Opini Pelajar: Pendidikan Indonesia Bisa Semaju Amerika

Senin, 02 Mei 2016 | 11:11
Rizki Ramadan

Kelas Super Bubar

Sebagai pelajar di negara berkembang seperti Indonesia, kita wajib membawa negara ke arah yang lebih baik di masa depan.Sejauh ini, yang dilakukan di sistem , pendidikan di Indonesia adalah membekalkan para pelajar dengan berbagai disiplin ilmu di sekolah. Banyak sekali mata pelajaran yang mesti kita ampu. Hasilnya, nggak sedikit pelajar di Indonesia yang mengeluh tentang sistem pendidikan kita ini. Mulai dari keluhan tentang jumlah pelajaran yang seabrek-abrek, banyaknya tugas dan PR, sampai kurangnya waktu untuk beristirahat dan mengeksplor hobi.

Udah banyak banget pelajar Indonesia yang pergi mengikuti pertukaran pelajar ke negara maju. Gue yakin, para pejabat pendidikan di pemerintah pun udah pernah (atau malah sering?) melakukan studi banding ke negara lain. Seharusnya, sistem pendidikan dari negara-negara maju itu bisa dielaborasi dan diadopsi.

Dari sistem pendidikan di Amerika Serikat misalnya, sebagai alumni program pertukaran pelajar AFS ke sana periode 2014-2015, gue menemukan beberapa hal yang asik untuk diadopsi. Amerika Serikat terkenal sebagai negara yang sangat memperhatikan pendidikannya. Dalam jumlah pelajaran contohnya. Amerika Serikat membebaskan siswanya untuk memilih sekitar 5-8 pelajaran per semester. Walaupun tetap ada beberapa pelajaran yang wajib diambil seperti Matematika, namun sistem ini terbukti membantu siswa untuk lebih mengetahui minat dan bakat

Selain itu, sekolah- sangat memperhatikan siswanya. Biasanya, ada seorang counselor alias guru BK yang ditugaskan ke beberapa siswa tertentu dan siap menampung berbagai keluhan dari mereka. Nggak cuma tentang sekolah, masalah di luar akademis yang berpengaruh pada konsentrasi belajar kita pun bisa banget dicurhatin ke counselor tersebut. Bahkan, di beberapa sekolah pun terdapat psikolog yang siap membantu. Kalau udah gitu, kegalauan siswa nggak perlu sampe tumpah ke media sosial dan menular, kan? Hehe.

Selain Amerika Serikat, berbagai negara lain juga punya berbagai hal yang bisa jadi inspirasi buat sistem pendidikan di Indonesia. Teman gue Yuke Kirana, alumni AFS ke Tiongkok, mengungkapkan betapa di sana istirahat sangatlah dianggap penting. Di Tiongkok, siswa umumnya diberikan waktu untuk tidur siang di sekolah. Menurut Yuke, hal ini sangat membantu karena membantu siswa untuk lebih berkonsentrasi.

Di Italia, ada juga Interrogazione, yaitu semacam ulangan lisan yang punya nilai lebih tinggi daripada ulangan tertulis. Frisca Olivia, alumni pertukaran pelajar ke Italia, mengakui hal ini terbukti efektif buat bikin siswa mengerti konsep dan nggak hanya menghafalkan teori. Selain itu, Bilan Asasia, alumni AFS ke Norwegia, sempat merasakan serunya diskusi terbuka yang diadakan di berbagai pelajaran di sekolahnya disana. Dengan cara ini, menurutnya, siswa jadi terbiasa berpikir kritis dan berlatih berbicara di depan publik. Butuh banget buat diterapin di Indonesia!

Walaupun begitu, hal-hal tersebut pun tentunya harus melalui proses yang panjang untuk bisa kita terapkan disini. Penetapan Kurikulum 2013 yang mendorong keaktifan siswa adalah langkah yang tetap. Tapi bukan nggak mungkin, kan, sistem pendidikan dari luar negeri tadi bisa diadopsi kurtilas ini.

Gue percaya pemerintah nggak bisa kerja sendiri. Tentunya semua lapisan masyarakat harus bekerja sama buat memajukan pendidikan di Indonesia. Semoga dengan banyaknya pembaharuan sistem, pendidikan kita bisa nggak kalah bersaing di masa depan. Majulah pendidikan Indonesia!

Ditulis oleh:

Hasnaa Naila Siswa SMAN 28 Jakarta, Alumni AFS/YES ke Amerika Serikat 2014-2015

Editor : Hai Online