Getol mengeja sejak taman kanak-kanak membuat kita rajin membaca sampai dengan tamat SMA. Sayangnya, kuliah sedikit berbeda. Kebiasaan membaca tetap ada, cuma buku-buku kuliah bukan favorit mahasiswa.
Fakta ini ditemukan dalam jajak pendapat terhadap mahasiswa di 6 kota besar, yaitu DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Medan dan Makassar. Dengan jumlah responden 667 mahasiswa, survei ini dikelola Harian Kompas pada 8-9 Agustus 2015 untuk mewakili gambaran membaca mahasiswa Indonesia.
Hasilnya cukup menggembirakan karena mahasiswa berkewajiban membaca setiap hari untuk menambah pengetahuan. Namun saat ditelurusi lebih dalam, tampaknya tidak banyak mahasiswa yang yang membaca bacaan serius untuk kebutuhan akademik mereka.
Dalam angka, kebiasaan membaca mahasiswa ini bersaing ketat dengan penggunaan teknologi informasi komunikasi. Makanya hampir 40 persen mahasiswa kekinia ternyata paling sering membuka internet dan mencari bacaan berupa artikel berita maupun artikel ilmiah. Bisa jadi, daring (dalam jaringan atau online) menjadi cara paling mudah dan gampang dilakukan mahasiswa untuk mengisi waktu sambil mendapat informasi.
Terbukti, Baptista Ezra DS, mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, lebih memilih menggunakan buku elektronik (e-book). Sesekali, dia mencetak beberapa halaman yang penting untuk bahan kuliahnya.
"Aku jarang beli buku kuliah, paling kalau lagi butuh, ya meminjam mahasiswa senior yang punya. Lebih sering pakaie-book, termasuk untuk ujian akhir semester. Sekarang, kebanyakan mahasiswa membawatabletuntuk kuliah," kata Ezra.
Untuk mendapatkan buku elektronik yang diperlukan sebagai bahan referensi kuliah, Ezra mendapat dari temannya atau mengunduh dari internet yang menawarkan layanan gratis. "Biasanya, aku lebih sering belajar dari bahan yang dikasih sama dosen, baru kalau perlu tambahan bahan, mencari darie-book," kata Ezra lagi.
Meski begitu, Ezra mengakui, perpustakaan di kampusnya masih tetap ramai. "Banyak buku yang belum ada versie-book. Jadi, tetap bisa mencari di perpustakaan," ujarnya.
Baca Buku tapi…
Mahasiswa tenryata masih suka membaca buku-buku cetak, tapi yang paling sering dinikmati mereka adalah bacaan fiksi, baik berupa novel maupun komik. Ini jadi bacaan kedua mereka setelah artikel di online, yaitu sebanyak 23,7 persen mahasiswa memilih bacaan tersebut. Buku teks berupa fiksi masih dinikmati mahasiswa sebagai pengisi waktu luang di sela-sela perkuliahan dan kegiatan kampus.
Nah, mau tahu berapa angka jelas mahasiswa yang menyukai buku teks perkuliahan atau buku pengetahuan umum? Jumlahnyua hanya dibaca 22,5 persen mahasiswa. Ini cukup memprihatinkan mengingat seharusnya mahasiswa memperkaya kognisi dan wawasan mereka dengan bacaan yang bermutu, tidak instan atau dangkal di permukaan.
Demi Tugas Kuliah
Fakta lain yang juga menunjukkan kebiasaan membaca mahasiswa adalah mereka melakukannya demi tugas kuliha. Bahan bacaan sejenis jurnal ilmiah (9 persen) dan pencarian artikel instan d internet (39 persen tadi) dijadikan bahan referensi untuk mengerjakan tugas kuliah.
"Mahasiswa sekarang banyak yang malas membaca dan mengambil jalan pintas. Mereka hanya meng-copy paste dari internet. Ini merusak tradisi intelektual," ujar seorang dosen di sebuah universitas negeri, Hendri Restuadhi, seperti dilansir kompas.
Menurut Hendri, kebiasaan instan mengandalkan internet untuk mencari referensi tugas kuliah ini yang menjerumuskan mahasiswa ke dalam budaya malas dan bisa berdampak menurunkan daya analitis dan kemampuan kritis.
Apa kalian termasuk mahasiswa atau calon mahasiswa yang kurang membaca buku literasi?