Mahasiswa Universitas Brawijaya Kreasikan Pohon Elektrik

Selasa, 07 Juni 2016 | 11:30
Hai Online

Electrees karya mahasiswa Universitas Brawijaya

Kalo ada pohon yang bisa menghasilkan listrik, itu adalah pohon kreasi mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), namanya electronic tress. Pohon ajaib ini juga bisa menyerap polusi. Oh ya?

Iya, dong! Berangkat dari keprihatinan terhadap polusi udara akibat kebakaran hutan di Indonesia, limamahasiswa Fakultas Teknik UB merangkai prototypepohon elektrik yang dijadikan sebagaiperangkat pohon elektrik tenaga surya sebagai solusi dari penyerapan udara dan sekaligus pengahsil energi listrik.

"Prinsip kerja alat ini terdiri dari dua sistem. Sistem pertama adalah fotosintesis untuk menghasilkan energi listrik secara mandiri, sedangkan yang kedua adalah sistem respirasi yang berfungsi mengisap polusi udara berupa CO2 ataupun CO dengan.penggunaan silica aerogeldi daun electrees ini," kata ketuaTim Peneliti Pohon Elektrik Muhammad Fatahilah, ditemani anggota lainHasan (Teknik Elektro), Rosihan Arby Harahap (Teknik Elektro), Lutfiyatul Maftukhah (Teknik Industri), dan Hafiz Tandiyanto Putra (Teknik Kimia).

Terdiri dari panel surya yang berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik inilah yang digunakan untuk memberikan tenaga kepada perangkat. Daya keluaran yang dihasilkan oleh alat ini sekitar 30 Watt.

"Electrees juga dilengkapi dengan lampu yang berfungsi sebagai penerangan di malam hari," katanya lagi.

Sementara sistem kedua adalah sistem respirasi yang terdiri dari silica aerogel berbentuk granul sebagai media absorbsinya. Fungsinya untuk menyerap dan mengendapkan CO2 ataupun polusi udara lainnya dan membiarkan udara bebas keluar melewatinya.

Kkelebihan lainnya, lanjut Hafiz adalah, ketika silica aerogel telah menyerap CO2 sampai titik jenuh, pengguna hanya perlu memanaskan kembali dan siap dipergunakan kembali (reusable).

Hasan menimpali, saat ini, katanya, tim sedang bekerja keras untuk mengembangkan tracking system perangkat agar energi yang ditangkap dari sinar matahari lebih efektif. Dan tim itu optimistis bahwa dalam waktu dekat “tracking system” dapat difungsikan.

Untuk pengembangan prototype tersebut, tim telah menghabiskan dana sekitar Rp 4 juta.

“Untuk aplikasi di lapangan kemungkinan dibutuhkan ukuran yang lebih besar lagi,” ujar anggota tim lainnya, Rosihan.

Tim bimbingan dosen Nurusa’adah ini berharap bisa bekerja sama dengan pemerintah dan mengaplikasikan Electrees di jalan raya atau pusat industri untuk mengurangi kadar polusi udara, disamping sebagai penerangan jalan raya.

“Terlebih dengan melimpahnya kendaraan bermotor seperti sekarang ini, bisa dipastikan polusi udara semakin meningkat,” timpal anggota tim Lutfiyatul.

Wah, jadi kalo tumbuh pohon elektrik berdampingan dengan pohon beneran, negeri ini bakal hemat energi dan biaya nih! kayak Singapura tuh!

Eniwei, electrees kayak judul lagu juga ya! hehehe

Tag

Editor : Hai Online