erkadang waktu kita lagi bikin pensi, kendala yang sering dan pasti menghampiri adalah masalah dana. Mau bikin pungutan tentu nggak boleh.
Yaudah deh, kebanyakan panitia pensi pada akhirnya selain ngandelin sponsor, memilih untuk meminta sumbangan. Tapi boleh nggak sih minta sumbangan?
Pasalnya beberapa waktu lalu, ketika surat edaran dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, yang tepatnya diterbitkan 16 Januari 2015 dengan nomor 3/SE/2015 ini bikin sejumlah guru-guru di Jakarta berpikiran bahwa meminta sumbangan itu nggak boleh.
Buat sekolah-sekolah yang setuju dengan aturan Dinas Pendidikan Jakarta ya tentu aja pasti bakal menganggapnya sebagai pungutan liar. Tapi sah-sah aja tuh buat sekolah-sekolah lainnya (yang beruntung guru-gurunya mendukung seratus persen), seperti di SMA Pangudi Luhur Jakarta.
Sekolah satu ini emang sekolah swasta, tapi para warganya punya anggapan kalau seharusnya di mana aja sekolahnya, sumbangan dana untuk sebuah acara kreatif itu sah-sah aja.
”Buat PL Fair tahun ini memang dana kita nggak gede kok, karena bikin acaranya di sekolah. Tapi buat cari dana, selain ke sponsor kita juga minta sumbangan ke orang tua siswa sih. Sekolah emang ngebolehin,” terang Tegas Sosi, ketua PL Fair 2015 berambut gondrong.
Sekecil apapun skala acara atau pensinya, sah-sah aja kok buat minta sumbangan ke orang tua. Seperti yang terjadi di SMAN 9 Surabaya ketika menggelar pensi kecil-kecilan untuk merayakan HUT Astronix yang pertama. By the way, Astronix itu ekskul astronominya mereka.
Bashroni sang ketua bilang kalau sumber uangnya itu berasal dari kocek masing-masing anggota dan sumbangan dari beberapa pihak. Maklum mereka nggak dapet sponsor, jadi mereka mengandalkan donasi dari orang tua dan beberapa pihak lain. ”Semua hasil patungan anak-anak Astronix dan acara bisa berjalan lancar. Alhamdulillah kita bisa undang personil 5 Romeo dan Big 3 Indonesian Idol 2008, beserta pembicara astronomi dan beberapa artis lainnya,” terangnya.
Pak Luhur Dharmawan, selau pembina Astronix bilang, sumbangan dana yang dikumpulkan sukarela itu sah-sah aja lantaran nggak memberatkan siswa. ”Intinya tidak ada paksaan ataupun beban kepada siswa. Selain itu pihak sekolah juga kasih bantuan dana juga kok,” tuturnya.
Sejauh sumbangan itu bukan buat pribadi atau pihak-pihak tertentu, dan hanya ditujukan buat bikin acara sekolah sah-sah aja. Kira-kira begitu yang disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pak Asianto Sinambela.
Pria berkacamata ini mengatakan sah-sah aja kok minta sumbangan. Bahkan seperti apapun caranya anak sekolah cari duit, sah-sah aja. Asal balik lagi ke acaranya seperti apa.
”Kalau acaranya dibuat megah-megah dan cuma mengincar ’wah’ saja, ngapain? Menurut saya baiknya bikin aja itu lomba pidato, talkshow, atau yang lain selain pensi. Kreatif itu kan bukan cuma bikin acara musik. Tapi memang untuk mencari dana untuk itu, nggak mesti lewat sponsor. Toh kalau ada orang tua murid yang bekerja di salah satu perusahaan sponsor, justru bagus karena akan lebih terbantu kan?” terangnya waktu ditemui di kantornya di Gedung C, Kemendikbud, Sudirman, Jakarta beberapa waktu lalu.
Beliau juga memberi contoh, supaya bisa cepat dapat sumbangan adalah dengan membuat proposal yang memiliki tanda tangan resmi dari pihak-pihak sekolah atau punya lisensi tertentu.
”Kalau di Amerika itu anak-anaknya minta sumbangan pakai proposal yang ada tanda tangan resmi panitia dan pembimbingnya. Terus saya lupa ada semacam lisensi gitu, itu yang bikin banyak perusahaan di sana berebut untuk memberikan sumbangan. Ya kalau di sini sih, untuk minta sumbangan semacam itu saya sah-sah saja. Toh, namanya juga sumbangan bukan pungutan. Dikasihnya juga sukarela,” jelas pria ramah ini panjang.