Kasus Bullying yang terekam dalam video singkat di instagram siswi SMAN 3 Jakarta memang tidak menerangkan kenapa siswi senior ngebully adik kelasnya? Namun dari pernyataan kepsek Ratna Budiarti, ternyata siswi-siswi ini punya alasan sehingga harus membully adik kelasnya.
Pengakuan Kepsek Ratna, kejadiannya itu pada Sabtu (23/4/2016) malam lalu, dimana sejumlah siswi kelas XII melakukan perundungan terhadap siswi kelas X karena para pelaku ingin memberikan teguran kepada para junior mereka yang dipergoki hangout ke sebuah kafe ber-DJ.
Pelaku menilai para korban belum pantas pergi ke kafe tersebut.
"Kelas XII memergoki adik kelasnya yang menurut kakak kelas.... (siswi) kelas X belum pantas hadir ke suatu kafe seperti itu. Padahal itu hanya mendengarkan DJ yang bermain musik," ujar Ratna kepadaKompas.comdi SMAN 3, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (3/5) siang ini.
Saat itu, sejumlah siswi kelas X didampingi oleh satu orangtua. Namun, para pelaku yang berjumlah lima orang tetap menganggap perilaku para juniornya itu tidak pantas.
"Padahal malam itu ada satu orangtua yang mendampingi. Jadi tujuh orang didampingi satu orangtua. Tapi tetap kakak kelasnya itu bilang belum waktunya dan belum pantas," kata Ratna saat itu belum kejadian bully.
Siswi junior pun tetap ke kafe tersebut.
Pulang Sekolah itulah…
Sampai kemudian para korban diundang melalui aplikasi LINE untuk bertemu para pelaku seusai pulang sekolah di warung depan sekolah mereka. Para pelaku menyebut undangan itu sebagai perpisahan kelas XII yang sebentar lagi akan lulus."Ternyata setelah sampai di sana bukan dikasih arahan, malah istilahnya merekadikerjainlah, begitu kalau bahasa mereka, sebagai teguran (untuk) anak kelas X yang datang ke kafe," kata Ratna.
Ratna kemudian menegur kelima siswi pelakubullyingitu. Para pelaku dikatakan sudah meminta maaf.
"Mereka juga membuat permohonan maaf secara tertulis yang akan saya bawa ke dinas (pendidikan) sebagai bukti mereka sudah menyatakan permohonan maaf," katanya.
Orangtua kedua belah pihak pun sudah diundang dan dimediasi. Mereka sepakat untuk berdamai.
"Orangtuanya sudah saya kumpulkan semua. Jadi kita dengarkan pendapat mereka kemudian kita bicara sama-sama. Kemudian kita mediasi dan terjadi kesepakatan maaf memaafkan dengan catatan jangan sampai hal itu terulang lagi," kata Ratna.