Striker Paris Saint-Germain, Zlatan Ibrahimovic, memetik pelajaran soal toleransi dari latar belakang kedua orangtuanya. Dia mengatakan hal tersebut saat membicarakan efek insiden bom dan serangan di Paris, Jumat (11//11/2015).
Ayahnya, Sefik Ibrahimovic, berasal dari Bosnia, sedangkan ibunya, Jurka Gravic, berkebangsaan Kroasia. Keduanya memulai hubungan ketika sama-sama beremigrasi ke Swedia.
Dengan latar belakang tersebut, Ibrahimovic nggak mengkhawatirkan persepsi masyarakat Prancis terhadap dirinya.
"Bagi saya, ini nggak mengubah apa-apa. Ayah saya adalah seorang muslim, sedangkan ibu saya beragama Katolik. Segalanya tentang respek. Begini saya bertumbuh dan belajar. Ini saya," tutur Ibrahimovic.
Saat insiden Paris terjadi, Ibrahimovic sedang menunaikan tugas negara bersama Swedia. Mereka melakoni dua partai play-off Piala Eropa 2016 melawan Denmark.
Ibrahimovic nggak memungkiri bahwa serangan di Paris turut memengaruhi fokusnya membela Swedia. Sebab, dia meninggalkan istrinya, Helena Seger, dan dua orang anaknya di sana.
"Setiap menit, ada hal baru terjadi. Pada hari berikutnya, saya harus menjalani pertandingan. Sangat sulit untuk fokus ke pertandingan karena saya memiliki kerabat yang sangat dekat," ujar dia.
Kekhawatiran tersebut nggak lantas membuat Ibrahimovic berpikir untuk pindah klub. Dia mengaku betah memasuki tahun keempatnya bersama PSG dan mendukung rencana klub untuk menunjukkan solidaritas kepada korban serangan Paris.
Pada laga kontra Malmo yang notabene klub pertama Ibrahimovic, Rabu (25/11/2015), PSG bakal mengenakan seragam bertuliskan "Je Suis Paris" di bagian dada.
"Saya bermain sepak bola dan mencoba melakukan yang terbaik, yaitu membuat orang-orang bahagia. Hidup ini harus tetap berlanjut," ujarnya.
Yuk, selalu belajar bertoleransi.
Baca Juga:
Kata For Revenge, Jakarta Kota Yang Penuh Toleransi
Ibrahimovic: Saya Selalu Lapar, Lapar, dan Lapar!
Ke Stamford Bridge, PSG Tanpa Ibrahimovic