Kenapa mahasiswa nagri banyak yang kerja part time? Pertama, untuk nyari duit tambahan, lumayan bisa untuk jalan-jalan, nambah biaya hidup, atau nabung untuk dirupiahin di kemudian hari.
Alasan kedua, ya karena ada masanya hari-hari kita nggak penuh sama kuliah. Kalau ada kesempatan, kenapa nggak. Nah, berikut resep ampuh gimana kuliah di luar negeri sambil kerja part time, catet!
Kerja Kasar? Nggak Serendah Yang Dikira, kok!
Kesannya, kerja kasar itu rendah banget. Padahal, kalau dilihat hasilnya, lumayan banget untuk nambah uang jajan atau tabungan.
Lagipula, walau namanya ‘kasar’, tapi kerjaan ini ringan, dan nggak makan banyak pikiran. Cocok untuk disambi kuliah.
“Kebanyakan pekerjaan yang tanpa membutuhkan keahlian khusus seperti pelayan café, staff bakery, loper koran, cleaning service, atau karyawan magang di pabrik atau perusahaan yang paling gampang dimasuki,” ungkap mahasiswa yang bekerja menjadi karyawan packaging produk (Verpackung Hilfe) di Jerman bernama Nurul Fatimatun Khasanah, mahasiswa Teknik di Internationales Studienkolleg Kaiserslautern Univetsity of Applied Sciences.
Beda Negara, Beda Aturan Kerja. Pelajari baik-baik!
Kuliah sambil kerja memang menyenangkan apalagi gajinya per jam bisa mencapai sekitar 8$-12$ atau sekitar Rp 100.000-180.000.
Tapi inget kalau sebagai mahasiswa perantau pun kita ada pembatasan jam kerja karena visa kita membatasinya. Jadi cek dengan detail negara kita dulu, baru bekerja.
Di Amerika misalnya, “Mahasiswa Internasional kerjanya cuma boleh di lingkungan kampus itu pun 20 jam per minggu karena visa nya pun mengatur demikian, tapi kalau masih kurang bisa kerja freelance yang sifatnya bukan ke lapangan kayak jasa design di apartemen atau kos gitu asal nggak ketahuan aman-aman aja kok dan uangnya ditransfer ke rekening bank di Indonesia,” repet Dion, salah satu mahasiswa Illustration di Ringling College of Art and Design USA yang bekera di departemen publikasi kampus dan freelance design.
Tentu, aturan ini beda-beda di tiap negara.
Bisa Inggris itu bagus, tapi bahasa Lokal juga perlu!
Bekerja itu sama halnya dengan menyatu dengan masyarakat sekitar yang kita singgahi saat kuliah di negeri orang. Sehingga semakin kita bisa berkomunikasi menggunakan bahasa lokal semakin mudah pula kita mendapatkan pekerjaan.
Contoh nih Layyin Nafisa Arifin yang bekerja menjadi Bakery Staff di Jepang. “Penguasaan bahasa lokal memang jadi nilai plus, makanya aku kalau di kampus pakai bahasa internasional (english), tapi kalau udah diluar kampus alias di masyarakat dan di tempat kerja terbiasa memakai bahasa lokal atau Jepang, bakalan lebih aman!” beber Mahasiswi Ritsumen Asia Pasific University.
Pintar Bagi Waktu. Prioritaskan Kuliah.
Kalau udah dapet kerja jangan kebablasan ya, inget tujuan awal kita hijrah ke negara tersebut adalah untuk belajar bukan kerja. Jadi, prioritas kita ya tetep school comes first.
“Paling penting sebenarnya gimana caranya pinter bagi waktu aja sih kalau udah kerja. Jadi misal kalau udah deket-deket masa ujian gitu ya jangan masukin shift kerja part timenya, mending break dulu 1 sampai 2 minggu dan make sure masukin jadwal part time nya pas beneran kondisi kampus nggak lagi sibuk atau bisa pilih jam weekend atau summer (libur panjang) untuk part time alias cari duit tambahan”, masih dari Layyin Nafisa Arifin cewek berhijab yang kuliah di jurusan Accounting and Finance ini.
(Penulis: Rasyid Sidiq)