A Thousand Miles in Broken Slippers: Mimpinya Satu tapi Ditolak Melulu

Selasa, 29 Desember 2015 | 04:15
Hai Online

Leo Consul dalam peluncuran A Thousand Miles in Broken Slippers

Mimpi Leo cuma satu, lepas dari kemiskinan. Sayangnya Leo yang dianggap Ampon atau anak haram bukan cuma harus dililit benang kemelaratan, ia juga tidak lepas dari kebencian dan penolakan orang-orang. Namun begitulah kisah Leo, ia tetap berjuang, melawan dan menerjang.

I didn't fail, success just didn't come easy.” Begitu kata Leo Consul waktu membuka kisah nyata perjuangan hidupnya di novel berjudul A Thousand Miles in Broken Slippers yang diterbitan oleh Gramedia Pustaka Utama. Kisah Leo dari memakai sandal jepit usang sampai menjadi seorang bintang ini diceritakan ulang penulis kawakan Indonesia Rosi L. Simamora.

Buat yang belum mengenal sosoknya, Leonardo Jabadan Consul atau sekarang ini lebih dikenal sebagai Leo Consul merupakan seorang presenter, model iklan, penyanyi (mantan boyband), VJ MTV dan juga chef celebrity_masih dalam persiapan katanya. Nah, sebelum menjadi semua itu, dulunya Leo merupakan seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah internasional swasta di Jakarta. Mundur ke belakang lagi, ia merupakan seorang lulusan Sarjana Komunikasi dari Universitas di Filipina.

Yang nggak banyak orang tahu, jauh sebelum itu, Leo merupakan seorang bocah miskin dari Bolinao, Filipina. Ayahnya pekerja serabutan, sedangkan ibunya tukang cuci dan pedagang asongan. Sejak Leo berumur 8 tahun, dia sudah jadi pemulung dan tukang bersih bus antarkota yang singgah di daerahnya.

Untuk sekadar membersihkan bekas muntahan para penumpang bus saja, Leo kerap mendapat penolakan karena harus bersaing dengan teman-temannya yang juga rebutan menjadi tukang bersih-bersih bus Philipine Rabbit 2267. Penolakan lainnya datang silih berganti bahkan sejak sebelum Leo lahir, ketika melanjutkan sekolah, ngampus dan menjadi artis pendatang baru.

Meski ditolak melulu, sebenarnya Leo punya satu simbol kesuksesan yang sejak lama dipegangnya, ia pun selalu punya cara bagaimana bisa bangun lagi dan terus menyentuh simbol kemenangannya itu.

Kisah Leo mengejar simbol kemenangannya yang ribuan mil jauhnya itu bakal membuat kita merinding karena terharu dengan daya bertahan Leo. Apalagi dengan rasa kata-kata yang dituang Rosi Simamora, kita semakin merasakan betul kegetiran Leo di masa lalu dan belum lama ini.

“Potongan hidup yang memilukan namun sangat inspiratif. Sebuah novel yang pastinya bisa bikin kamu kagum dan menangis,” kata Afgansyah Reza usai membaca A Thousand Miles in Broken Slippers.

Bacalah juga deh, kita bisa belajar dari orang yang ditolak melulu namun akhirnya tahu kalau ada dua golongan pemenang di dunia ini: golongan pertama adalah mereka yang berhasil mewujudkan mimpinya dengan mengenakan sapatu mahal dan golongan kedua adalah mereka yang mewujudkan mimpinya hanya beralaskan sandal usang.

Baca Juga: 5 Buku Keren Tentang Perjalanan yang Cocok Nemenin Akhir Tahun ini

Tag

Editor : Hai Online