Ketika Biaya Bimbel Semahal Biaya Kuliah

Jumat, 13 Mei 2016 | 12:14
Rizki Ramadan

bimbel supercamp dari QUIN

Apa yang akan lo lakukan kalau disediakan uang Rp 45 juta? Apakah akan lu pakai untuk jalan-jalan cantik ke Jepang; jajan segala gadget impianlo; ikut program pertukaran pelajar; ditabung untuk bayar SPP selama kuliah nanti; atau untuk modal beli kamera untuk usaha EO buku tahunan?

Nyatanya, bagi sebagian teman kita, uang segede itu adalah jalan untuk menebus keengganan mereka untuk fokus dan rajin belajar sendiri demi mengejar cita-cita gede untuk masuk perguruan tinggi.

Ya, uang Rp 45 juta dipakai untuk ikut bimbingan belajar eksklusif yang menjamin pesertanya diterima di PTN impian.

“Aku bukan tipe anak yang rajin banget memang di pelajaran, tapi aku pengen banget bisa kuliah di PTN,” ucap Garda yang bertekad kuliah di Hubungan Internasional Universitas Indonesia.

Tak lama setelah ujian nasional selesai, siswa SMA di Kalimantan ini bertolak ke Jakarta mengikuti program bimbingan belajar karantina bertajuk Supercamp dari Quin yang menjaminkan pesertanya masuk perguruan tinggi yang diinginkannya.

Di bimbel ini para pesertanya dikarantina. Dari pukul 08.00 hingga 20.00 mereka belajar, empat sesi dalam satu hari, di sebuah ruangan di Pusat Studi Bahasa Jepang, Universitas Indonesia yang sudah disewa. Tiap jeda belajar, snack dan minuman instan disediakan. Jam makan siang datang, mereka tinggal memilih makanan di prasmanan. Selesai kelas, mereka pulang ke apartemen Margonda. Tiap kamar diisi dua peserta.

Menurut pak Asep Budiyanto, Ketua Pelaksana program Supercamp tahun ini. biaya yang perlu dikeluarkan adalah Rp 45 juta untuk jurusan reguler dan Rp 75 juta untuk jurusan Kedoteran. Kedokteran lebih banyak karena bobotnya lebih berat.

“Kalau bokap gue sih, semasih untuk pelajaran, nggak apa-apa deh harus keluar uang,” kata Irfan yang bapaknya bekerja di instansi pemerintahan.

Presentase diterimanya peserta di PTN, kata pak Asep, berkisar antara 80-90%, jika peserta tak diterima, ada garansi senilai Rp 25 juta.

Dalam lima tahun ini, peserta yang ikut di program ini sekitar 25-30 anak. Kebanyakan memang dari Jakarta, tapi ada juga yang sengaja terbang dari luar Jawa.

Selain fasilitas yang lengkap dan memanjakan, program ini juga sudah mempaketkan biaya pendaftaran seluruh tes seleksi PTN yang akan diikuti peserta. “Pokoknya mereka tinggal terima nomor peserta saja nanti,” kata pak Asep. Nantinya, saat jelang ujian seleksi PTN datang, peserta akan didampingi penuh. Walau pun SBMPTN sudah lewat, bimbel tetap berlanjut. Mempersiapkan diri siapa tau masih mesti ikut ujian mandiri tiap PTN yang diincer.

Bagi Irfan, salah satu peserta dari SMA Al-Kahfi Bogor, yang bikin bimbel ini asik adalah atmosfirnya.

“Enaknya bimbel ini, tuh, tempatnya di kampus. Bikin gue ngerasa udah kayak mahasiswa. Tiap pagi, berangkat bareng mahasiswa, kan. Hehe. Pengajar Geografi dan Sejarah tuh dosen jurusan Sejarah di Universitas Indonesia, lumayan, kita jadi sekalian nanya-nanya tentang kampus,” kata Irfan, yang juga tertarik masuk Hubungan Internasional Universitas Indonesia atau Universitas Diponegoro ini.

Soal kelas, sepantauan HAI, sistem pengajaran di bimbel ini nggak jauh beda dengan bimbel lain. Hanya saja, karena waktunya lebih panjang, pengajar bisa lebih meluangkan waktu untuk mendampingi satu persatu peserta dalam memahami materi.

Tag

Editor : Hai Online