Berada di "Comfort Zone" Bikin Kita Cepat Marah

Selasa, 19 Juli 2016 | 11:09
Hai Online

Bahaya Confort Zone

Hidup di jaman yang modern seperti sekarang ini bikin kita nyaman, apa-apa serba mudah, serba instant, dan membuat kita jadi manja. Tapi nyatanya kehidupan modern nggak selalu bikin kita fun-fun aja. Kan, tiba masanya ketika kehidupan yang nyaman ini justru bikin kita jadi mudah marah. Atau mungkin kita sudah merasakannya.

Menurut psikolog dari Universitas of Central Lancashire, Dr. Sandi Mann, yang dikutip dalam Daily Mail, kehidupan modernyang memanjakan manusia membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah. Tapi kehidupan modern juga membuat manusia cepat marah atau mudah terpancing emosi.

Contoh sehari-hari yang mungkin kita temukan, ketika kita memesan makanan via online, tapi sistem sedang error dan terjadi masalah eksternal lainnya. Kemudian kita jadi gampang marah dan justru nyalahin tempat yang pingin kita pesan makanannya. Padahal, sebelum adanya kenyaman teknologi, kita nggak masalah kalau harus datang ke tokonya langsung untuk beli makanan. Dan masih banyak kenyamanan lainnya yang memiliki faktor yang bikin kita jadi cepat marah.

Berharap Segalanya Sempurna

Gaya hidup yang nyaman yang kita rasakan sekarang ini sudah menyebabkan kita selalu berharap bahwa segala sesuatu harus sempura. Kita selalu berharap apa pun yang ingin kita lakukan berjalan dengan sempurna mulai dari proses hingga hasil yang di dapatkan. Ketika itu semua nggak berjalan seperti harapan sempurna kita, maka kita akan menjadi pemarah.

“Bisa saja terjadi ketika orang terbiasa mendapatkan semuanya serba mudah sehingga ketika ada kesulitan sedikit yang mengharuskannya untuk mengeluarkan usaha lebih besar, tentu emosinya menjadi terpancing menjadi marah, frustrasi atau kebalikannya: menarik diri,” ujar psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psi.

Kelamaan di Comfort Zone

Kehidupan nyaman atau gaya hidup yang nyaman tanpa kita sadari telah kita bentuk menjadi sebuah comfort zone atau zona nyaman. Biasanya orang yang memiliki “tembok” comfort zone terlalu tinggi, enggan untuk keluar apalagi menghadapi segala kesulitan diluar. Padahal menurut Dr. Sandi Mann, sikap agresi (penyerangan) sesekali diperlukan untuk survival (bertahan hidup). Tapi kalau sikap agresi ini nggak digunakan sesuai tujuan maka hal tersebut akan menyebabkan masalah. Akhirnya kemarahan yang muncul merupakan kunci untuk bertahan hidup telah berubah menjadi target dari gangguan-gangguan yang nggak penting.

“Hidup nyaman membuat orang terlena dengan semua kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan mudah atau orang sudah terbiasa dengan kebiasaan tertentu (comfort zone) sehingga jika ini terusik maka emosinya mudha bergejolak,” papar psikolog Universitas Indonesia ini.

Baca Juga

6 Cewek Keren Indonesia yang Hidupnya Keluar dari Zona Nyaman

Ketika Ellie Goulding Mencoba Keluar dari Zona Nyaman

Lewat Can't Remember to Forget You, Shakira Ajak Rihanna Keluar Dari Zona Nyamannya

Tag

Editor : Hai Online