Winter in Tokyo: Antara Rasa & Logika

Rabu, 03 Agustus 2016 | 04:30
Hai Online

Winter in Tokyo: Antara Rasa & Logika

Film Winter in Tokyo (2016) memang bukan film action keik film hollywood Captain America: The Winter Soldier (2014). Sama-sama winter, sih, sama-sama ada aksinya juga, tapi lebih banyak adegan romantisnya.

Buat para penggemar bacaan novel atau film bergenre drama romantis, film Winter in Tokyo yang diangkat dari novel Ilana Tan dengan judul yang sama ini sepertinya bisa menjadi salah satu tontonan baru yang bisa bikin kalian ikut ter-baper-kan.

Film ini boleh dibilang cukup manis dan lumayan menghibur, apalagi kalau menontonnya bareng sama si dia. Kamu nggak cuma merasakan bagaimana hangatnya tangan dia menggenggam tangan kamu saat melihat adegan Dion Wiyoko memakaikan sandal ke kaki Pamela Bowie di lorong apartemen di Jepang, melainkan juga kamu bakal bisa belajar untuk nggak lagi-lagi berusaha keras mengerti cinta. Lho, kok begitu?

Ya, pesan dari film yang disutradarai Fajar Bustomi ini memang tentang bagaimana keharusan rasa dalam cinta melawan logika (kemengertian) cinta.

“Karena cinta harus dirasa, buka dimengerti...” begitu tagline dari film yang akan segera tayang pada 11 Agustus 2016 mendatang ini.

Dengan mengangkat cerita seorang gadis blasteran Indonesia bernama Keiko, penonton awalnya dibuat tidak mengerti dengan isi kepala gadis penjaga perpustakaan yang diam-diam masih menyimpan perasaan dan pengin bertemu kembali dengan cinta pertamanya, Kitano Akira. Nama Akira ini sudah ada sejak Keiko kelas 6 SD, dia percaya Akira adalah cinta pertamanya yang harus diperjuangkannya. Hanya saja,13 tahun lebih Keiko tidak pernah bertemu Akira yang dimaksud.

Kemudian Keiko kedatangan tetangga baru bernama Nishimura Kazuto, yang pindah dari Amerika ke Jepang lantaran baru “diputus” pacarnya, Iwamoto Yuri. Nah, di apartemen itulah kisah Winter in Tokyo dimulai.

Kehadiran Kazuto membuat hidup Keiko jadi berwarna. Namun, tiba-tiba Keiko bertemu kembali dengan Akira. Di sinilah Keiko mulai galau dengan perasaannya, bergulatantara main rasa atau logika?Mempertahankan yang mana, mending tonton saja filmnya.

Yang unik dari film ini adalah dialog campuran Jepang dan Bahasa Indonesia yang baku yang membuat penonton awalnya merasa geli tapi kemudian tersadarkan bahwa seperti inilah penggunaan bahasa yang baik dan benar. Ya, meskipun ekspresi beberapa pemain ada yang kurang tepat di beberapa bagian, tetapi Bahasa Indonesia baku ditambah aksen Jepang itu ternyata seru juga lho untuk disaksikan.

Yang jelas, sebagai penonton cowok, sepertinya pesan film ini mengajak kita untuk lebih tegas sama perasaan kita mau dibawa kemana.Kadang jalannya cinta emang sulit dimengerti, tapi justru yang perlu dilakukan adalah bukan berusaha mengerti cinta tetapi merasakannya.

Film ini diperankan oleh Pamela Bowie, Dion Wiyoko, Morgan Oey, Kimberly Ryder, Brandon Salim, dan masih banyak lagi. Winter In Tokyo merupakan bagian pertama dari novel Tetralogi Empat Musim karya Ilana Tan yang sudah difilmkan, buku lainnya masih ada Summer In Seoul, Autumn In Paris, dan Spring In London. Kabarnya keempat buku ini akan difilmkan dan punya keterkaitan tokoh satu dengan lainnya.

O ya, kalau penonton sadar, soundtrack Winter in Tokyo diisi oleh Bobby Antonio Lontoh dengan single “Cinta Harus Menunggu”. Mungkin awalnya penonton akan mengira kalau yang mengisi latar musik nan menggugah itu suara Afgan, ternyata bukan. Mirip aja!.

Tag

Editor : Hai Online