Masinis, Tugas Mulia Kala Hari Raya

Jumat, 05 Februari 2016 | 10:55
Hai Online

Masinis

Hayo, ngaku! Siapa di sini yang dulu punya cita-cita jadi masinis? Atau tunjuk tangan, deh, siapa yang kalau lulus nanti berniat sekolah di Akademi Perkeretaapian Indonesia demi menggeber lokomotif-lokomotif terbaik Tanah Air.

Yap, kalau ditengok, profesi masinis itu terkesan gagah. Gimana nggak, seorang masinis dibebani tanggung jawab buat mengoperasikan sebuah lokomotif yang beratnya berton-ton yang juga menarik beban gerbong berisikan manusia maupun barang.

Buat penggemar angkutan KA, jelas profesi masinis sangat memudahkan kita yang harus pergi ke daerah satu ke daerah lain dalam waktu singkat. Apalagi kalau sudah tibanya hari raya seperti lebaran ataupun natal di mana penumpang KA sudah pasti membludak.

“Bangganya jadi masinis itu adalah ketika kamu jadi satu-satunya orang yang diandalkan saat hari raya misalnya Lebaran atau Natal. Nggak apa-apa deh para masinis nggak bisa lebaran. Yang penting bisa angkut masyarakat buat berlebaran,” kata pak Purwanto, masinis Daerah Operasi VI Yogyakarta.

Secara teknis, nggak ada yang sulit buat seorang masinis mengoperasikan kereta api. Lantaran, sistemnya pengendaliannya hanya gas dan rem serta tinggal mengikuti jalur yang sudah ada.

Nggak heran sih, banyak yang menyepelekan tugas sang masinis. Apalagi kalau dibandingkan dengan profesi serupa, pesawat terbang yang juga menggunakan kontrol arah untuk mengendalikan pesawat.

Tapi jangan sekali-kali meremehkan tugas seorang masinis. “Ya, jujur lebih sulit belajar naik sepeda daripada mengoperasikan lokomotif. Lima menit saja diajarin, sudah bisa kok. Sulitnya bukan dalam mengerakkan lokomotifnya itu sendiri. Tapi justru memprediksi seberapa lama perjalanan yang harus ditempuh, seberapa kencang kereta harus melaju di titik-titik tertentu, presisi saat memberhentikan kereta sampai mengawasi sinyal sampai sesuatu yang merintang di atas rel,” tegas masinis yang sudah bertugas sejak 2009 sebagai masinis.

“Contohnya saat melakukan pengereman. Dengan kecepatan 90 kilometer per jam, kami harus menurunkan kecepatan sampai nol sepanjang satu kilometer. Itu kami harus tahu soal presisinya,” tambahnya.

Nggak cuma itu. Waktu yang ditempuh juga nggak bisa dibilang pendek. Dalam sehari, seorang masinis wajib banget menempuh 2 KA (Pulang-pergi) 6-10 jam kerja. Intinya kalau lagi dapat dinas, bisa nggak pulang dua hari.

“Komitmen sih kuncinya. Kamu harus cintai kereta api sejak awal karena kalau dirasa berat ya berat. Jadi harus komitmen dengan kereta api. Karena bisa pulang 2 hari sekali dan buat kita yang sudah berkeluarga lumayan berat,” tuturnya.

Pendidikan Militer

Kalau dilihat faktanya, nggak perlu sekolah tinggi-tinggi buat jadi seorang masinis. Buat lulusan SMK jurusan otomotif atau teknik mesin, kamu tinggal daftar masuk jadi karyawan PT KAI untuk mendapatkan pendidikan perkeretaapian di BPPT (Balai Pendidikan dan Pelatihan Traksi).

Tapi nggak secepat itu bisa jadi masinis. Seorang calon masinis harus menjalani beberapa tahapan seperti magang di bagian Perawatan Kereta Api (DEPOT) sebelum mengajukan sertifikasi buat posisi asisten masinis.

Dari asisten juga nggak bisa langsung jadi masinis. Lantaran, seorang calon masinis harus memiliki jam terbang minimal 2000 jam di Jawa dan Sumatera.

“Di situ lah sulitnya. Semuanya adalah soal pemahaman peraturan perusahaan dan undang-undang yang berlaku serta tanggung jawab kita terhadap ribuan nyawa orang yang menumpang.

Nggak heran sih, tiap calon masinis mendapatkan pendidikan militer di awal karirnya. Mereka akan di karantina selama beberapa hari untuk digembleng kualitas mental dan fisiknya sebelum resmi diangkat sebagai staf PT KAI.

Bagaimana soal gaji? Nggak muluk-muluk kok. Seorang masinis senior dihargai jasanya Rp 9 juta perbulan dan itu merata di seluruh Indonesia, tentu saja mendapatkan fasilitas seperti mess hingga rumah.

So, tertarik buat jadi masinis?

Tag :

Editor : Hai Online