Setiap orang bisa mencapai kesuksesan 100 persen, yang membedakan: ada yang bisa mencapainya dengan cepat, ada pula yang harus jatuh sebelum mencapai kesuksesan itu. Nah, kamu mau yang mana, nih!?
Berbicara soal pentingnya pendidikan menjadi kunci utama kesuksesan, Shannaz Fairuz Baligis, salah seorang mahasiswi IESEG (Institut d'Économie Scientifique et de Gestion) School of Management, di Lille, Prancis meyakini soal kesuksesan yang dimaksud tidak lepas dari keinginan seseorang untuk mau belajar. Meraih pendidikan yang baik adalah salah satunya.
“Saya disibukkan dengan belajar, belajar dan belajar,” katanya mengenang perjuangan masa kecilnya yang hampir 16 tahun dihabiskan di kota kecil seperti Bondowoso di Jawa Timur.
Kerja keras itu bukan tanpa sebab, Shannaz yang lahir dari keluarga sederhana, ayahnya seorang sipir penjara yang tegas namun berwajah ramah, sementara ibunya adalah seorang guru, membuatnya harus sering-sering mengambil pelajaran kehidupan. Ia kerap menemani ayahnya bekerja di penjara, yang lokasinya tidak jauh dari rumah.
Melihat kondisi demikian, Shannaz terkadang belajar tentang kehidupan, terutama membedakan mana yang baik dan buruk dan menghargai waktu.
Baginya, melihat para narapidana yang menyesal dengan perbuatan mereka dan harus hidup terpisah jauh dari keluarga mereka mengajarkan betapa pentingnya menentukan jalan kehidupan yang benar, selain juga hal itu menguatkan dia untuk keluar dari zona nyamannya, yaitu hidup jauh dari keluarga.
“Ya, selama itu saya bersama orang tua saya dan saya merasa sudah cukup. Jika saya tetap tinggal di kota yang sama, berteman dengan teman yang sama, saya merasa pikiran saya kurang berkembang. Saya perlu keluar dari comfort zone saya, untuk melatih kemandirian dan kedewasaan saya, serta mengolah pola pikir saya,” katanya mulai saat itu ia ingin terus meningkatkan pendidikan, kalau bisa sampai ke luar negeri.
Mengatur Waktu
Kemahiran Shannaz dalam mengatur waktu sudah terlihat saat dia masih duduk di sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Bondowoso dan terdaftar sebagai angkatan pertama program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Tidak hanya mengikuti pelajaran di kelas, perempuan kelahiran 1994 tersebut juga mengambil kelas tambahan, yaitu bidang fisika dan bahasa Inggris dan bergabung menjadi anggota Organisasi Intra Sekolah (OSIS).Untuk mendapat pendidikan kepemimpinan, pada tahun berikutnya, Shannaz berhasil menjadi ketua OSIS dan menyandang predikat juara kelas. Bakat kepemimpinannya terlihat dimana dia berhasil menghilangkan diskriminasi yang muncul karena perbedaan metode antara RSBI dan kelas regular di sekolahnya tersebut.
“Selama saya menjabat sebagai OSIS, saya mampu membawa perubahan, sehingga teman-teman dari RSBI dan kelas lainnya dapat mingle dan bermain bersama tanpa ada batasan kelas RSBI ataupun kelas regular,” tandasnya.
Menyadari itu semua, Shannaz ingin mencari tantangan lebih besar, ia tertarik mendengar cerita dari beberapa orang kakak kelasnya di SMPyang pernah menempuh pendidikan di Sampoerna Academy. Shannaz pun mau mencobanya.
Setelah menempuh pendidikan di Sampoerna Academy, Shannaz pun meneruskan pendidikan di Sampoerna University (dulunya bernama School of Business), di Jakarta, karena adanya program double degree management dengan masa kuliah tiga tahun.
“Saya berpikir, dengan mengikuti program ini, selain saya mendapatkan pendidikan yang lebih baik, saya juga jadi punya bargaining power yang lebih, untuk nantinya saya gunakan dalam mencari pekerjaan,” ujarnya menambahkan bahwa ia bercita-cita ingin bekerja di Bank Dunia.
Perfectionist
Dua tahun pertama, Shanaz menempuh pendidikan di Sampoerna University, yang dilanjutkan dengan setahun pendidikan di IESEG (Institut d'Économie Scientifique et de Gestion) School of Management, di Lille, Prancis. IESEG masuk ke dalam Top Ten Best Business School di Prancis dan menempati rangking 21 untuk Program Master in Management Program Worldwide menurut Financial Times.Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Shanaz pun langsung mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan bidang finance dan statistik, yaitu personal finance, financial market, risk management in bank, dan econometric intermediate and advance.
Meski harus mengikuti kelas hingga malam hari, Shanaz masih aktif dalam kegiatan berorganisasi dan mendirikan Indonesia Link (I-Link), sebuah asosiasi yang menjadi penghubung bagi mahasiswa Prancis yang ingin belajar atau mengunjungi Indonesia.
Selain itu, Shanaz juga menjadi salah satu panitia Euro Olympic 2016, sebuah lomba olahraga bagi pelajar di benua Eropa yang diselenggarakan oleh PPI Prancis, bulan April ini.
Shannaz menyebut dirinya sebagai perfectionist. Ia merasa bersyukur bahwa kerja keras dan pengorbanannya selama 5 tahun belakangan mulai membuahkan hasil.
“Dulu, kamu melihat teman-teman kamu sukses pergi keluar negeri memenangkan lomba dan bersekolah di luar Negeri. Sekarang kamu mampu mencapai semua itu, saya bangga akan saya yang dulu, yang tidak pernah menyesal dan kecewa akan sebuah kegagalan. Saya yang selalu bekerja keras dan memotivasi diri sendiri di setiap saat, tetaplah bersyukur. Work hard in silence let your success make all the noise,” tambahnya.
Dengan beragam prestasi yang diraihnya, Shannaz juga pada tahun 2014-2015 terpilih menjadi USBI Ambassador at DIY Camp Malaysia dan Bloomberg Campus Ambassador. Meski banyak kegiatan akademis dan non-akademis, Shanaz berhasil masuk ke dalam Dean List of Highest GPA.
“Saya hanya berpesan untuk adik-adik tetap semangat belajar dan pantang menyerah, perbanyak teman dan networking, jangan pernah ragu untuk keluar dari comfort zone,” ujarnya.