Interview Eksklusif Dengan Jerinx Superman Is Dead PART I

Rabu, 16 Juli 2014 | 07:28
Rian Sidik (old)

Interview Eksklusif Dengan Jerinx Superman Is Dead PART I

Drummer yang sering menyebut dirinya seorang supir truk ini adalah sosok yang punya pengaruh cukup besar dalam social media, khususnya Twitter. Lewat kicauan-kicauannya di akun @JRX_SID, cowok bernama asli I Gede Ari Astina ini terus melontarkan sikapnya tentang berbagai hal, terutama soal Indonesia.

Beberapa hal yang sering jadi bahan kritisi vokalis Devildice ini diantaranya adalah tentang isu kekerasan di Indonesia, #BaliTolakReklamasi, dan masih banyak lagi. Nggak mengherankan, di penghujung tahun 2013 lalu, HAI memilih dia sebagai salah satu Artists of the Year di tahun 2013.

Ternyata, sikap keras kepala sang drummer yang juga hobi surfing ini masih terus berlanjut, tanpa mengenal waktu dan batasan, dia tetap berceloteh, walaupun sering harus menanggung risiko yang nggak main-main.

Paling anyar, di tahun 2014 ini ia rela "menjilat ludahnya" sendiri, perihal Pemilu. Akhirnya, Jrx memutuskan untuk nggak golput dalam Pemilu Pilpres kemarin. Alasannya simple tapi masuk akal, ia nggak mau sekumpulan orang-orang jahat semakin merajalela memimpin Indonesia.

HAI kembali menampilkan petikan wawancara dengan Jrx ketika ia meraih HAI Artist of the Year 2013. Transkrip wawancara ini akan dibagi menjadi dua bagian. Wawancara ini berceirta tentang banyak hal, Mulai soal Bali Tolak Reklamasi, teror yang sering ia terima, nasionalisme, sisi pribadinya, hingga harapannya untuk Indonensia dan Bali pada khususnya.

Selamat menikmati celotehan sang "supir truk" asal Bali ini.

1. Di tahun ini (2013-RED), anda sangat aktif "berkicau" di social media tentang "Bali Tolak Reklamasi". Bagaimana awal mula cerita anda turut terlibat dalam pergerakkan ini?

"Beberapa tahun terakhir ini saya gerah melihat rumah saya, Bali (terutama Bali selatan; Kuta, Nusa Dua, Seminyak dan sekitarnya) diexploitasi alam serta SDM nya secara membabi-buta atas nama pariwisata. Kemacetan, polusi, sampah hingga masalah kependudukan, semua makin kacau. Masyarakat lokal hanya bisa jadi penonton saat 'potensi' tanah kelahirannya 'dikeringkan' oleh penguasa/pengusaha yang melihat Bali tak lebih dari alat untuk menambah kekayaan dirinya. Isu reklamasi menjadi menonjol karena laut seluas 883 hektar yang hendak direklamasi adalah kawasan konservasi. Efek reklamasi dikhawatirkan menimbulkan abrasi di pantai sekitar Bali selatan serta membunuh ekonomi nelayan/pengusaha lokal yang sudah puluhan tahun mencari nafkah di perairan Tanjung Benoa. Studi kelayakan yang dilakukan para staff ahli dari Universitas Udayana juga jelas-jelas menyatakan reklamasi tidak layak dilakukan. Saya bukanlah aktivis, tapi sejak dulu punya kedekatan dengan kawan-kawan aktivis di Bali khususnya Walhi Bali. Jadi saya selalu berusaha mendukung apapun usaha mereka untuk 'meredam' pembangunan yang ngawur di Bali. Simpelnya, saya sebagai orang Bali hanya ingin ikut serta mempertahankan 'rumah' saya dari nafsu investor/penguasa yang tidak sayang Bali,"

2. Apakah pernah keselamatan anda, teman-teman aktivis lain, bahkan keluarga benar-benar terancam selama aktif dalam "Bali Tolak Reklamasi" ?

"Yep, ada tekanan dari aparat, preman hingga orang-orang berperawakan tegap berambut cepak. Tempat usaha saya didatangi orang-orang mencurigakan yang nanya-nanya dimana alamat rumah saya dan sebagainya, mungkin saya mau dijebak atau dibungkam. Saya punya kawan yang dulu dijebak dan dimasukkan penjara karena memimpin desanya melawan kebijakan penguasa/investor rakus. Jadi hal-hal seperti itu sangat mungkin terjadi pada saya,"

3. Apa alasan utama anda tetap "ngeyel" terus bergerak dengan "Bali Tolak Reklamasi"?

"Saya surfer dan sangat mencintai pantai, tentu saya gak ingin pantai di Bali rusak. Alasan kedua, saya ga rela masyarakat Bali terus-terusan dibodohi penguasa/pengusaha yang hanya mengandalkan argumen "kami akan menyediakan lapangan kerja baru" tapi kenyataannya alam dan struktur sosial Bali perlahan dihancurkan. Nanti kalau alam dan struktur sosial Bali sudah rusak parah, penguasa/investor tinggal jual aset mereka, aman. Nah kita masyarakat lokal hanya akan diwarisi masalah-masalah permanen (krisi air, sampah, abrasi, kemacetan, kependudukan dll). Dengan segala potensi yang dimiliki Bali, masyarakat lokal harusnya jadi tuan di tanahnya sendiri, bukan malah jadi penonton serta kacung orang-orang berduit,"

4. Apakah ada teman-teman musisi, atau selebrtis yang turut anda ajak dalam perjuangan "Bali Tolak Reklamasi" ini? Apa tanggapan mereka?

"Banyak. Mulai dari Iwan Fals, Glenn Fredly, Pandji, St.Loco, Seringai, Happy Salma hingga Kirana Larasati. Mereka semua mendukung gerakan ini tanpa dipaksa/dibayar. Mereka tahu mana yang benar mana yg tidak, dan pada intinya mereka berharap Bali tetap lestari dan tidak menjadi pulau beton. Biarkan Bali menjadi Bali, jangan dipaksa dijadikan Singapore atau Dubai,"

5. Dalam waktu 5 atau 10 tahun ke depan, seperti apa kondisi Bali yang anda harapkan?

"Saya merindukan Bali di era 80-an. Begitu asri dan bersahabat, tidak se-industrial dan se-palsu sekarang. Saya berharap Bali bisa kembali ke masa-masa itu. Pembangunannya tidak ngawur, masyarakatnya masih tulus, turis-turisnya pun datang ke Bali karena kehangatan tersebut. Dengan moratorium pariwisata, itu semua bisa diwujudkan. Batasi hotel/mall/megaproyek, seimbangkan pembangunan, temukan kembali 'rasa khas' Bali yang sudah hilang tergerus industri,"

6. Oke, kalau sedikit berbicara tentang masa kecil anda, apa momen terpenting yang pernah anda lalui saat anak-anak, sehingga bisa menjadi Jrx seperti sekarang?

Saya lahir dan besar di Kuta, di gerbang dan pusat pariwisata Bali. Saya merasakan dibom dua kali. Saya menyaksikan sendiri bagaimana ketulusan masyarakat Bali perlahan sirna karena digilas industri serta politik. Saya melihat orang-orang yang dulunya bahagia ini perlahan menjadi mesin dan mati rasa terhadap potensi yang mereka miliki. Saya juga menyaksikan bagaimana turis-turis yang dulunya sangat bersahabat lama-lama malah memperlakukan kita layaknya budak. Bertindak semaunya. Kita dianggap tidak bisa akan bisa hidup tanpa mereka. Banyak momen-momen penting yg menjadikan saya seperti ini. Banyak sekali.

7. Apa saja kegiatan yang anda lakukan untuk menjalankan program "Bali Tolak Reklamasi" ini?

"Saya mendukung kolektif @Forbali13 (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi) yg terdiri dari aktivis, seniman, pengusaha, mahasiswa, blogger serta penulis yang benar-benar sayang Bali tanpa tendensi politik atau ambisi pribadi lainnya. Gerakan ini murni lahir karena kecintaan kami akan Bali. Hal yang sudah Forbali lakukan: merekam lagu serta video Bali Tolak Reklamasi, aksi turun ke jalan, membuat petisi, mengadakan konser-konser kecil serta lelang karya seni untuk biayai gerakan ini,"

8. Selama aktif menyerang pemerintah lokal lewat "Bali Tolak Reklamasi", apa pernah mendapat teror secara langsung atau di social media?

"Seperti yang saya bilang tadi, teror itu ada. Aparat tiba-tiba mempersulit ijin konser Tolak Reklamasi, konser dan aksi demo kami didatangi ormas berbadan kekar. Dan lucunya di setiap acara musik di Bali sekarang, aparat meminta panitia menandatangani pernyataan yang menjamin tidak ada musisi/band yang menyuarakan tolak reklamasi diatas panggung. Mulai dari aparat hingga preman turun tangan untuk meredam gerakan ini. Sungguh aneh tapi nyata,"

9. Kalau boleh sedikit membahas kehidupan pribadi sang artists of the year, siapakah sosok yang sangat berperan dalam kehidupan dan karir anda?

"Sangat susah menjawab pertanyaan ini. Yang jelas Bali dengan segala isinya sangat berperan dalam kehidupan dan karir saya. Tanpa Bali saya ga akan bisa seperti ini. Saya merasa sangat bersyukur lahir di tanah ini,"

Part 2

Editor : Rian Sidik (old)