Opini Pelajar: Indonesia Emas, Apa Kabar?

Senin, 02 Mei 2016 | 11:10
Rizki Ramadan

Pelajar itu tugasnya belajar kayak gue, fokus sama cita-cita!

Pemerintah mencanangkan Visi Indonesia Emas 2045. Indonesia Emas dimaknai sebagai kondisi negara yang Maju, Makmur, Modern, Madani, dihuni oleh masyarakat yang berperadaban. Jalan utama untuk mencapai visi tersebut adalah melalui pendidikan. Namun hingga detik ini, apa yang terjadi?

Kurikulum Membingungkan

Selama di masa SMA ini kita mengenal KTSP dan Kurikulum 2013. Dalam prosesnya, Kurikulum 2013 diterapkan tahap demi tahap, nggak langsung diterapkan penuh di semua sekolah. Kemudian di tengah jalan Kurikulum 2013 ditarik, memperlihatkan bahwa Kurikulum 2013 belum siap diterapkan. Setelah itu KTSP diterapkan kembali, malah membuat keadaan semakin pelik. KTSP tidak relevan sementara Kurikulum 2013 setengah matang, mana yang menjadi acuan? Dualisme kurikulum serta dinamika yang terjadi membuat setidaknya satu generasi terkorbankan. Visi Indonesia Emas diliputi kebimbangan.

UN yang Menyimpang

Ujian Nasional sebenarnya menjadi satu wadah bagi peserta didik untuk melatih dan mepraktekkan kejujuran. Tapi nyatanya justru menjadi ladang kecurangan, atau malah mengajarkan kecurangan.

UN selalu dijadikan motivasi utama untuk belajar sekaligus menjadi momok bagi setiap peserta didik. Membuka keinginan peserta didik mendapatkan nilai yang memuaskan, tapi banyak yang melalui jalur instan: kecurangan. Itikad buruk sudah terbentuk, sekarang ditambah lagi dengan sistem yang mengajarkan kecurangan. Dualisme sistem UN (CBT dan PBT) dan kekacauannya membuat kecurangan mudah sekali terjadi. Peserta UN CBT dengan mudahnya mengakses soal PBT yang telah dikerjakan. Kita mengira biasa saja, tapi ternyata 70-80% soal sama!

Tentu, bukan UN-nya yang perlu dihapuskan, melainkan segala macam kecurangan dan kekacauan pada sistemnya. Kalau dibiarkan, Indonesia Emas bakal sekedar harapan.

Orientasi Angka

Saat ini pendidikan Indonesia sangat pragmatis. Yang nilai akademiknya tinggi, pintar. Yang rendah, bodoh. Bimbel yang mengiming-imingi nilai tinggi makin laris. Tujuan sekolah ya mendapatkan nilai baik, dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya, mendapat pekerjaan. Nggak ada bahasan serius di luar 3 hal tersebut. Padahal untuk mencapai “maju, makmur, modern, dan madani”, moral dan keteladanan menjadi keharusan untuk dibudayakan.

Orientasi pada angka membuat pola pikir pendidikan terfokus pada UN dan kelulusan. Terbukti, ketika lulus, peseta didik merasa sangat bahagia. Kemudian berpesta, banyak yang melanggar nilai dan norma, corat-coret dan pesta semalam suntuk contohnya. Menunjukkan bahwa moral tidak dibudayakan dengan baik sepanjang proses pendidikan.

Orientasi pada angka membuat tujuan pendidikan menjadi bias. Indonesia Emas masih sebatas angan-angan.

Banyak kekurangan memang, tapi harapan yang ada lebih banyak lagi. Generasi muda saat ini merupakan generasi yang berkemajuan, yaitu kreatif dan punya inisiatif tinggi. Bakal sangat baik kalau inisiatif dan kreativitas juga diterapkan di lingkungan pendidikan. Kejujuran misalnya, nggak perlu lah kita menunggu pemerintah, generasi muda pasti bisa banget membuat kampanye seru untuk kejujuran. Untuk orientasi belajar, kalau kita berinisiatif membuat event-event kreatif di sekolah pasti nggak ada lagi sekolah hanya untuk ijazah. Visi Indonesia Emas bisa kembali ke jalan yang benar. Dimulai dari kita, generasi muda, generasi berkemajuan, Generasi Indonesia Emas!

Ditulis oleh:

Nabhan Mudrik Alyaum,

Siswa MA Mu’allimin Muhamadiyah Yogyakarta

Editor : Hai Online