Pilih mana, hidup seru atau hidup enak?
Oke, HAI kasih penjelasannya dulu. Hidup enak itu adalah hidup nyaman, hidup aman, hidup tanpa beban. Apa yang lo butuh, bisa terpenuhi. Sementara hidup seru adalah hidup yang sering diselingi tantangan, tapi tantangan yang selama ngejalaninnya bikin kita seneng.
Kalau lo bisa mempertimbangkan kedua pilihan ini, berarti lo adalah orang beruntung. Nggak kayak tokoh Siti di film SITI karya sutradara Eddie Cahyono. Dia hidup di antara dua hal yang bentrok, harapan dan kenyataan. Harapanya, ia pengen hidup enak. Tapi nyatanya, hidupnya lagi tragis banget. Penuh tantangan, tapi nggak juga bikin Siti ngerasa seru. Nggak kayak kamu, pilihan yang Siti punya hidup enak atau hidup sendu.
Dan mana ada manusia yang mau hidup sendu melulu.
Siti adalah perempuan 24 tahun, punya anak satu bernama Bagas, punya mertua bernama Darmi, dan punya suami lumpuh bernama Bagus. Siti juga punya satu hal lagi yang nggak kalah besar: hutang warisan suaminya. Sebelum sakit dan berujung lumpuh, Bagus yang kerja jadi nelayan memiliki hutang cukup besar untuk bikin kapal. Kini, mau nggak mau, hutang itu dibebankan pada Siti seorang.
Siti tinggal di rumah gubuk di pinggir pantai Parangtritis Yogyakarta. Awalnya ia hanya bekerja sebagai penjual peyek jingking, namun karena kian dikejar penagih hutang, Siti bekerja sebagai wanita pemandu di tempat karaoke. Bagi Siti itu adalah cara terakhirnya untuk dapat uang, bagi Bagus suaminya, itu adalah akhir hubungannya dengan Siti. Bagus mengunci mulut, ogah bicara satu kata pun sejak itu, betatapun aksinya bikin Siti makin ngerasa kesulitan karena nggak ada teman berbagi.
Sebenarnya, Siti bisa saja terus memilih bersabar dengan kehidupannya itu, dan terus merawat suaminya, andaikan saja ia nggak punya pilihan.
Siti ditaksir mas Gatot, polisi lokal yang langganan juga mampir ke tempat karaoke tempat Siti kerja. “Kurang apa coba mas Gatot, rumah punya, motor juga punya. Nggak kayak bojomu (suamimu),” kata Wati sahabat Siti.
Pokoknya, kalau Siti menerima tawaran mas Gatot untuk menikah dan meniggalkan mas Bagus, hidup Siti dijamin enak.
Film yang menang kategori Film Terbaik di FFI 2015 ini menceritakan hari Siti yang kelam. Di antara hitam putih—seperti tonal film ini—Siti mencoba jadi wanita tangguh. Nuansa yang dark serta musik score yang juga melengking menuntun kita untuk ikut sendu bikin kita ngerasa bener-bener jadi Siti. Ikut ngerasain kegalauannya, kesedihannya, serta kekesalannya terdahap hidupnya yang serba tragis itu. Siti ikut percaya ibunya kalau Tuhan nggak pernah tidur, tapi ketidakadilannya yang ia rasakan membuat ia menganggap kalau Tuhan lagi piknik. Dan kita dibuat memaklumi pikiran itu.
Coba tonton film 95 menit ini, lalu tentukan, jika kamu menjadi Siti, siapakah yang akan kamu pilih, mas Gatot yang bakal bikin hidup kamu nggak jadi gagal total, atau mas Bagus yang setia tapi ternyata bikin nasib kamu terasa jelek melulu? Baca:3Hal yangBikinKamuMenyesalNggakNontonSiti
Apapun itu, pokoknya jangan memilih minuman keras oplosan seperti yang juga dilakukan Siti. Bikin sakit perut, dan asa surut!
Selamat menonton! film yang awalnya nggak direncanain masuk bioskop besar, sejak 28 Januari ini udah tayang kok!