Kampus Prasetiya Mulya emang udah terkenal berhasil banget mencetak pebisnis-pebisnis muda yang usahanya juga bukan usaha biasa. Namun, bukan sisi bisnis mencari keuntungan aja yang ditekankan sama kampus ini kepada mahasiswanya. Mereka juga punya, lho, mata kuliah yang ditujukan untuk meningkatkan social awareness mahasiswanya sedari muda. Namanya, Community Development II.
Kenapa II?
Jadi gini. Di Universitas Prasetiya Mulya itu, kalo kita kuliah bisnis atau marketing, kita bakal menjumpai mata kuliah Community Development. Pada mata kuliah Community Development I, mahasiswa Prasmul (singkatan Prasetiya Mulya, RED) wajib melakukan kerja sosial minimal 20 jam selama semester 2 di panti sosial atau komunitas tempat tinggal dan melakukan social project dalam kelompok.
Nah, pada mata kuliah Community Development II, mahasiswa dalam kelompok bakal menjalankan program pengembangan kapasitas dan kesejahteraan masyarakat melalui aktivitas kewirausahaan saat libur semester selama satu bulan menjelang semester 6, dan melakukan project monitoring dan bimbingan selama semester 6.
Bantuin Mitra Usaha Desa
Di mata kuliah ini lah, mahasiswa bakal diajak untuk berlatih meningkatkan kepedulian sosialnya, plus mengalami keseruan-keseruan yang mungkin nggak didapatkan di kampus lain. Pasalnya, masing-masing kelompok tadi bakal dikirim ke kawasan-kawasan non kota, macam desa. Di sana, mereka dibebani tanggungjawab untuk membantu masyarakat setempat membangun bisnis yang bisa sustain alias berlangsung lama. Mirip-mirip KKN alias Kuliah Kerja Nyata, kalau di kampus lain. Tapi, alih-alih cuma membantu pekerjaan warga setempat atau membantu membangun desa di periode jangka pendek aja, mahasiswa di sini “dipaksa” untuk membuat masyarakat setempat bisa membangun usaha. Keuntungannya nanti, ya buat masyarakat setempat itu juga.
“Jadi setiap kelompok akan terdiri dari 7 sampai 8 mahasiswa yang akan membantu masyarakat di desa atau kecamatan yang udah dipilih. Masyarakat nanti dibantu mahasiswa, mulai dari bikin logo, kemasan, sampai didistribusikan ke pasar,” terang Muhammad Setiawan Kusmulyono, MM, alias Mas Kelly, Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat SBE Universitas Prasetiya Mulya, dalam acara Media Talk “Pengabdian Inklusif dan Berkelanjutan melalui Aktivitas Entrepreneurship”, di Jakarta, Senin (26/9).
Kalau biasanya dalam kegiatan KKN, pihak kampus bakal menyewa atau minimal memberikan dana kepada pemilik rumah yang bakal ditinggali mahasiswa, maka di mata kuliah Community Development II ini, biaya-biaya semacam itu bakal ditiadakan. Sebagai pengganti, mahasiswa akan menyumbangkan ilmunya buat membantu Mitra Usaha Desa (sebutan bagi masyarakat yang setuju dibantu oleh mahasiswa) untuk mengembangkan bisnis (jika sudah ada) atau membuat bisnis baru.
“Nanti ide usahanya bukan datang dari mahasiswa. Karena kita juga menyadari kalau kebiasaan atau selera masyarakat kota dan masyarakat desa pasti berbeda. Maka, ide nanti datangnya dari warga, mahasiswa hanya membantu saja. Kemudian ketika usaha itu dijalankan, mitra usaha tadi akan diberikan modal. Cuma bukan hard cash, melainkan modal dalam bentuk alat-alat yang bisa digunakan untuk produksi,” lanjut mas Kelly.
Ide usaha yang datang dari Mitra Usaha Desa tadi pun bisa bermacam-macam. Produk makanan atau layanan, kayak percetakan dan menjahit pun bisa. Salah satu contohnya, ada kang Herawandi dari Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Ketika diajak bermitra oleh mahasiswa Prasmul, Kang Hera kepikiran untuk menggagas usaha Lantak Pisang Balap yang memiliki produk keripik pisang. Berkat bantuan mahasiswa Community Development II, dan diiringi kerja kerasnya sendiri, kang Hera pun sekarang udah lumayan berhasil dengan lini usahanya. Cicil motor atau renovasi rumah, bisa ia lakukan. Bisa berbuat sesuatu bagi masyarakat desa, pasti membikin para mahasiswanya juga turut bangga, kan?
“Dulu awal-awal, masih 5 jutaan, Alhamdullilah sekarang omzetnya udah sampai 12 juta, 15 juta, satu bulan,” aku kang Hera.
Chevy Andhika, alumni Prasmul yang pernah ngerasain mata kuliah ini pun bilang, kalau dia belajar banyak banget dari pengalaman Community Development II tadi. Meski emang harus butuh adaptasi dari kota untuk tinggal di desa yang masih punya banyak keterbatasan, Chevy tetap ngaku bisa mengantongi banyak manfaat.
“Jadi kalo di CommDev itu (sebutan untuk Community Develoment II) ada yang namanya primary project, secondary project. Primary project itu emang nyelamin wirausaha gitu. Kita mikirin bahan baku, operasionalnya, orangnya juga,” beber Chevy. “Nah kebetulan saya kan mahasiswa marketing, jadi saya bisa menyelami lebih dalam soal sisi bisnisnya. Kalo secondary project-nya, saya belajar survival juga. Kayak mikir, wah rumahnya gini, tapi ya harus bisa,” lanjutnya.
Kalau dipikir-pikir, ketika mahasiswa bisa membantu Mitra Usaha Desa mengembangkan bisnisnya, dan bisnis itu meningkat, tentu jumlah entrepreneur di Indonesia bisa makin banyak nih, guys. Terus, kalau jumlah entrepreneur di Indonesia udah semakin banyak, pergerakan ekonomi negara kita bisa lebih cepat juga, tuh.
So, apakah kamu tertarik berkontribusi untuk dunia kewirausahaan Indonesia?