PR Sekolah Sih Ditiadakan, Tapi Pelajar yang Nggak Bisa Pegang Cangkul Diancam Nggak Naik Kelas!

Selasa, 13 September 2016 | 03:15
Hai Online

PR-nya diganti suruh bantu orangtua nyangkul

Satu lagi aturan yang bikin teman-teman pelajar di Purwakarta bisa terjerat hukuman nggak naik kelas kalo tidak melakukan aturan-aturan dari Bapak Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi ini.

Setelah melarang pelajar bawa motor, ini aturan myang mengharuskan pelajar di daerahnya untuk piawai pegang cangkul diberitahukan lagi ke sejumlah sekolah di Purwakarta. Katanya, kalo ada pelajar yang belum bisa pegang cangkul untuk bertani dan membantu orangtuanya maka dia nggak akan bisa naik kelas di sekolahnya. Waduh!

Selidik punya selidik, adanya syarat tersebut diberlakukan ke siswa adalah bertujuan untuk membentuk karakter generasi muda di wilayahnya yaitu agar para siswa bisa mandiri dan membantu keluarga mereka sejak kecil.

"Tujuan pemerintah daerah semua ini untuk pemenuhan pendidikan anak yang selalu diutamakan. Pendidikan anak jangan sampai hanya pintar saja secara akademik. Tapi harus bisa diaplikasikan untuk mandiri dan membantu orangtuanya sejak kecil. Misal, kalau pelajar belum bisa pegang cangkul untuk bertani tak akan bisa naik kelas di sekolahnya," terang Dedi kepada Kompas.com, Senin (12/9) kemarin.

Selama ini, Dedi menilai, ada beberapa aspek pendidikan anak di era modernisasi yang berubah karena kemajuan zaman. Seperti pelajar lebih senang bermain dan berkeliaran menggunakan kendaraan di perkotaan.

Kebiasaan itu seakan telah menghapuskan ajaran orangtua terdahulu yang mengajarkan anaknya untuk ikut bertani, menggembala ternak, dan membantu orangtuanya di perkampungan.

"Kenapa saya melarang pelajar membawa motor ke sekolah? Tujuannya itu supaya anak jangan sampai salah jalan hidupnya. Seharusnya seorang anak malam hari itu berada di rumah, membantu orangtua. Kenapa PR sekolah ditiadakan, karena anak di rumah harus mengerjakan PR di rumahnya, yaitu membantu orangtuanya," kata dia.

Singgung Peternakan

Menurut Dedi, selama ini produksi daging di Negara ini menurun karena kebiasaan generasi di perkampungan lebih memilih menghabiskan bermain di kota daripada membantu orangtuanya menernak hewan.

Produksi berkurang sedangkan konsumsi sangat tinggi.

"Kondisi seperti ini berbahaya secara aspek emosional ekonomi. Secara emosional waktu remaja perkampungan bisa cepat jadi dewasa belum waktunya, dan secara ekonomi warga belum mampu memaksakan untuk memenuhi keinginan anaknya untuk membeli motor, misalnya," tambah dia.

Ia menambahkan, selama ini kendaraan menjadi salah satu godaan bagi mereka yang seharusnya bisa lebih kreatif dan bisa membantu kedua orangtuanya di rumah.

"Kita mencoba membatasi godaan bagi penerus bangsa ini bisa membawa ke pergaulan yang tak baik," pungkasnya.

Tuh, mending pelihara pokemon atau domba nih, guys?

Tag

Editor : Hai Online