HAI-ONLINE.COM – Manajemen Slank pada tiga album pertama mereka ditangani oleh wadah bernama BSP, yang kemudian pada album Generasi Biru (1994) mereka resmi memisahkan diri.
Slank menyatakan resmi berpisah dari Budhi Susatyo, produser untuk tiga album terdahulunya itu sejak album keempat mereka.
Di mana kala itu Indra pernah menyatakan bahwa, “Pulau Biru ini kita bentuk dari berbagai ketidakpuasan,” dikutip dari arsip HAI 44/XVIII/1994.
Baca Juga: Cara Slank Ngakalin Para Pembajak CD Musik: Beri Bonus dalam Album
Dulu, melalui BSP, Slank jumpalitan mengumpulkan sen demi sen dari penghasilannya.
Setiap manggung, mereka cuma menerima honor Rp 50.000,- sisanya ditabung.
“Bayangin, dari setiap show kita cuma dapat RP 50.000, gile nggak?,” ujar Pay kala itu yang turut dibenarkan oleh keempat temannya.
Berdasarkan estimasi, jumlah uang kas Slank hasil patungan sekian waktu itu mustinya nggak kurang dari Rp 80 juta.
Apa yang terjadi?
Begitu dilakukan tutup buku pada akhir tahun, jumlah tersebut menguap entah kemana.
“Waktu kita tanyakan, mereka bilang habis untuk biaya operasi ini itu. Pokoknya buang badan (cuek) segala macam, deh,” kata Indra.
Baca Juga: Abdee Selalu Mimpi Bisa Menembus Gap antara Slankers Formasi Lama dan Baru
Kala itu, Budhi selaku bos BSP nggak menyangkal kalo seorang stafnya pernah melakukan kecurangan.
Tapi dia membantah keras jumlah yang disebutkan Indra tadi.
“Gila! Dari mana mereka dapat angka-angka itu? Saya senarnya udah nggak mau ribut dengan mereka. Tapi kalo memang bersalah, saya siap diadili,” katanya.
Nah, dari pengalaman pahit itulah, Slank kemudian memutuskan untuk bikin manajemen sendiri, dengan divisi yang saat itu langsung dibentuk.