Awas! Jangan Remehin Mahasiswa Jenis “Kupu-Kupu” Seperti Ini

Rabu, 09 Mei 2018 | 14:05

HAI-Online.com - Julukan mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, sering bikin mereka makin cuek sama kehidupan tongkrongan kampus. Tapi bukan berarti mereka nggak bisa bikin sesuatu yang berhubungan dengan kreativitas. Bagi mereka, kreativitas nggak sebatas ruang UKM.

Sebagai mahasiswa, pastinya punya kegiatan segudang, baik di dalam dan juga di luar kampus, tapi masih ada hubungannya sama kuliah. Contohnya kalau di dalam kampus ya kuliah, bikin tugas, dan sebagainya. Kalau di luar kampus, lebih banyak lagi, ikut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM, semacam ekskul di sekolah) dan tentunya, nongkrong.

Masalahnya, nggak semua mahasiswa yang aktif di kegiatan-kegiatan tersebut. Kalau soal kuliah, sih, nggak mungkin ditinggalkan, karena wajib. Tapi, kalau masalah ikutan UKM dan nongkrong sepulang kuliah, nggak sedikit yang absen. Mahasiswa tipe ini biasa disebut sebagai mahasiswa kupu-kupu alias kuliah-pulang kuliah-pulang.

Nah, dengan minimnya kegiatan, mahasiswa kupu-kupu ini sering banget dibilang nggak produktif. Bayangin aja, seusai perkuliahan, bukannya bersosialisasi dengan teman-teman lainnya dengan nongkrong dan ikutan UKM untuk menambah soft skill, mereka lebih memilih untuk pulang ke rumah atau ke kosan. Jadi, kesan nggak produktif semakin melekat pada mahasiswa kupu-kupu ini.

UDAH TAU BELUM?Cerita Kuliah Kerja Nyata: Belajar Adaptasi di Tempat Baru

Eits, ternyata nggak semua mahasiswa kupu-kupu itu nggak produktif, lho! Contohnya Pradipta dan Afdil. Sama-sama menyandang status sebagai seorang mahasiswa, keduanya pun memiliki habit yang sama, yaitu langsung pulang setelah kuliah.

Bedanya, apa yang mereka lakukan setelah pulang kampus bukan hanya santai-santai di kamar sambil nonton tivi. Mereka punya kegiatan yang mematahkan stigma negatif terhadap mahasiswa kupu-kupu. Bisa dibilang, mereka bergerilya di luar kegiatan seputaran kampus.

Pradipta misalnya. Cowok yang aktif sebagai mahasiswa di Institut Musik Indonesia ini jarang banget meluangkan waktunya untuk ikutan UKM di kampusnya dan bahkan bisa dihitung dengan jari berapa kali dalam lima hari perkuliahan doi nongkrong.

Minimnya kegiatan cowok yang akrab disapa Dipta ini di seputaran kampus bukan berarti ia nggak produktif. Yap, sebagai mahasiswa jurusan musik, tentunya kesibukannya nggak jauh-jauh dari bidang musik. Dipta aktif bersama dua band sekaligus, Rocket88 dan Distrugger.

“Gue lebih memilih konsen kumpul sama band sih, soalnya banyak hal yang gue bisa kembangin disini ketimbang nongkrong atau ikut UKM,” ungkap cowok berambut keriting ini. Dengan dua band yang ia nahkodai, pastinya banyak hal yang ia lakukan, diantaranya adalah membuat lagu dan rekaman di studio.

“Tentunya bikin lagu dan rekaman memakan banyak waktu, jadi gue bukannya nggak mau ikutan UKM atau nongkrong, tapi lebih menyesuaikan sama kebutuhan di band aja,” papar Dipta bijak.

Kalau Afdil beda lagi. Meskipun sama-sama produktif di luar kegiatan kampus, tapi apa yang mahasiswa Sastra Inggris Universitas Padjadjaran ini mempunyai kesibukan yang berbeda dengan Dipta. Doi lebih aktif di kegiatan import sepatu. Yap, Afdil mempunyai kesibukan dalam mengimport sepatu branded ke tokonya, JAVASTORE.

“Jujur aja, persentase gue nongkrong sama ngurusin kesibukan gue sekarang itu 25:75,” bocor cowok yang hobi futsal ini. Menurutnya, apa yang ia geluti sekarang jauh lebih berguna daripada apa yang banyak mahasiswa lainnya lakukan, seperti nongkrong dan aktif di UKM. “Bukannya nyepelein apa yang kita dapetin dari UKM dan nongkrong, kedua hal tersebut berguna juga kok. Tapi, gue merasa apa yang gue lakuin ini penting banget buat gue ke depannya,” tambahnya.

Nambah Uang Jajan

Kalau di UKM dan nongkrong cuma bisa nambah soft skill dan link, apa yang dilakukan oleh Dipta dan Afdil ini punya nilai lebih yang nggak bisa didapatkan dari kedua kegiatan tersebut, yaitu penghasilan. “Kalo soal link, pastinya tetep ada. Sebagian dari temen-temen nongkrong dulu, sebagian lagi temen-temen baru saat gue menggeluti kegiatan ini,” ucap Afdil.

Yes, melalui toko sepatu hasil import dari luar negeri, ia bisa mendapatkan uang jajan tambahan selain dari pemberian orang tuanya. “Soal soft skill, kegiatan yang gue lakuin lumayan membantu gue kok, gue jadi ngerti proses import eksport. Udah gitu, gue bisa dapet uang dari hasil kegiatan gue ini, lumyana nambahin uang jajan,” lanturnya.

Senada dengan Afdil, Dipta pun menyatakan hal yang sama perihal apa yang ia dapatkan dari kegiatannya tersebut. “Lumayan, kalo ada manggung dimana-mana, buat jajan sama balikin modal rekaman haha,” aku cowok yang ngefans banget sama Guns N Roses ini.

Selain itu, sebagai seorang musisi, Dipta juga memperoleh soft skill yang berkaitan dengan profesinya, musicianship. “Di perkuliahan sih ada pelajarannya, tapi kan teori. Nah, gue dengan band ini lebih ke prakteknya, jadi tahu secara langsung deh apa itu musicianship,” tuturnya santai.

Cuekin Omongan Negatif

Dengan kesibukan yang ditekuninya, Dipta dan Afdil emang harus mengorbankan kebebasannya sebagai anak muda yang notabene masanya untuk senang-senang. Tapi, melihat apa yang didapatkan dari kegiatannya tersebut, mereka pun langsung semangat lagi.

“Emang sih jadi kurang banget waktu buat main, tapi gue yakin apa yang gue lakukan saat ini berdampak besar di karier gue kedepannya,” tutur Dipta antusias. Hal serupa pun terlontar dari mulut Afdil. “Mungkin sekarang emang belum begitu berasa, tapi menurut gue ini adalah proses pembelajaran untuk meraih kesuksesan kedepannya,” ucapnya.

Selain kehilangan masa-masa santainya sebagai mahasiswa, Afdil dan Dipta nggak sedikit mendengar omongan negatif tentang mereka. Nggak gaul lah, terlalu serius lah, dan berbagai kalimat nggak sedap lainnya udah sering mereka dengar.

Tapi, yang namanya bermental baja, apa yang dilontarkan oleh orang-orang sekitar tersebut mereka tanggapi dengan sangat santai. “Gini aja sih santainya, kalo nggak dilatih dari sekarang, mau mulai kapan? Pembelajaran itu nggak hanya dari kampus menurut gue, nggak cuma dari kuliah, ikut UKM, dan nongkrong,” jawab Afdil yang disusul pernyataan dari Dipta, “yang penting, kedepannya gue bisa sukses

dengan jalan yang gue jalani ini. Dibanding ngomongin orang, mending bersikap dengan apa yang diyakini sebagai jalan yang terbaik aja sih kalo kata gue.”

Nah, terbukti, kan, nggak selamanya mahasiswa yang nggak aktif di kegiatan kampus dan di tongkrongan itu nggak produktif? Cerita Dipta dan Afdil di atas menjadi contoh kecil dari sekian banyak mahasiswa yang melakukan hal yang sama.

Intinya, jadi mahasiswa kupu-kupu sih boleh aja, asalkan tetap produktif dan memiliki nilai tambah buat diri sendiri, setuju?

(Penulis: Luqman Hidayat)

Tag

Editor : Rizki Ramadan