Opini Pelajar: Menimbang Rapor Kurikulum 2013.

Rabu, 05 Oktober 2016 | 13:00
Rizki Ramadan

Kelas Super Bubar

Kurikulum 2013 atau Kurtilas, yang masih berlaku di beberapa sekolah percontohan masih menyisakan pro dan kontra. Pada dasarnya, Kurtilas murid menilai siswa juga berdasarkan aspek keterampilan dan sikap, di samping aspek pengetahuan. Nah, itu berarti bahwa Kurtilas juga berprisip bahwa siswa harus lebih aktif dalam pembelajaran. Di tengah tujuan baik Kurtilas ini, ternyata masih ada perdebatan di kalangan pelajar soal dampak Kurtilas. Sebagian merasa diuntungkan oleh Kurtilas, sebagian justru merasa dirugikan. Hari ini, gue menanyakan kepada tigapuluh siswa secara acak dari berbagai kelas dan jurusan soal dampak Kurtilas bagi mereka sebagai pelajar. Duabelas di antara mereka merasa diuntungkan, sedang tujuhbelas di antaranya merasa dirugikan. Kenapa begitu, ya?

Yang Setuju Bilang…

Kurtilas yang menekankan inisiatif dan keaktifan siswa dalam proses belajar-mengajar menjadikan mereka lebih terlatih, baik untuk menyampaikan pendapat dan berdiskusi, menjelaskan suatu fenomena di hadapan umum, serta terlatih untuk menulis. Maklum, di Kurtilas, ada banyak banget tugas berupa presentasi materi dan menulis makalah. Segi penilaian melalui banyak aspek juga menguntungkan bagi siswa, karena siswa jadi dihargai dengan kelebihannya masing-masing.

Selain itu, sebagian mengakui kalau Kurtilas memberikan mereka kesempatan untuk mengeksplor materi yang dipelajari lebih dalam lagi melalui berbagai sumber, seperti internet, media cetak, buku, dan lainnya. Sehingga materi yang diterima memberi pemahaman yang lebih luas dan nggak textbook-based banget. Kurtilas juga memberi kesempatan bagi pelajar untuk menyuarakan sudut pandangnya tentang sebuah materi dalam sesi diskusi yang sering diadakan. Makanya, pelajaran jadi lebih asik dan nggak monoton, alias nggak hanya duduk dan dengerin guru mengajar.

llmu yang diserap siswa dengan sistem pembelajaran di Kurtilas dapat jauh lebih banyak dibanding KTSP (kurikulum sebelumnya,RED), sehingga menguntungkan murid. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa Kurtilas mempersiapkan kita untuk bersaing di era global, wuih!

Yang Nggak Setuju Bilang….

Tugas-tugas yang diberikan membebankan karena tingkat kesulitannya serta jumlahnya yang banyak. Kita terkadang dituntut untuk mencari materi secara mandiri yang ujung-ujungnya bikin kita bingung sendiri karena nggak paham. Mereka juga merasa bahwa guru menjadi sangat pasif di kelas. Kadang pula, beberapa guru nggak menggugah semangat belajar siswa karena terlihat terlalu cuek dengan pelajaran yang berlangsung. Intinya, mereka yang merasa Kurtilas merugikan, merasa terbebani karena tuntutan untuk belajar secara aktif, yang mana menyebabkan banyaknya tugas dan menumpuknya jam belajar yang terlalu berat.

Sedangkan menurut pengakuan seorang guru Sejarah Indonesia di SMAN 3 Depok, Ibu Lina Herlina, Kurtilas bikin mengajar makin padat. Di samping itu, beliau mengakui bahwa ada beberapa kendala dalam penerapan Kurtilas. Di antaranya terjadi di beberapa sekolah, yaitu; kurangnya pelatihan dan kurang efektifnya penilaian dari tiga aspek (sikap, keterampilan, pengetahuan) oleh guru, juga komputerisasi untuk sebagian guru.

Lantas, Solusinya?

Menteri Pendidikan sebelumnya, Pak Anies Baswedan, memang sudah membatalkan kurikulum ini secara resmi pada akhir tahun 2014. Alasannya, memang belum ada keseragaman kualitas pengajar dalam menjalankan fungsi sebagai fasilitator kelas.

Memang akhirnya, sekolah percontohan harus pro aktif untuk memberi masukan ke Kementerian Pendidikan supaya Kurtilas yang sebenarnya bertujuan mulia ini bisa diterapkan secara nasional kembali.

Pelatihan untuk pengajar jadi hal mendasar yang harus dituntaskan. Bagaimana bisa mengajarkan murid untuk aktif dan berinisiatif tinggi, kalo gurunya sendiri bingung di kelas?

Yuk, dukung pengaplikasian Kurtilas buat jadi lebih baik lagi! Salam pendidikan!

Oleh: Widya Salsabila - SMAN 3 Depok

Tag

Editor : Hai Online