Cerita Mereka Yang Menunda Kuliah Bukan Karena Hilang Arah.

Senin, 27 Juni 2016 | 10:13
Rizki Ramadan

Kuliah secara online dari rumah bisa bebas memilih tempat dan waktu belajar

Kita udah dididik dengan pola hidup yang hampir seragam. Umur enam tahun masuk sekolah dasar, terus lanjut SMP, dan SMA tanpa jeda sekalipun. Di usia 17 tahun, seluruh pendidikan wajib itu sudah kita tuntaskan. Lulus dari masa putih abu-abu, kita semua langsung sibuk nyari kampus terbaik untuk jurusan pilihan kita. Nggak kasih kendor sedikit pun.

Nggak ada salahnya sih,, tapi nyatanya ada juga lho sebagian teman kita yang memilih untuk keluar sedikit dari jenjang hidup yang terpola itu. Saat mereka udah masuk ke usia dewasa muda, dan merasa udah bisa menentukan sendiri jalan hidupnya, mereka-mereka ini memilih untuk menunda kuliah selulusnya SMA. Mereka menolak merasa tertinggal, karena mereka yakin keputusannya justru bakal bikin diri mereka lebih maju, senggaknya untuk diri mereka sendiri.

Contohnya Luckyandi Putratama, lulusan SMAN 7 Jakarta tahun 2015 ini udah setahun nggak menyandang status mahasiswa di kampus mana pun. Setahun kemarin ia lebih banyak melatih fisiknya demi bisa lolos ke ujian seleksi masuk Akademi Militer. Tahun 2015 Lucky sudah mencoba, namun gagal lolos. Karena sudah mantap ingin menjadi tentara, Lucky nggak memilih opsi untuk kuliah di kampus lain, ia mempersiapkan diri untuk seleksi tahun ini.

“Gue memang pengen mempersiapkan diri untuk ikut akmil atau PSDP Penerbang TNI. Setahun kemarin gue persiapan fisik. Gue sering lari, pull up, sit up, push up, dan jaga kesehatan aja, sih,” kata cowok yang ngaku sering juga nongkrong di sekitar sekolahnya di waktu luangnya.

Karena pilihannya itu tentu Lucky tertinggal teman-temannya yang sudah sibuk berkuliah untuk tingkat pertama, namun Lucky menolak pesimis.

“Gue nggak ngerasa tertinggal. Kalau gue pikir-pikir, mereka kuliah kan 4-5 tahun tapi masih harus nyari kerja lagi. Kalau gue, sekarang memang nganggur setahun, tapi kalau gue tembus Akmil, setelah 4-5 tahun gue bakal langsung kerja. Walau gue bakal di kirim ke perbatasan kayak di Papua atau Libanon nggak masalah deh. Kan, gue masih muda,” cerocos Lucky mantap.

Ways, lulusan tahun ini SMA Budi Luhur Tangerang juga punya pilihan serupa kayak Lucky. Bedanya, dia bukan mau masuk Akmil, melainkan pengen ngejar beasiswa kuliah di nagri.

“Gue pengin kuliah di Jerman, jadi lebih baik sekarang ini gue mempersiapkan diri dan cari-cari beasiswa aja,” kata Ways.

Sementara teman-temannya kemarin sibuk ikut seleksi masuk perguruan tinggi, bahkan Ways memilih untuk nggak ikut seleksi sekelas SBMPTN. Saking mantep sama pilihannya itu.

Tentu ini bukan pilhan yang gampang bagi Ways, ia mesti meyakinkan orang tuanya yang sempat sewot meminta Ways lanjut kuliah aja.

Lanjut Kerja, Kenapa Nggak.

Kompetensi yang kita dapet selama sekolah 12 tahun udah cukup, lho untuk kita pakai untuk bekerja. Tentu belum untuk kerjaan yang besar, sih, tapi seenggaknya bisa mengantar kita untuk belajar dan menyerap pengalaman kerja segede-gedenya.

Pilhan inilah yang diambil oleh Kristian Steven, lulusan baru SMA Tarsisius II Jakarta Barat. Cowok yang punya ambisi untuk menjadi seorang entrepreneur sukses ini memang berniat untuk menimba pengalaman kerja sebanyak-banyaknya dulu di bidang bisnis sebelum kuliah. Mumpung ada kesempatan, katanya.

Nggak lama setelah selesai UN kemarin, cowok berkacamata ini mendapat tawaran kerja di sebuah perusahaan retail penjual Batik di bagian keuangan. Cowok yang ngaku nggak doyan sama pelajaran Akuntansi sewaktu SMA ini akhirnya akrab juga sama angka-angka dan pembukuan karena pekerjaannya adalah data entry.

“Bagi gue pengalaman itu penting. Apalagi gue kan memang pengen jadi pengusaha ritel juga nantinya,” tegas cowok yang kini sudah bisa mendapat gaji UMR tiap bulannya.

Kemantapan untuk lanjut kerja setelah SMA ini ia dapat setelah di kelas XI sekolahnya mewajibkan tiap murid untuk menjalani PKL selama seminggu. Kini, selama setahun ke depan Steven bakal fokus kerja sebelum akhirnya di ia akan berkuliah di jurusan Bisnis.

“Gue sebenernya udah merencanakan kuliah. Udah hampir diterima juga di UPH, tapi gue memilih untuk bekerja saja dulu. Tahun depan gue baru kuliah, di jurusan Bisnis UPH,” papar pehobi sepak bola yang ngaku bisa kenal banyak link gara-gara gabung ke komunitas fans Manchester United ini.

Tentukan Arahmu.

Ki Ageng Kindi, praktisi komunikasi yang kini menempati jabatan manajer strategi digital di sebuah biro konsultan komunikasi, cerita kalau pengalamnnya dulu menunda kuliah selulus SMA adalah masa penting yang menentukan arah kariernya sekarang.

Dulu, Kindi, sapaannya, ikut workshop fotojurnalistik sambil nyambil kerja parttime sebagai wartawan untuk media kawasan. Dari situ, Kindi tahu kalau ia malah tertarik sama dunia kreatif komunikasi. Setelah setahun, Kindi pun mantap melanjutkan kuliah di jurusan Periklanan. Selulusnya hingga sekarang, Kindi mantap berkarier di dunianya itu.

“Menunda kuliah bikin gue punya banyak waktu untuk memastikan apa yang gue mau dan mencari tahu ada pilihan apa aja untuk yang gue mau itu,” papar Kindi.

See, menunda kuliah bukanlah sebuah aib yang mesti kita hindari. Menunda kuliah justru bisa jadi masanya kamu mencari jalan untuk menuju cita-citamu yang sebenarnya.

Editor : Hai Online