Atasi Masalah Iklim, Universitas Prasetiya Mulya dan IPB Digandeng Pemerintah Kanada

Rabu, 22 Februari 2023 | 15:05
Media Press

Proyek Flood Impacts, Carbon Pricing, and Ecosystem Sustainability (FINCAPES).

HAI-ONLINE.COM – Berkolaborasi bareng Universitas Waterloo Canada, Universitas Prasetiya Mulya aka Prasmul mengambil langkah dalam menyusun proyek mitigasi serta adaptasi perubahan iklim, dalam ‘Flood Impacts, Carbon Pricing, and Ecosystem Sustainability (FINCAPES)’.

Menggandeng Universitas Prasetiya Mulya sebagai mitra lokal dengan total pendanaan 15 juta dolar Canada, FINCAPES menjadi langkah konkrit pemerintah Canada dari hasil pertemuan G20 yang diselenggarakan di Bali pada 16 November 2022.

Diumumkan oleh Perdana Menteri Canada Justin Trudeau pada pertemuan G20 lalu, FINCAPES adalah program kemitraan pemerintah Canada dalam strategi Indo-Pacific, dimana mereka ingin menjalin kerjasama serta hubungan baik dengan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.

Sebagai tanda dimulainya project FINCAPES, bersama dengan Universitas Waterloo, kesepakatan dalam kolaborasi ini direalisasikan pada hari 20 Februari 2023 lalu, di Jakarta.

Media Press

Proyek Flood Impacts, Carbon Pricing, and Ecosystem Sustainability (FINCAPES).

Baca Juga: Bahas Tentang Krisis Iklim, Billie Eilish Ngajak Aktivis Lingkungan Muda Ikut Diskusi Bareng!

Nggak hanya sebagai mitra akademis, Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Dr. Djisman Simandjuntak, menjelaskan bahwa Prasmul juga ikut berkontribusi mengeluarkan dana senilai 750 ribu dolar Canada, sebagai bukti komitmen serta peran mereka dalam mengatasi perubahan iklim.

Selain itu, Djisman menyatakan bahwa dalam kolaborasi ini, Prasmul bakal berfokus pada riset terkait perdagangan karbon (carbon trading), pajak karbon (carbon tax), nilai ekonomi karbon (carbon pricing), dan carbon capital.

Meneurut Djisman, sejak awal Prasmul memiliki model pembelajaran yang berdasarkan pada kolaborasi antar-bidang keilmuan.

Dengan terlibat di dalam FINCAPES, Prasmul akan menerapkan model pembelajaran itu, sembari melakukan capacity building dan mendalami aspek ekonomi dari perubahan iklim.

“Model pembelajaran kami yang teruji sejak lama, bisa direplikasi dan dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk menangani persoalan kompleks seperti perubahan iklim,” tutur Djisman.

Kepala Kerjasama Pembangunan Kanada untuk Indonesia, Kevin Tokar, turut mengatakan bahwa Canada memandang Indonesia sebagai posisi yang sangat penting, terutama dalam hal perubahan iklim.

“Seperti kita tahu, pemerintah Indonesia saat ini punya komitmen untuk melakukan transisi energi demi mengurangi emisi karbon. Pemerintah Kanada mendukung inisiatif baik tersebut,” ungkap Tokar.

Dalam pelaksanaan program FINCAPES, selain Prasmul sebagai mitra utama, Universitas Waterloo turut menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam aspek akademis.

Kolaborasi antar-kampus ini, menurut President dan Vice Chancellor Universitas Waterloo, Vivek Goel, akan berjalan dalam berbagai bentuk.

“Misalnya dengan melakukan riset bersama untuk mencari solusi atas persoalan perubahan iklim, kerjasama dalam hal pendampingan dan capacity building, dan tak menutup kemungkinan jika hal ini akan dilanjutkan dengan pertukaran pelajar antara Indonesia dan Canada, atau sebaliknya,” kata Goel.

Media Press

Proyek Flood Impacts, Carbon Pricing, and Ecosystem Sustainability (FINCAPES).

Baca Juga: Anak yang Lahir Pada 2020 Berisiko Lebih Besar dengan Krisis Iklim

Sementara itu, Direktur dari program Ilmu Statistik dan Aktuaria Fakultas Matematika Universitas Waterloo, Bill Duggan, menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen program utama dalam FINCAPES, yang dirancang untuk meningkatkan dan mempercepat kapasitas Indonesia dalam beradaptasi dan pencegahan perubahan iklim.

Duggan mengungkapkan bahwa pada komponen pertama, kolaborasi ini bakal mengembangkan model risiko keuangan baru yang inovatif untuk membantu pemerintah daerah, industri, dan masyarakat rentan dalam memperkirakan dan mempersiapkan biaya sosial ekonomi yang terkait dengan perubahan iklim, khususnya kerusakan akibat banjir.

Dalam komponen kedua, FINCAPES akan berfokus pada peningkatan upaya penyerapan karbon di Indonesia dengan membantu melindungi dan merehabilitasi lahan gambut dan ekosistem bakau yang kritis.

Bagian dari proyek ini juga akan mengembangkan sejumlah laboratorium hidup bagi para ilmuwan dan mitra lokal untuk mengembangkan dan menguji metode baru, dalam rangka berusaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati.

Sedangkan, dalam komponen ketiga, FINCAPES akan mendukung pengembangan kebijakan tentang pajak karbon dan program pembatasan serta perdagangan karbon yang akan menjadi bagian penting dari pengurangan gas rumah kaca di Indonesia.

Hal ini juga dimaksudkan sebagai upaya 'Mekanisme Transisi Energi' untuk membantu proses transisi Indonesia menjadi negara dengan energi rendah karbon.

Dengan berfokus pada peningkatan harga dan perdagangan karbon, serta solusi berbasis alam, FINCAPES akan membantu transisi Indonesia ke ekonomi rendah karbon dan menjadi tempat tinggal yang berkelanjutan dan lebih sehat.

Upaya ini rupanya sejalan dengan tema adaptasi perubahan iklim yang ditekankan dalam 'Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB', yang berlangsung baru-baru ini di Mesir (COP 27).

“Saat ini kami telah memiliki inovasi seperti Risk Fire System yang dapat memprediksi kebakaran hutan, enam bulan sebelum terjadi. Sehingga risiko kebakaran hutan dapat dicegah," kata Arif Satria, selaku Rektor IPB, dalam kesempatan yang sama.

"Kami juga punya Ecosystem Platform, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi konversi lahan sebagaiearly warning systemalih fungsi lahan yang dapat diterapkan di berbagai daerah,” tambahnya.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya