Think before you got ink(ed). Pasalnya tato bukan soal bikin gambar di tubuh biar terlihat lebih keren. Di balik itu semua, terselip beberapa konsekuensi yang harus siap kita terima.
Seni yang satu ini bisa dibilang sebagai seni tua yang nggak habis dimakan zaman. Ya, dari dulu sampai sekarang, orang-orang dengan kulit bergambar (baca: tato) selalu ada di sekitar kita.
Motif dan gambarnya pun bermacam-macam. Ada yang punya tato bergambar simbol-simbol suku atau keagamaan, sampai gambar-gambar lucu lengkap dengan kombinasi warna-warni yang memikat hati. Semua ada!Baca:Risiko Hapus Tato
Makanya nggak heran kalau nggak sedikit dari kita yang kemudian tertarik untuk menghiasi tubuhnya dengan beragam gambar yang diminatinya. Alasannya pun bermacam-macam. Mulai dari merekam sejarah, pengen terlihat keren, sampai ada yang sekadar iseng atau ikut-ikutan kayak salah satu teman kita, Juki (nama samaran).
“Gue bikin tato baru tahun kemarin (2014), sih, waktu gue kelas XI tepatnya. Pas gue bikin, awalnya emang karena iseng dan pengen nyobain aja,” buka salah satu warga SMA di Yogyakarta.
Berbeda dengan Juki. Rian (nama samaran) mengatakan bahwa ia mulai merajah tubuhnya lantaran pengen tampil beda dari teman-teman sebayanya. Itu sebabnya, salah satu warga SMA di daerah Tangerang ini bahkan sudah mulai menato sejak masih duduk di bangku SMP. Serius?
“Iya serius. Awalnya, sih, gue lihat tato teman. Dari situ gue tertarik, soalnya tato punya nilai seni yang menurut gue unik dan beda dari seni yang lain. Ya, lewat tato, gue juga pengen tampil beda dari teman-teman,” lanjut Rian.
Ya, zaman sekarang, alasan orang menato tubuhnya, nggak jauh dari mengubah penampilan. Buat mereka, tato jadi semacam media untuk aktualisasi diri.
Kalau kita melihat sejarah, seni merajah tubuh ini sudah lebih dulu ada dan diaplikasikan oleh suku-suku tua di dunia, salah satunya adalah orang-orang Mentawai dan Suku Dayak, Indonesia. Baca:Tato Favorit 4 Musisi
“Awalnya, tato digunakan sebagai penanda status, sampai strata. Namun, makin ke sini, tato sudah jadi gaya hidup. Menurut gue, sih, itu nggak masalah, karena itu bentuklife experiencesetiap individu, terlepas dari maksud dan tujuannya nanti seperti apa,” ujar Iky Nata, salah satutattoo artist. (Rasyid/Eko/Agassi/Rian)