Patut Dicontoh, Sekolah Negeri Ini Punya Divisi Khusus Mempersiapkan Siswa Kuliah Ke Luar Negeri

Selasa, 13 September 2016 | 02:00
Rizki Ramadan

Di mana ada beasiswa di situ ada jalan menuntut ilmu

Mam Sari, tadi ada alumni yang pengen ke Jerman. Sudah bertemu?” tanya Bu Rita Hastuti, kepala sekolah SMAN 78.

“Oh tadi, sudah, Bu. Tadi dia minta bantu uru surat,” jawab Bu Sari.

Percapakan itu terjadi pada sebuah pagi, hari pertama tahun ajaran 2016/2017. Nggak sedikit alumni yang masih wara-wiri di sekolah saat itu. Di antaranya adalah untuk mengurus kelanjutan kuliahnya.

Omongan tentang kuliah ke luar negeri terasa begitu biasa di sekolah unggulan Jakarta Barat ini. Sudah sejak awal masuk sekolah, tiap murid diberi arahan tentang perkuliahan di luar negeri.

Tugas utama bu Sri Ardhani Titisari atau biasa dipanggil mam Sari di sekolah adalah mengajar Bahasa inggris. Namun, perannya sebagai guru nggak berhenti di situ. Ia jugamengurusi divisi international affairs. Sebuah divisi yang sengaja dibentuk sang kepala sekolah sejak tiga tahun lalu untuk membantu murid-murid mempersiapkan kuliah ke luar negeri. Asyik, kan?

“Sejak sistem RSBI dihapus, kami tetap memelihara ‘rasa’ internasionalnya. Selain kurikulum Cambridge yang kami pakai sebagai pengayaan, kami juga membentuk divisi international affair ini,” cerita Bu Rita.

"Gunanya divisi ini adalah untuk menjembatani murid untuk kuliah ke luar negeri, ke negara mana pun,” tambah Bu Sari. Selain Bu Sari, tim ini terdiri dari empat guru, yaituseorang guru bahasa Inggris lain, guru BK, dan dua guru lain yang sudah akrab dengan isu luar negeri.

Caranya kerjanya begini, pertama, tim secara berkala meminta siswa untuk mengisi formulir untuk mendata siswa-siswa mana yang punya keinginan untuk kuliah ke luar negeri.

“Kami akan carikan kampus di negara yang diinginkannya, yang menyediakan jurusan minatnya. Kalau jurusan berubah pun nggak apa-apa. Misalnya di kelas X pengen ke Arsitektur, tapi pas kelas XI pengen ke Animasi. Nggak apa-apa,” kata Bu Sari.

Cara tim mencarikan kampus nggak sekedar dari internet. Bu Sari dan timnya rajin menjalin relasi dengan kedutaan-kedutaan besar negara yang ada di Jakarta. Tiap kali ada kesempatan bertemu dengan pihak kedubes atau kampus luar negeri, Bu Sari menanyakan kampus apa sajakah yang punya program beasiswa.

“Saya bilang ke mereka, ‘di negaramu ada kampus apa saja, ada murid saya yang pengin kuliah ke negaramu. Apa yang bisa kamu berikan untuk mereka?’, “ cerita perempuanberkaca mata itu.

Pihak sekolah pun rajin menggelar edufair internal untuk murid. Mitra sekolah, entah itu kedubes, atau pun perwakilan kampus luar negeri yang ada di sini, diundang untuk mengisi acara. Tapi, nggak boleh kalau cuma memberi presentasi. “Mereka harus bikin workshop. Jadi, bukan cuma ngasih iming-iming saja.”

Database info soal kuliah itu dikumpulkan dan disampaikan ke siswa untuk menyesuaikan dengan minat mereka.

Jika sudah mantap untuk melamar, maka tahap berikutnya adalah tim ini membantu murid untuk mempersiapkan segala macam syaratnya.

“Kami bantu untuk menerjemahkan rapor, terus meminta guru mata pelajaran terkait untuk bikin surat rekomendasi, dan kami bombing mereka juga dalam pembuatan motivation letter. Tetap mereka yang buat, tapi kami haluskan lagi grammar-nya,” jelas Bu Sari.

Beasiswa di Australia

Baca juga: Fakta Seru Beasiswa di Australia

Mengusahakan Beasiswa Penuh

Nggak semua kesempatan kuliah ke luar negeri itu disertai dengan beasiswa penuh. Ada yang cuma partial, bahkan ada juga yang mengharuskan kita bayar sendiri semua biayanya.

Tapi, Bu Sari mendorong murid-muridnya untuk tetap mengusahakannya sampai diterima.

“Jika beasiswa yang didapat cuma 65% misalnya, ya tetap berangkat saja. Soalnya saat udah kuliah bisa dicari lagi beasiswa tambahannya. Ada beasiswa dari pemerintah, dari kampus, beasiswa dari peneliti. Banyak peluang, deh,” kata bu Sari mantap.

Keberadaan divisi ini terbukti membantu banget. Di tahun 2016 ini saja, ada 15 lulusannya yang diterima kuliah di kampus luar negeri. Beberapa negara tujuannya adalah Jerman, Jepang, Malaysia, dan Amerika.

Nah,gimana, setuju nggak kalau divisi ini perlu dicontoh sekolah negeri lainnya? Kalau iya, coba sampaikan langsung aja ke kepala sekolah kamu.

Tag

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma