Ada nggak lirik yang masih nempel di kepala kamu sejak pertama kali dengar sampai sekarang? Kalau ada, Berarti lagu itu mengandung lirik beracun. Yoi, lirik yang "mengganggu" otak dan kuping kita untuk segera bersenandung. Hebatnya, kadang lagu itu nggak kita suka sama sekali.
Kok bisa ya?
Ya itulah kekuatan kolaborasi lirik dan lagu.Tapi kita nggak mau ngomongin lagu yang ganggu macam "buka dikit josss!" a la acara joged-jogedan itu. Meskipun mulai dari murid TK sampai orangtua pun hafal sampai jogetnya.Itu mah asli gangu beneran! Yang kita omongin adalah lagu yang sering kita denger di radio, bahkan kita bela-belain untuk mengunduhnya.
Seperti teman kita ini misalnya, Octha, kalau biasanya dia mendengar musik-musik dari nagri, saat kumpul bareng teman-temannya, dia mendengar beberapa teman nongkrongnya nyanyi"Could it be love, could it be love, could it be something there I never had, could it be love..."
Yap,itu lagu milik penyanyi cantik Raisa, sudah lama sebenarnya lagu itu mengiang-ngiang di telinganya. Octha pun jadi hafal betul lagunya, bahkan di luar kepalanya.
Di tempat lain, ada Dzulfikar Attras. Belakangan, dia sering mendengar orang-orang menggalau massal yang melagukan lirik yang memohon-mohon untuk"lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia...,"begitu dan terus diulang-ulang, sampai yang tadinya nggakngehsama lagu itu, dia jadi tahu kalau lagu milik Geisha itu lagi laku dan diputar banyak orang.
Dua lagu itu memang contoh dari beberapa lagu yang "nyangkut" di otak. Liriknya dianggap punya "racun" yang kuat, sehingga sukses memanjakan telinga kita.
Benar kalau begitu, menurut bukuMusic and the Mind,yang ditulis oleh Anthony Storr di Inggris, musik memang punya daya mengikat, mengajak, dan bahkan mempengaruhimoodpendengarnya. Apalagi dengan lirik yang dalam, dibalut musik yang asik, lagunya bakal terngiang terus di benak kita.
Coba, deh, dengerin lirik lagu-lagu lokal sekarang. Dari sekian banyak lagu, kalau diperhatikan liriknya sering diulang-ulang. Berbeda dengan zaman keemasan musik kita di tahun 90an dulu. Kalau musisi sudah merangkai lirik, biasanya mereka gunakan teknik yang lebih naratif. Tanpa mendengar penuturan lagunya, membaca liriknya saja kita sudah bisa mendapat cerita lengkap.
Nah, mau tau kelanjutan lirik-lirik yang berbahaya dan beracun, sila cek HAI edisi 11/2014 yang terbit 17-23 Maret 2014.