Dalam tahun 2015, setidaknya ada lima film bencana yang pernah ditayangkan di bioskop Indonesia, diantaranya San Andreas, Into The Storm, Everest, The 33, dan yang terbaru The Wave.
The Wave, meski terbilang baru tayang, ternyata film asal Norwegia ini punya cerita nyata bencana dahyat yang lebih dulu kejadian daripadacerita-cerita bencana yang mendasari film-film sebelumnya. Tepatnya pada tahun 1934, sebuah daerah di Norwegia yang bernama Geiranger dihantam ombak tsunami yang meluluh-lantakkan daerah tersebut
Peristiwa bencana alam tersebut menginspirasi lahirnya film berjudul The Wave. Hanya saja, Roar Uthaug, selaku sutradara mengubah settingnya menjadi lebih ke masa kini, dimana ada banyak GPS dan alat-alat canggih pendukung profesi geologis, Kristian, sang tokoh utama.
Yap, Kristian (Kristoffer Joner) merupakan seorang geologis di Geiranger yang baru saja akan pindah ke kota besar untuk bekerja di perusahaan minyak. Sebagai ahli Geologi, Kristian ternyata cukup sulit meninggalkan Geiranger, terlebih teman-temannya di sebuah kantor seperti Badan Metereologi dan Geo Fisika (BMKG)-nya wilayah Geiranger.
Meski hari itu adalah hari terakhir Kristian bekerja, ia tetap saja masih mengulik beberapa data yang diterima timnya soal fenomena yang terjadi di gunung Arkeneset belakangan. Kepindahan Kristian dan anak-anaknya ke kota pun harus tentunda sementara, sebab Kristian amat sangat gelisah dengan pekerjaan yang ditinggalkannya.
Terlihat, Kristian memang geologis yang punya passion di bidangnya, untuk itulah ia seakan punya firasat bahwa akan ada kejadian alam yang bisa membahayakan daerahnya.
Benar saja, ia bersama timnya telah menemukan bahwa pendeteksi air di beberapa titik di gunung batu tersebut hilang ditelan bumi. Alat kontrol di ruangan kerja mereka pun mencatat sejumlah kerusakan yang terjadi. Meski sempat mengecek lokasi yang rusak, dengan kemampuan Kristian membaca data yang lebih cermat, ia memprediksi aka nada tsunami yang akan terjadi.
Dari sinilah, kita mulai merasakan ketegangan film sambil mengetahui beberapa cara menyelamatkan diri jika terjadi gempa dan tsunami. Seperti juga film-film bencana lainnya, secara tidak langsung beberapa hal yang dilakukan Kristian dalam menghadapi bencana seakan membuka mata penonton bagaimana harus bersikap dengan benar.
Namun yang namanya film, pasti saja ada bagian yang mengajak penonton untuk merasakan suasana tegang dan ikut dalam kepanikan. Apalagi, film ini cukup sukses memberikan efek-efek CGI yang menjadikan kita merasakan apa yang dirasakan para pemerannya.
Kabarnya, untuk membuat efek film ini terasa nyata, konon pembuatan film ini telah menghabiskan lebih dari 40.000 liter air setiap hari untuk membuat adegan tsunami. Selain itu, para aktornya juga melakukan sendiri semua adegan tanpa adanya pemeran pengganti.
Yang seru, meski dialognya berbahasa Norski, penonton bisa belajar teknik-teknik penyelamatkan diri, keluarga dan baru orang lain. Ya, meski ada pelajaran yang seharusnya nggak dipetik di bagian istri Kristian menyelamatkan nyawa anaknya, tetap saja ada beberapa kondisi yang mau tidak mau harus dilakukan meski itu pahit. Yang jelas, menonton The Wave, penonton bisa lebih peduli sama lingkungan sambil tetap siaga dan waspada menjadi warga bumi di manapun berada.
Nah, karena film ini bekerja sama dengan Kedutaan Besar Norwegia di Indonesia, kalian yang niat menonton film The Wave bakal mendapat kesempatan juga menyelematkan habibat alam di Indonesia. Pasalnya, seluruh hasil penjualan tiket The Wave di bioskop Tanah Air rencananya akan didonasikan bagi Borneo Orangutan Survival Foundation untuk penanaman kembali hutan di Kalimantan yang sempat terbakar beberapa waktu lalu dan juga untuk membantu pembangunan tempat konservasi orangutan di Kalimantan Tengah.
Selamat menonton!