Panggung Lampion SMAN 8 Jakarta Bubar Diguyur Hujan, Pensi Ini Tetap Jalan

Senin, 15 Agustus 2016 | 04:32
Rizki Ramadan

Penampilan Adikara Fardy di Lampion 2016. Karena hujan deras, panggung di luar pun nggak lagi dipakai. Acara lanjut di aula.

"Gue nggak keWe The Fest. Lebih milih dateng ke Lampion ini aja," kata Rima. "Gue mau liat Chewing Sparkle sama liat penerbangan lampionnya."

Ya, Sabtu 13 Agustus 2016 kemarin, para pemuda pencinta musik alternatif mesti menghadapi dilema. Di We The Fest, Senayan, ada banyak banget band-band alternatif yang tampil. Tapi, harga tiketnya emang agak mahal sih. Di lain tempat, di daerah Bukit Duri tepatnya, SMAN 8 Jakarta menggelarclosing partyLampion 2016.

Buat yang ngamatin perpensian di ibukota pasti tau kalau ada yang beda dengan pensinya SMAN 8 Jakarta ini. Ya, namanya berubah, bro! Dulu bernama Scholastic, tapi tahun ini berubah menjadi Lampion, singkatan dariDelapan Campionship. Nggak beda dengan acara sekolah lain, Lampion 2016 juga dibuka dengan sederetan lomba-lomba olahraga, seni dan akademis. Terus ditutup denganclosing partyyang berlangsung pada Sabtu (13/08) kemarin di area sekolah SMAN 8 Jakarta.

Acaranya emang jauh lebih kecil dariWe The Fest, sih, tiket masuknya pun cuma Rp 25.000, tapi pensi ini juga menampilkan band-band indie ibukota yang banyak mejeng diplaylist-nya anak-anak muda. Selain Chewing Sparkle yang disebut Rima, ada juga Elephant Kind, Janitra Satriani, dan soloisAdikara Fardy. Nggak kalah hits kan?

Soalvenue,Lampion juga punya dekorasi yang asik. Konsepnya,wildtapi elegan. Di sekeliling venue ada banyak lampion yang menghiasi.Fahni dariSMAN 100 Jakarta mengakuinya kalau dekornya keren. "dekorasinya memang cukup detail diperhatikan. Totalitas panitianya," kata Fahni.

"Tapi panitianya agak miss soal time keeping. Acaranya ngaret," kata Fahni lagi.

Ya, di sore. Acara emang ngaret sekitar setengah jam. Udah gitu, ada penampilan band yang ditukar jadwalnya. Chewing Sparkle tampil setelahbreakmagrib. Nggak seperti yang ditulis di rundown, pukul 16.45. Untungnya, para pengunjung malah antusias. Sore jelang malam emang cocok untuk penampilan band yang agak nge-beat. Pemanasan sebelum Elephant Kind naik panggung.

Tapi sayang aja, sejak penghujung penampilan Chewing Sparkle, venue diguyur gerimis yang segera berubah menjadi hujan deras. "Zeus lagi marah nih kayaknya," celetuk Mega, salah satu pengunjung.

Acara pun terhenti, Elephant Kind yang sebenarnya sudah mulai menyiapkan set di panggung pun harus balik ke ruang tunggu.

"Kita tunggu dulu hujannya. Kalau sampai pukul 9 belum selesai baru ambil keputusan," kata seorang panitia. Ya, selama satu jam hujan deras itu, pengunjung dan panitia nggak bergerak. Semua diam di tempat, berteduh.

Nyatanya, sampai pukul 21.00, hujan hanya mereda jadi gerimis. Panitia pun bertindak. Kerennya, mereka jago bersiasat untuk nggak bikin kecewa para pengunjung yang udah beli tiket.

Sasana Krida, aula sekolah yang cukup luas disulap menjadi tempat pertunjukan. Semua pengunjung dan panitia diarahkan untuk masuk ke dalam. Acara dilanjutkan di situ.

Penampilan band diubah jadi format akustik. Adikara Fardy tampil menutup acara. Hasilnya, tetap mengundang banyak tepuk tangan tuh. Cukup mengobati batalnya penampilan Elephant Kind yang bisa jadi tampil.

Lalu gimana dengan penerbangan lampionnya?

"Terpaksa dibatalkan, karena hujan," kata Nabila, salah satu panitia.

Kadang, ketika punya rencana, cuaca juga yang menentukan jadi nggaknya. Nggak apa-apa, fren. Pensi kalian tetap keren!

"Acaranya bagus panitianya bisa menghidupkan suasana danbikin acaranyarame," kata Rifqi Ramadhan yang tetap stay sampe akhir acara.

Editor : Hai Online