Pembukaan pameran 17/71: Goresan Juang Kemerdekaan di Galeri Nasional, Jakarta (1/8) dihadiri tamu spesial. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menghadiri pameran lukisan tersebut, sekaligus membuat "lukisan abstrak."
Pada Senin pagi itu, Jokowi mencoret kanvas dengan cat akrilik berwarna merah dan membentuk huruf "S". Kemudian, Jokowi menorehkan garis lengkung berwarna hitam di sisi kanan bawah lukisan tersebut. Setelah itu dia mencoret garis tak beraturan di atasnya dengan cat warna putih.
Apa sih maknanya, Pak?
Jokowi mengatakan dirinya hendak membuat tulisan "Seni". Namun, dia tergesa-gesa sehingga goretan tersebut terlihat cukup abstrak. Selanjutnya, lukisan tersebut barulah disempurnakan Srihadi Soedarsono, pelukis Indonesia peraih Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1971. Karya itu baru selesai pada siang harinya.
Di Pembukaan Pameran Lukisan 17/71, tadinya mau menggores tulisan "Seni" tapi belum rampung, jadinya abstrak -Jkw pic.twitter.com/lFcpxZ1ZZT"Lukisan ini diberi nama Juang Merdeka," kata Srihadi saat memberikan lukisan tersebut kepada kurator 17/71: Goresan Juang Kemerdekaan, Mikke Susanto.— Joko Widodo (@jokowi) August 1, 2016
Pameran 17/71: Goresan Juang Kemerdekaan memamerkan 28 lukisan yang kebanyakan adalah koleksi dari presiden pertama RI Soekarno dan hanya dua lukisan dari era Soeharto. Di antaranya "Tara" karya Srihadi Soedarsono.
Goresan sederhana sy diteruskan Srihadi Soedarsono jadi indah & bermakna. Judulnya: Bambu Runcing, Merah Putih -Jkw pic.twitter.com/NVMDDbXsn1Pelukis kelahiran Solo 1931 melukis anak perempuannya yang sedang belajar tari Bali di atas cat minyak kanvas berukuran 140 x 140 cm. Lukisan tersebut menjadi milik istana pada tahun 1977.— Joko Widodo (@jokowi) August 1, 2016
Menurut Mikke, Soekarno adalah satu-satunya presiden yang memilki kesenangan pada lukisan. Setelah itu, menurut dia, belum ada yang memilki keintiman terhadap seni lukis seperti Soekarno.