dijawab dengan ‘No’ oleh sebagian besar penonton.

Lalu pada saat ia menanyakan lagu apa yang harus dia mainkan, lalu penonton berlomba-lomba meneriakkan judul lagu, lalu dengan gaya genitnya sambil mengacungkan ke arah suara-suara tadi sambil bilang, No, No, No, and No!

Kami tau kok nggak ada yang namanya request lagu di konser Morrissey. Tapi kami tetap menganggap ini hiburan yang menyenangkan. Apalagi melihat aksi penyanyi yang udah nggak muda lagi ini masih bisa bercanda.

Makanya, melihat Moz menghilang ke belakang panggung dan nggak balik-balik lagi itu bikin kecewa. Awalnya, gue pikir itu hanya trik mancing encore belaka. Tapi lho, kok tiba-tiba krunya pada naik panggung juga membereskan alat-alat dan instrumen? Oh, mungkin…

Ah semua orang terbengong-bengong begitu tampak kru lokal juga naik ke panggung. “Udah abis? Lha kentang (tanggung) banget!” begitu gerutu semua penonton.

Meat is Murder jadi lagu ke-19 dalam set list Moz dan jadi pamungkas. Tapi tentunya, di konser manapun, apalagi dengan die harder fans yang nggak bisa dibilang sedikit, layak diberi encore. Kayaknya terlalu culun kalo seorang Moz masih perlu teriakan klasik “we want more” yang diulang-ulang untuk keluar panggung lagi dengan jumawa.

Dan setelah lampu tembak berwarna kuning terus menyorot ke arah penonton, gue pun akhirnya nyerah dan mengakui: Konser ini sudah berakhir, gue harus keluar dari area festival dengan pertanyaan berkecamuk di dada: Jangan-jangan si Moz ngambek? Apakah ada sesuatu terjadi di panggung sana, atau ada sesuatu yang ia liat dan membuatnya turun panggung tanpa pamitan?

Jadi ingat peraturan tertulis yang disebarkan oleh promotor kiosPLAY tentang tata tertib liputan yang disarikan dari manajemen Morrissey beberapa hari sebelum konser. Di peraturan itu tertulis, nggak boleh ada segala bentuk rokok, vape atau korek di area konser. Lalu makanan dan minuman yang mengandung hewan juga akan disita di gerbang bila ketauan di pemeriksaan.

Jangan-jangan ada yang ketauan melanggar itu? Lantas gara-gara itu si Opa jadi memutuskan untuk cabut tanpa pamitan? Huff…

Rasa kecewa penonton sebenarnya standar juga sih. Paling banyak karena mereka merasa ada beberapa lagu hits yang belum dinyanyikan, atau ada juga yang merasa konser ini terasa terlalu singkat. Emang sih, untuk ukuran Morrissey, kemunculannya di panggung sekitar pukul 20.00 WIB dan menghilang sekitar pukul 21.55, jadi terasa singkat. Apalagi Moz cenderung memilih berinteraksi singkat aja dengan penonton. Terasa banget pengen buru-buru kelar.

Lagu-lagu hits Morrissey/The Smith yang belum dinyanyikan, dan memang bisa dinikmati juga oleh fans kelas bulu (bukan kelas berat), misalnya The More You Ignore Me, The Closer I Get, Irish Blood, English Heart dan dua lagu yang makin ngetop gara-gara film 500 Days of Summer, There Is a Light That Never Goes Out dan Please, Please, Please, Let Me Get What I Want

“Ah kalo The More You Ignore Me sih nggak mungkin dibawain. Udah lama itu nggak pernah dinyanyiin lagi di setlist Moz,” ujar Yunara Gunarso, seorang fans berat asal Pamulang yang malam itu nonton di dekat bibir panggung.

Toh, sebuah foto yang beredar viral di sosial media memperlihatkan sobekan kertas bertuliskan daftar lagu yang biasa ditempel di lantai panggung sebagai panduan urutan lagu. Di sana tertera nomor 19: Meat is Murder, kemudian Encore :What She Said.

Memang bukan lagu yang diharapkan, tapi lagu dari album yang sama dengan Meat is Murder ketika Moz masih di The Smith itu, paling nggak bisa jadi klimaks yang oke seraya berpamitan.

Lantas apa yang membuatnya menghilang tanpa pamitan? Masih misteri sampai tulisan ini dibuat. Malah, pihak kiosPLAY lewat pesan singkat Whatsapp sudah menyatakan, “Saat ini belum bisa kasih statement apa-apa.”

Sambil membuat tulisan ini, saya melakukan riset kecil via Mbah Google untuk mencari tau apa yang membuat Moz marah di panggung. Beberapa di antaranya membuat konsernya gagal. Beberapa diantaranya terjadi karena:

  1. Disinggung soal orientasi sex-nya (kalo ada yang kayak begini malam itu, asli keterlaluan sih.)
  2. Diganggu oleh penonton kayak dicederai, ditimpuk benda, disergap untuk diambil bajunya secara paksa di atas panggung. (Mungkin ini alasan dia lebih baik membuka sendiri kemejanya dan melemparnya ke arah penonton dan mengakibatkan satu orang cedera karena rebutan. Fyi, salah satu orang yang berhasil mendapat bagian sobekan lengan kemejanya adalah vokalis D’massiv, Rian Ekky Pradipta (Info penting banget…hehe)
  3. Menyinggung penyakit kanker yang dideritanya.
Asal tau aja, yang terakhir ini sempar bikin fans Moz di Polandia geger. Pasalnya ada seorang penonton asal London yang meneriaki tentang penyakitnya. Pemberitaan yang pernah dilansir dailymail.co.uk menulis bahwa penonton itu meneriaknya dengan “Bahasa kasar tentang penyakitnya dan chauvinistik (Di luar aturan tenggang rasa) ”

  1. Mengganggu jalannya konser

Di konsernya pada tahun 2009, di Odense, Denmark, Moz mengusir orang yang berteriak-teriak kayak , “just shut up, and sing” , atau “get off the stage”. Moz langsung memerintahkan bandnya berhenti bermain dan menyuruh orang itu keluar.

Nah, lalu apa yang terjadi malam itu? Terlepas dari insiden rebutan kemeja yang akhirnya robek itu, kayaknya baik-baik aja. Tapi emang ada beberapa orang “katro” yang cuek merokok di barisan belakang penonton. Entah bagaimana bisa lolos dari scanning petugas. Kalau itu alasannya, berarti kami semua lagi apes, dan masih untung bisa menikmati 19 lagu keren dari Moz. Semoga Tuhan memberikan pencerahan padanya tentang bahaya rokok. Sial!

Dan gue nggak bisa menduga-duga lagi sampai tulisan ini pun sudah sampai di akhir tenggat waktu. Paling saya hanya meminjam ide dari tulisan di layar panggung Moz pada saat lagu Meat is Murder kelar dinyanyikan.

Apalagi Alasanmu Sekarang, Moz?

Your leaving is murder

Editor : Hai Online

Baca Lainnya