Perlu diketahui bahwa selama penggodokan program sekolah seharian atau full day school yang dilontarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada beberapa waktu lalu itu ternyata telah mendapat respon dari masyarakat, terlebih orangtua yang menyatakan tidak setuju dengan ide tersebut.
Situs change.org telah mengumpulkan ribuan tanda tangan untuk mengajukan petisi terkait ketidaksetujuan orangtua soal gagasan Full Day Schol. Target mendapatkan 10.000 tanda tangan telah melebihi batas, sejakartikel ini dimuat sudah lebih dari 34.944 tanda tangan orangtua berhasil dikumpulkan. Lantas, apa isi dari petisi tersebut?
Tolak Pendidikan "Full Day"/Sehari Penuh di Indonesia
Belum selesai kita membenahi masalah kurikulum yang kerap kali diacak2, sekarang muncul wacana untuk Anak Sekolah Sehari Penuh, dengan alasan pendidikan dasar saat ini tidak siap menghadapi perubahan jaman yang begitu pesat. Semoga bapak2 dan ibu2 tahu bahwa tren sekolah di negara2 maju saat ini adalah less school time, no homework, more about character building.
Alasan lain dari Mendikbud adalah untuk mencegah hal2 negatif yang bisa didapat oleh anak di luar sekolah, salah satunya adalah dengan memberi kelas agama, dibandingkan dengan belajar agama di luar sekolah yang mungkin bisa terjerumus ke arah ekstrimis. Terima kasih atas concernnya bapak, tapi kalau hal ini yang perlu belajar adalah orang tuanya, untuk mengarahkan anak agar tidak terjerumus ke hal-hal yang bersifat negatif.
Seseorang bernama Kang Hasan, katanya seorang guru, menulis di http://abdurakhman.com/sekolah-sehari-penuh-merampas-interaksi-anak-orang-tua/ menggambarkan keadaan ini seperti melepas tanggung jawab orang tua terhadap anak2nya ke sekolah, merenggut interaksi antara anak dengan orang tua.
Pemerhati pendidikan lain menganggap bahwa homeschooling menjadi pilihan yang paling tepat dibandingkan mengirimkan anak2 ke "pabrik" pendidikan yang bernama sekolah sehari penuh.
Semoga dengan mengisi petisi ini kita bisa membuat para pembuat kebijakan sadar bahwa pilihan ini justru berbahaya, dan mendorong kita para orang tua dan praktisi pendidikan untuk dapat mencari solusi terbaik bagi anak2 kita di jangka pendek dan bagi kemajuan Bangsa Indonesia di jangka panjang.
Salam,
Deddy MK
Orang Tua Murid