Sabtu, 30 Januari 2016. Layar handphone menunjukkan pukul 22.05 WIB. Sedikit kaget karena waktu benar-benar berputar cepat. Nggak pakai basa-basi lagi, HAI langsung memanaskan motor dan seketika meluncur ke SEPSIS Studio di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Yap, studio tersebut adalah tempat dimana Deadsquad melakukan sesi rekaman untuk drum.
Kurang lebih setengah jam perjalanan, akhirnya HAI tiba di studio yang berbentuk seperti rumah biasa di dalam kompleks. Pas banget, pagar rumah terbuka cukup lebar dan ada seorang yang (mungkin) merupakan seorang penjaga studio. “Mas, bener ini studio tempat Deadsquad rekaman?” tanya HAI kepada cowok yang berpostur tinggi kurus itu. Ia pun merespon, “iya bener. Masuk aja.”
Setelah diberi izin untuk masuk, HAI langsung memarkirkan motor di teras rumah yang cukup luas tersebut. Terdengar sayup-sayup suara tertawa cukup keras dari dalam. Ketika melangkahkan kaki ke ruang tengah studio, semua mata melihat ke arah dimana HAI sedang berdiri. “Wih, ayo masuk sini!” sambut Andyan Gorust dengan sangat ramah.
Tanpa ragu, HAI pun mendekat ke arah meja dimana Gorust, Stevi Item,dan Alan beserta beberapa kru Deadsquad. “Daniel sama Coki kemana?” tanya HAI heran, karena emang sedari tadi kedua orang tersebut nggak terlihat bahkan nggak terdengar suaranya. “Iya, nggak ada mereka. Kalo Daniel besok mungkin kesini,” jawab Stevi. Dengan sangat ramah, gitaris yang biasa disapa Tepi ini mempersilakan HAI duduk bareng melingkari meja.
Kelihatannya semua orang disini udah nggak lagi berkutat dengan musik. Sang penggebuk drum, Gorust terlihat santai duduk sambil menghisap rokok sembari meminum minuman bersoda yang tersedia di meja. “Hari ini udah beres nih rekamannya, untung lo datengnya malem, jadi bisa santai ngobrolnya, nggak mumet dan nggak serius-serius banget haha,” ujar Gorust.
Suasana semakin cair, ketiga personil yang ada di studio tersebut pun semakin leluasa bercengkrama dengan HAI. “Sekarang baru take untuk drum dulu sih, udah dari hari Kamis kemarin sebenernya. Kurang lebih drum itu pake delapan shift. Ini baru shift ke-6, besok masih ada dua shift lagi,” tutur Stevi. Gorust langsung menimpal, “udah beres semua sih, tinggal satu lagu lagi, rencananya Minggu baru mau direkam lagi, sengaja disisain, biar besok abis take drum terakhir, abis itu cek ada revisi apa nggak, biar nggak mumet banget, mood-nya enakan buat ngobrol kalo sekarang mah haha.”
HAI pun mulai leluasa, nggak ada lagi rasa canggung untuk ikut minum bersama mereka. Sembari bercanda, Stevi menceritakan secara gamblang segala hal di album Tyranation. “jadi, album ini sebenernya penggabungan dari semua ide dan interest masing-masing personil. Terlebih buat Daniel. Dia dari dulu pengen banget punya album yang groovy, yang naik turun temponya,” curhat gitaris yang juga bermain di Andra & The Backbone ini.
Penasaran, HAI pun terus mengorek info tersebut. “Daniel itu membayangkan sesosok yang cocok untuk menggambarkan musik kita di album ini, Mada namanya. Ntar bisa dilihat di artwork album sama pas launching party-nya. Ditunggu aja yak,” jelasnya.
“Nih liat tangan gue, kapalan semua, di album ini, drumnya gila banget,” bocor cowok bertato ini. “Makanya sekarang gue nggak mau take dulu, disisain, sekarang gue istirahat dulu aja,” tambahnya. Keasikan ngobrol, nggak terasa udah pukul 00.30, Stevi dan Gorust merapikan semua alat perangnya dan bersiap untuk pulang. “Cabut dulu deh ya, besok main lagi aja kesini, ngobrol-ngobrol lagi, besok ada Daniel juga tuh,” pamit Stevi sebelum meninggalkan studio. Nggak lama, HAI yang berpamitan ke semua orang yang ada disana, Gorust, Alan, dan kru serta manajer Deadsquad. “Hati-hati di jalan ya, besok main kemari lagi aja, bro!” saut Gorust.
Benar-benar hangat suasana sesi rekaman drum album Tyranation ini, nggak ada gap sama sekali. HAI pun berencana untuk kembali keesokan harinya untuk melihat Gorust menyelesaikan tugasnya. Sayang, hujan deras mengguyur yang memaksa HAI untuk nggak berangkat ke studio. Mungkin di sesi rekaman selanjutnya, HAI bakal ikut “ngerusuh” lagi hehe.