Untuk masalah fashion iconic JHF yang lekat dengan batik, sebenarnya itu muncul secara tak disengaja. Awalnya adalah ketika Rotra harus nge-rap selepas bekerja dan masih menggunakan batik yang melekat di tubuhnya. Lama-kelamaan itu menjadi hal yang natural mereka lakukan, sekali lagi tidak ada tendensi dalam hal ini.
"Itu terjadi dengan sendirinya, tidak ada tendensi untuk kemudian menjadi kontemporer untuk menjadi Jawa, menjadi Jogja. Fashionnya sangat natural," saut Kill The DJ yang mempopulerkan lagu atas sindiran kasus Anggodo tempo lalu, Cicak Nguntal Boyo (cicak makan buaya, RED). Dan dia juga menambahkan, batik yang mereka kenakan adalah batik sederhana dengan potongan standart khas kemeja, batik motif asli bukan batik kontemporer.
Terbukti mantra jawa yang mereka tebarkan sudah menebar bius dimana-mana. Dalam tour New York yang mereka jalani kemarin, selain bisa menghadiri block party di distrik Bronx, dimana rap musik lahir di sana, berfoto bersama para legenda dan menikmati attitude yang kasar khas distrik Bronx, bisa dikatakan juga ini adalah naik Haji Hip Hop. Mereka juga mendapatkan oleh-oleh proposal tour 10 kota di New York di tahun 2012 mendatang.
"Tapi sebenarnya bagi kami proposal yang terpenting dalam hidup adalah karya. Meski Kita nggak pernah menyusun proposal secara serius juga tapi yang penting beraksi secara serius" tutup Marzuki yang mengaku Jogja Istimewa adalah anthem list yang harus mereka bawakan dalam setiap pertunjukan di manapun berada.