"Peper", Ajang Perjodohan Sekolah Homogen: Pangudi Luhur vs Tarakanita Satu

Rabu, 28 September 2016 | 07:30
Fadli Adzani

Pacaran VS Puasa part 1

"Peper itu artinya pertemuan pertama atau pesta pertama," ujar Gregorius Argha, seorang anak Pangudi Luhur (PL) yang sedang menjelaskan tradisi sekolahnya dan Tarakanita Satu (Tarki) ketika diajak ngobrol bareng HAI di kawasan Sambas, Jakarta Selatan, pada Selasa (27/9).

Yap, mungkin kalian pernah denger bahwa dua sekolah SMA Katolik homogen ini selalu bareng-bareng di setiap aktivitasnya, seperti pentas seni, merayakan natal bareng, hingga siswa siswinya pun nggak sedikit yang berpacaran. Seru banget ya dua sekolah ini, hehehe.

Nah, kembali lagi ke masalah peper nih, geng. Ternyata, peper itu, menurut temen-temen PL dan Tarki, sudah berlangsung sejak tahun 1990-an. Tapi, ada juga yang menegaskan bahwa peper baru mulai pada tahun 2000-an. Ya pokoknya peper ini adalah tradisi yang setiap tahunnya dirasakan oleh warga PL dan Tarki kelas 1.

"Jadi, awal cerita peper itu sekadar tradisi aja, karena dari awal memang PL dan Tarki sudah sangat dekat dari segi sejarah, acara-acara sekolahnya, serta siswa-siswinya. Jadi, ada yang inisiatif membuat acara Peper deh pada tahun 1990-an atau 2000-an gue lupa," papar Argha.

Namun, banyak syarat unik yang harus dilakukan siswa PL dan siswi Tarki untuk bisa meraih peper itu. Seperti yang diceritakan Argha nih, bro. Katanya, kalau mau ikut dalam acara Peper, siswa PL nggak diperbolehkan bertemu dengan siswi Tarki hingga acara Peper itu berlangsung!

"Tapi, untuk meraih Peper itu, PL dan Tarki punya syaratnya masing-masing. Kalau di PL nih, sebelum kita bisa ikut Peper, pada saat kelas 1 kita nggak boleh ketemu anak-anak Tarki," ujarnya bercerita.

"Tapi ya ada aja sih dari kita yang bandel untuk ketemu, hehehe," paparnya melanjutkan.

Jodoh yang Terorganisir

Seperti yang sudah diceritakan di awal, Peper itu bukan acara resmi sekolah, melainkan diinisiasi oleh siswa-siswanya sendiri, dari senior maupun alumni. Maka dari itu, Peper sangat terorganisir, dari tim kepanitiaan hingga anggotanya.

"Peper itu terorganisir, ada panitianya, ada penggalang dananya buat nyewa restoran yang nantinya bakal digunakan untuk Peper. Nah, karena ada ketuanya, setiap tahun bakal ada pemilihan ketuanya juga, nah itu dipilih sama ketua dari tahun sebelumnya," paparnya.

Bahkan, nggak cuma kelas satu aja yang terlibat di dalam persiapan acara Peper ini, tapi juga para seniornya membantu mereka di dalam segala perintilan dan persiapan peper tersebut.

Yang bikin hati para siswa PL dan siswi Tarki nggak sabar dan deg-degan buat ikutan peper adalah undian, semacam arisan, tapi bukan uang yang menjadi incarannya nih, guys, melainkan gebetan, hehehe.

"Jadi nanti ada undian gitu, kita ambil undian, nah di dalam undian itu ada nama yang bakal jadi pasangan kita pas malam peper. Di malam itu, kita sebagai anak PL disuruh pake baju yang paling keren biar keliatan ganteng," katanya.

"Tapi ya nggak perlu pacaran juga, itu kembali ke anak-anaknya masing-masing aja, kalau emang suka sama suka ya pacaran, tapi kalau nggak ya jadi temen aja. Sampai saat ini banyak kok yang akhirnya pacaran karena peper," tutur si Argha yang menjabat sebagai Humas OSIS PL ini.

Saking seriusnya acara ini, Argha mengakui bahwa nggak sedikit senior yang membuat kartu Peper, ya gunanya untuk masuk ke acara Peper tersebut.

"Di kartu itu ada gambar anak PL dan Tarki yang sedang berpegangan tangan lho," tuturnya.

Bagi kalian yang penasaran ada apa aja sih di acara peper itu? Si Argha punya jawabannya nih. Yuk simak!

"Peper itu isinya ada permainan antar anak PL dan Tarki, lalu juga ada acara musik seperti ngeband, jadi senior kita kayak 'nikahin' kita aja, ini adalah tradisi yang istilahnya nggak boleh putus," tegasnya.

Namun sayang, Argha dan teman-teman seangkatannya tidak bisa merasakan malam peper, karena angkatan mereka adalah angkatan terakhir yang tidak sempat merasakan serunya peper ini, guys.

"Kita sih bete banget, karena kita udah nyiapin segala macamnya, seperti tempat untuk peper, dananya, panitianya, dan lain-lain," pungkasnya.

Perlu diketahui, sudah tiga tahun peper tidak dilaksanakan, karena menurut Argha, pihak sekolah melihat bahwa peper adalah tradisi yang tidak penting dan negatif. Padahal, tradisi itu hanya dilakukan untuk mempererat tali pertemanan dan sejarah yang dimiliki oleh siswa PL dan siswi Tarki.

Kata Cewek-Cewek Tarki

Siswi-siswi Tarki yang cantik itu seakan memang sudah ter-program untuk suka sama siswa PL. Kenapa sih?

"Karena sekolah kita kan memang banyak melakukan aktivitas bersama, dari misa bareng, natalan bareng, dan lain-lain," ujar Nandita Dhanesvari, siswi kelas 3 Tarki yang ternyata juga temenan sama si Argha.

"Bahkan, kalau Tarki ada acara seperti pentas seni, tim keamanannya itu cowok-cowok PL, hehehe," paparnya.

Selain itu, PL dan Tarki adalah dua sekolah homogen di Jakarta yang memang sudah lama berdiri, Tarki dari tahun 1962, sedangkan PL dari tahun 1965. Karena faktor sejarah itu, jadi siswa dan siswinya merasa ada ikatan.

"Sudah jadi mind set aja sih sebenarnya!" pungkas Nandita.

Begitu pula dengan siswa PL, yang mengaku bahwa siswi Tarki itu beda dari cewe-cewe di SMA lainnya.

"Siswi Tarki itu punya selera yang beda, seperti fashion, dan selera musiknya juga bagus," jelas Argha.

"Ekskul-ekskul di Tarki juga cewek banget deh, mungkin karena itu kali ya kita jadi tertarik."

Editor : Hai Online

Baca Lainnya