GIGI: MUTUAL RESPECT

Kamis, 21 Januari 2010 | 10:24
Erick Tobing

GIGI MUTUAL RESPECT

Proyek soundtrack Sang Pemimpi bukanlah pertama kalinya Gigi mengerjakan musik untuk film kan? Apa yang bikin beda kali ini?

Bukan. Kami udah pernah beberapa kali bikin proyek soundtrack. Dulu, di film Brownies, kami membuat paket satu album soundtrack. Jadi seluruh lagu yang ada di album itu adalah Gigi. Sisanya, kami pernah beberapa kali ikutan di beberapa soundtrack film.

Bedanya, kalo dulu itu kami ikutan di soundtrack film, dengan modal lagu yang udah ada. Jadi lagu Gigi yang udah ada, dicomot buat ikutan jadi soundtrack film. Nah kalo sekarang nggak gitu sistemnya.

Kami benar-benar membuat dari nol lagu Sang Pemimpi ini. Dan semuanya benar-benar dibikin berdasarkan film tersebut. Bisa dibilang made by order lah.

Made by order?

Ya. Karena Mira Lesmana minta lagunya dibikin berdasarkan interpretasi kami terhadap filmnya. Jadi kami dikasih nonton potongan filmnya dulu, terus bikin liriknya juga harus baca novelnya dulu.

Apalagi, Mira juga bilang dari pertama, kayak gimana lagu yang dia pengen. Jadi udah ada pakem-pakemnya. Meskipun emang urusan kreatifnya sih tetap ada di Gigi. Mira cuma ngasih rambu-rambunya aja.

Kenapa band sekelas Gigi mau ngambil proyek made by order gitu? Kalo gitu, ini pengalaman pertama Gigi ikutan proyek dengan sistem kayak gitu?

Iya, ini yang pertama Gigi ikutan dengan sistem kayak gitu. Karena itu juga lah kami mau ngambil proyek ini. Kami pengen nyoba. Bisa nggak sih kami bikin lagu dengan sistem kayak gitu? Alhamdulillah bisa ternyata. Kami ngelihatnya lebih sebagai tantangan sih. Sepanjang karir Gigi, baru sekarang ini kami bisa nyoba.

Selain itu, kami juga respek banget sama Mira. Film-filmnya selalu punya sesuatu yang beda. Selalu keren film-filmnya. Kami sebenarnya udah pengen bikin soundtrack filmnya Mira dari jaman Laskar Pelangi dulu. Tapi ternyata nggak jadi. Dan sekarang Gigi dapat kesempatan lagi. Kenapa nggak?

Apalagi Mira juga ternyata seorang penggemar musik Gigi. Dari dulu Mira selalu nonton kalo Gigi manggung. Mira juga beli merchandise di salah satu konser Gigi. Jadi sama-sama respek lah.

Gimana dengan liriknya? Apa ada pakem dari Mira juga?

Nah, ini juga lucu nih. Awalnya Armand kan baca novelnya dulu, buat dapetin ceritanya. Biar bisa interpretasi cerita di novel ke dalam lirik. Begitu selesai, Armand langsung bikin liriknya. Pas lirik selesai, dikirim ke Mira.

Ternyata Mira punya pendapat lain. Menurutnya liriknya terlalu berat, terlalu dewasa. Mira pengen yang agak light, nggak cemen, tapi gampang dimengerti. Nah, Mira nyoba ngerombak lirik bikinan Armand.

Begitu dikirim balik ke Armand, ternyata lirik yang dibikin Mira cocok juga di lagunya. Yaudah, pake lirik itu akhirnya. Lucunya, Mira tetap nulis bahwa lirik lagu itu bikinan Mira dan Armand. Padahal Armand sempat bersikeras kalo lirik itu harus ditulis sebagai ciptaan Mira. Tapi menurut Mira, tetap dasar dari lirik itu dibikin Armand. Dan Mira cuma melakukan sedikit modifikasi.

Susah nggak sih bikin proyek dengan sistem kayak gini?

Susah-susah gampang ya. Soalnya namanya musisi kan kadang kreatifitasnya nggak bisa dibatasin. Tapi untung kami bisa lah ngejaganya. Gampang jadinya. Karena Mira udah bilang mau lagu yang kayak gimana. Dia sempat bilang mau lagu yang keras. Mau lagu yang nuansanya kayak singel Gigi yang Ya Ya Ya. Nah, ya kami menggunakan itu sebagai acuannya.

Setelah nonton filmnya, apakah menurut kalian lagu tersebut cocok dengan filmnya?

Wah, pas kami nonton premiernya, kami kaget juga. Ternyata emang cocok dengan nuansa film, dan cerita filmnya. Lagunya agak keras, tapi tetap bernuansa Gigi. Liriknya disesuaikan dengan filmnya, tapi tetap masih ada Gigi-nya.

Mungkin karena awalnya kami nonton potongan filmnya dulu, jadi begitu disandingkan dengan filmnya, kami ngerasa lagu itu cocok banget. (Irvin)

Editor : Erick Tobing