Udah pada nyadar belum, kalau dari dua album yang udah Tulus rilis, yakni Tulus (2011) dan Gajah (2014), semua liriknya ditulis sendiri sama sang penyanyi?
Yap, bener banget! Selain jago di bidang arsitektur karena doi adalah lulusan Teknik Arsitektur Universitas Parahyangan Bandung, penyanyi satu ini emang lihai soal nulis lirik aduhai.
Kalau misalnya kita perhatikan setiap liriknya dengan seksama, semua lagu Tulus ini seolah sedang bercerita. Musiknya juga nggak absen buat jadi pendamping yang apik. Nggak heran kalau akhirnya semua karya yang dihasilkan pria satu ini selalu berhasil membawa pendengarnya ‘masuk’ ke dalam setiap alunan nada.
“Kalau lagi ada ide terlintas yang lagi pengen kita ceritain, itu bisa sangat cepat sih kita menulis liriknya. Rata-rata lirik itu emang cepet biasanya bikinnya. Saya bergerak dari mau cerita apa, ada ide cerita apa, menulis lagunya jadi lebih mudah. Intinya, saya selalu mulai dari saya mau cerita apa, bukan mau bikin lagu apa.” jelas penyanyi yang berhasil memenangkan The Best Male pada HAI Reader’s Poll Music Award 2015 ini.
Menurut Tulus, cara yang paling efektif buat menulis lirik adalah mencari hal apa yang ingin kita ceritakan. Terus, kita juga harus sudah menetapkan lawan bicara yang sudah kita tegaskan dari awal. Kita mau bercerita lewat lagu ini sama satu orang aja, atau sama orang banyak, atau malah sama diri sendiri. Dari sana, kita pasti lebih mudah buat mengembangkan lirik. Selain itu, mood juga pasti ngaruh banget sama penulisan lirik lagu.
“Mood pasti pengaruh banget. Ada seniman yang punya lingkungan kerja kondusif saat punya kondisi hati yang ekstrem. Saya sendiri, biasanya bisa di kondisi yang ekstrem begitu. Kalau nggak seneng banget, ya sedih banget. Punya situasi yang kondusif buat berkarya, intinya.” tandas musisi yang juga aktif di gerakan ‘Jangan Bunuh Gajah’ yang diinisiasinya sendiri, bekerjasama dengan WWF.
Well, cara Tulus bisa kamu praktekkin nih kalau lagi mau nulis lirik. Yuk!