HAI-online.com - Dari 200 pelajar SMA yang HAI survei, 59% diantaranya menjawab kalau pertimbangannya dalam memilih jurusan karena minatnya terhadap jurusan tersebut, hanya 33% yang mempertimbangkan prospek kariernya, sementara sisanya mengikuti rekomendasi keluarga atau guru.
Kondisi ini perlu disayangkan, karena terbukti, minat siswa terhadap jurusan nggak berkembang. Di seleksi PTN 2014 dan 2015 saja jurusan yang paling banyak dipilih nggak jauh beda. Menurut catatan harian KOMPAS 7 April 2016, di bidang humaniora jurusan yang pamor di antaranya adalah manajemen, akuntansi, psikologi, hukum, dan ilmu komunikasi. Sementara di bidang sains dan teknologi, pilihan mengerucut pada bidang teknik informatika, pendididkan dokter, farmasi, dan teknik sipil.
Ina Liem, infopreneur di jurusan kuliah dan peta karier bilang kepada HAI, dalam menentukan jurusan kuliah, sebaiknya siswa nggak cuma mempertimbangkan minatnya saja. Selain minat, ada tiga unsur lain yaitu bakat, kepribadian, dan value.
Dia yang suka shopping baju, menurut Ina Liem, nggak bisa begitu saja langsung menentukan kalau dia perlu kuliah Fashion Design. Yang sudah jadi Dokter spesialis kanker pun ada yang akhirnya jadi guru piano karena kepribadiannya ternyata lebih empatis, nggak cocok jadi dokter.
“Keempat hal tersebut perlu diperhatikan dan jadi pertimbangan. Dan kita nggak bisa mendapatkan keempatnya, harus bisa let go something,” lanjut ibu yang juga jadi founder jurusanku.com ini.
Lihat Kebutuhan Industri
Amich Alhumami, Kepala Subdirektorat Pendidikan Tinggi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bilang kalau sekarang ini antara yang dibutuhkan sektor-sektor penting di pembangunan negara dengan jumlah mahasiswa di jurusan terkaitnya jomplang. Indonesia, menurut Amich, akan membutuhkan 15.000 insinyur pertahun selama periode 2015-2025, tetapi jumlah mahasiswa jurusan sains-teknik tak banyak. Hanya 33,75% dari total. Sementara kebanyakan lebih memilih jurusan sosial humaniora.
"Dalam memilih jurusan siswa perlu mempertimbangkan kebutuhan negara juga, bukan hanya minat," kata pak Amich pada Selasa (02/05) di acara Jurusanku Education Conference.
Contohnya aja jurusan bidang pengolahan pertanian dan pangan. Bu Ina bercerita anak muda sekarang memang banyak yang tertarik dengan kuliner, tapi sebatas hanya pada usahanya saja. “Sebuah kafe kan butuh kopi yang baik. Dan kopi yang baik itu perlu pengolahan yang baik. Tapi anak muda yang tertarik sama pengolahan pangan itu nggak banyak,” ujar ibu Ina.
Ya, pada tahu dong kalau pangan tuh kebutuhan dasar kita, dan negara Indonesia tuh negara agraris. Banyak banget lahan dan sumber daya yang bisa olah. Tapi, kenyataannya, kita masih sering banget, tuh, impor bahan pangan.
Pangan, menurut Ibu Ina, termasuk salah satu bidang yang krisis di negara ini. Bidang lainnya adalah enerji dan logistik. Dan ketiganya punya kesamaan. Sama-sama kekurangan tenaga ahlinya. Jurusan yang udah disediakan oleh banyak kampus pun sepi peminat
Jangan Sampai Diisi Asing
Kebutuhan akan tenaga ahli ini nggak bisa dielak. Industri akan terus mencarinya betapapun sepi peminat . Ini bukan kabar baik, soalnya, kalau dari negara sendiri nggak ada, maka industri bakal menarik tenaga ahli dari luar negeri.
Apalagi sekarang tuh udah masuk era MEA, siapapun dari negara ASEAN manapun bisa bekerja di Indonesia dengan bebas. Kalau kita nggak siap, kesempatan kita bakal terisi oleh warga asing. Rela?
Ubah Pola PIkirmu Tentang Pilihan Jurusan Sekarang
Naufal, siswa kelas XI SMA Al Azhar 3 Jakarta, menyimpan cita-cita untuk menjadi dokter. Kuliah di jurusan Kedokteran pun sudah direncanakan siswa jurusan IPA ini. Namun, setelah mengetahui fakta bahwa di Indonesia ini jumlah dokter sudah banyak, Naufal jadi berubah arah. Ia jadi tertarik dengan jurusan perkapalan.
"Gue sadar, Indonesia kan 2/3-nya tuh laut kan. Karena itu ahli teknik perkapalan bakal dibutuhin banget. Lagi pula, gue juga suka kok sama konstruksi kapal dan pesawat," kata Naufal.
Yap, pola pikir kayak Naufal ini perlu kita tiru. Dalam memilih jurusan, bukan cuma minat aja yang perlu diutamakan, tetapi juga prospek dan kebutuhannya.
Kabar baiknya, di kampus-kampus, termasuk di PTN, jurusan-jurusan berprospek yang tadi disebut itu sepi peminat. Jadi, kalau lo milih jurusan tersebut di SBMPTN, kemungkinan lolosnya lebih gede, bro!