Pertukaran Pelajar Harus Kita Coba!

Senin, 04 April 2016 | 12:06
Rizki Ramadan

puspacinantya siswa pertukaran pelajar

“Ditinggal satu tahun karena Ikut pertukaran pelajar itu kayak ketapel, ditarik mundur sedikit, untuk bisa maju lebih jauh,” Ujar Mutiara Baswedan, peserta pertukaran pelajar tahun 2014/2015, kepada HAI pada Open House Bina Antarbudaya (20/03), mengutip ayahnya, Anies Baswedan, yang saat SMA dulu pun pernah mengikuti program serupa.

Ya, diliat dari kemajuan kita di sekolah asal sih, peserta pertukaran pelajar emang kudu rela tinggal kelas selama setahun. Sepulangnya ke Indonesia, kita bakal jadi veteran. Waktu lulus kita mundur.

Tapi kalau dilihat dari manfaatnya, program pertukaran pelajar bisa membuat kita melesat lebih cepat dan lebih jauh dari anak seumuran kita lainnya. “Ikut exchange itu worth it banget. Walau ketinggalan satu tahun, kita dapet pengalaman yang luar biasa,” ujar Mutiara yang ikut program pertukaran ke negaranya Lego, Denmark.

Ichsan Syarif, dari SMAN 60 Jakarta Selatan yang kemarin exchange ke Belgia pun ngaku mendapat banyak banget pelajaran setelah pulang lagi ke Indonesia.

“Gue jadi warga negara dunia, punya teman di mana-mana, bisa bahasa lebih dari dua,” katanya.

Nah, kabar baiknya, saat ini, program pertukaran pelajar sudah buka masa pendaftarannya. Bina Antarbudaya (Binbud) salahsatunya, lembaga yang memfasilitasi pelajar SMA yang ingin ikut program AFS Intercultural Programs siap memberangkatkan para peserta terpilih ke berbagai pilihan negara.

Sejak 1 Maret hingga 15 April 2016 ini, Binbud menerima pendaftaran secara online, tepatnya di seleksi.bina-antarbudaya.or.id. 20 Maret 2016, acara Open House dilangsungkan. Nggak kurang dari 400 pelajar datang untuk cari tahu langsung tentang program seru ini dari mereka yang sudah mengikutinya.

Dari tahun ke tahun, jumlah peserta yang mendaftarkan diri nggak pernah sedikit! Tahun kemarin, jumlah pendaftarnya 960. Dan yang akhirnya berangkat 22 peserta. Di tahun ini, sampai tanggal 20 Maret, disebutkan sudah ada 500 pendaftar.

Ada Yang Berbayar, Bisa Gratis Juga.

Jangan kira program ini gratis, bro! Kita kudu ngajak ortu untuk ngerogok kocek agak banyak nih. Di program regulernya, AFS membutuhkan dana ribuan dolar. Ke Amerika Serikat contohnya, butuh kocek USD 13.500 untuk bisa tinggal di sana selama satu tahun. Sementara negara wilayah Asia kayak Jepang, Cina, Turki, Filipina, India, dan Thailand butuh duit USD 8.700. tentu, itu udah termasuk ongkos tiket pulang pergi dan biaya sekolah.

Tapi, nggak usah risau. Ada juga, kok, jalur gratisnya. YES namanya, alias Youth Exchange and Study. Peserta dibebaskan sama sekali dari biaya. Tapi, quoatnya dikit banget. Karena itu tes seleksinya juga lebih ketat dari biaya.

“Seleksi buat keterima jadi peserta YES itu bisa dibilang agak ketat. paling nggak 7 anak dari 18 chapter Bina Antarbudaya se-Indonesia dikumpulin di Jakarta untuk ikut seleksi nasional yang berlangsung 3 hari. Bedanya dengan tes reguler, di YES ada tes tertulisnya hanya bahasa Inggris, wawancara dengan native english speaker dan tes dinamika kelompoknya nggak hanya sekali tapi sekitar 3 kali,” cerita Puspa Cinantya, siswa SMAN 78 Jakarta, yang sekarang sedang menjalani pertukaran pelajar dengan bersekolah di Oakland Mills High School di Columbia, Maryland

Tag

Editor : Hai Online