Bagi cewek bernama lengkap Intan Syafrini Fazrianti atau akrab disapa Intan, jadi relawanadalah satu cara untuk bikin hidupnya jadi lebih berguna dan bermakna. Karenanya perlu banget buat cewek yang suka melawan api ini untuk berani keluar dari zona nyamannya.
Meski punya wajah manis, Intan ini termasuk cewek mandiri, berjiwa sosial, dan mau bertindak lebih untuk negeri. Oktober tahun lalu, dia berangkat ke Kalimantan dengan misi memadamkan titik api hutan gambut. Siapa coba yang nggak bakalan salut sama doi?
Sejak saat itu, nama cewek kelahiran Bogor, 17 Maret 1996 ini mulai jadi omongan di media sosial. Saat itu ia merupakan satu-satunya relawan dari kaum Hawa yang berangkat ke hutan Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Daya pikat cewek ini juga makin bertambah, setelah HAI mengetahui alasannya berangkat jadi relawan.
“Aku mikir, aku bisa ngelakuin banyak hal di kampus, tapi aku kok ngerasa ada yang salah kalau aku cuma di sini doang bilang pray for ini pray for itu, nggak impact juga. Jadi, ya udah apapun yang bisa aku lakukan, aku mau, termasuk berangkat dan lihat keadaan di sana,” cerita cewek yang punya hobi main basket ini. Salut!
Intan mengaku, kebiasaan membantu sesama itu datang dari orang tuanya. Sejak kejadian tsunami tahun 2004 dulu, Intan juga ikutan sibuk membantu ibunya menyiapkan dan mengirimkan bantuan barang ke Aceh. Semasa SMA, doi juga aktif mengajar anak-anak lewat Sanggar Barudak setiap akhir pekan. Sampai saat ini, Intan juga masih aktif di beberapa kegiatan sosial seperti Perpustakaan Jalanan dan juga Sekolah Relawan.
Bukan Ikut-Ikutan
Sebetulnya kita bisa kayak Intan. Sukur-sukur bisa turun langsung. Tapi, jangan asal terjun dan ikut-ikutan ya, pasalnya membantu di lokasi bencana kalo nggak siap an nggak bisa-bisa apa-apa, yang ada lo yang nyusahin relawan lain di sana.Sebelum memutuskan buat jadi relawan, kita harus sadar dulu akan keadaan Indonesia sendiri. Biar apa? Biar kita nggak cuma ikut-ikutan aja, bro, jadi relawan.
“Sebenarnya kita ini adalah cerminan 20 tahun Indonesia ke depan, kalau sekarang kita kayak gini keadaannya, bisa kebayang 20 tahun lagi kita kayak apa. Ya, ada beberapa tipe orang yang bisanya demo, ada yang bisanya birokrasi, ada yang kayak aku, yang bisanya turun langsung,” ucap cewek yang masih berkuliah di Politeknik Media Kreatif Jakarta ini.
Menurut Intan, sebagai bagian dari masyarakat yang mau peduli, kita juga sebaiknya nggak hanya memprotes berbagai pihak atas apa yang terjadi. Soalnya, sikap penuh kecaman itu nggak akan berdampak besar. Lebih baik, kita segera tentukan sikap buat bertindak.
Sesuaikan Dengan Kemampuan
Nggak salah, kok, kalau kita nggak bisa bantu sebuah bencana dengan turun langsung ke lokasi kejadian. Di proyek sosial apa pun dan di mana pun, kita bisa aja bantu dengan berbagai cara.“Kemarin banyak kok orang-orang behind the scene-nya Sekolah Relawan. Banyak yang donasi uang, oksigen, ada yang sibuk nyebarin informasi. Sederhana, sih, tapi karena itu orang-orang kan jadi lebih banyak yang tahu dan bantu. Nggak harus turun dengan tenaga. Dengan otak, atau pikiran, dari posisi mana-mana pun kita bisa bantu,” akunya.
Kalau kita tetap mau bantu tenaga, tapi kita bingung bisa berbuat apa, tenang! Soalnya, Sekolah Relawan yang jadi tempat Intan bernaung suka rutin mengadakan pelatihan untuk relawan. Kita bisa ikutan dan kemudian tahu kemampuan kita ada di mana. Wah, coba deh mulai cari infonya!
Sadar Kalau Pasti Capek
Namanya berbuat sosial, kita harus sadar kalau kita bakalan capek! Apalagi kalau dengan menyumbang tenaga.“Kita harus ikhlas. Jangan mikir jadi relawan itu enak. Yang paling pasti kita tuh bakalan capek. Ada, sih, enaknya, tapi lebih baik jangan mikirin enaknya dulu,” pesan cewek yang mengidolakan Dian Sastro ini.
Menurut Intan, meski capek nggak bisa lagi dihindari, tapi selama kita udah niat dan punya tekad yang bulat, capeknya nggak bakal berasa, kok.
Jangan Takut Diledekin
Kebanyakan orang emang sekarang suka nyinyir kalau lihat ada temannya yang berjiwa sosial dan sibuk bantu sana-sini sampai-sampai melupakan urusan pribadi.“Ya cuekin aja. Aku, sih, daripada dengerin kayak gitu, mending langsung jalan aja. Karena kita yang bertindak, punya satu poin lebih dari mereka yang cuma ngomong-ngomong doang. Aku, sih, nggak bakalan dengerin dan nggak mau jawab juga,” ceritanya.
Intinya, kalau mau bantu, tetap bantu aja. Apapun caranya, mau diledekkin apa nggak, kan, niat kita baik.Jadi, jangan takut kalau dicengin!