HAI-ONLINE.COM – Setelah posisinya dicopot dari Slank, entah apa lagi yang bakal menempel di belakang nama kecilnya Pay.
Sebagai gitaris, Pay dikenal punya sound dan melodi yang unik.
Setuju?
Saat pemecatan ketiga personel Slank (Pay, Bongky, Indra), Cowok kelahiran 2 Mei 1970 ini jadi sosok yang paling dicari oleh wartawan kala itu, untuk dimintai komentar.
Dikutip melalui arsip majalah HAI 14/XXI/15 April 1997, cowok bertinggi 175 itu tiba-tiba muncul di markas HAI.
Baca Juga: Kaka Sebut Lagu ‘Ku Tak Bisa’ Slank Nggak Butuh Suara Penyanyi Kontes
Pay brcerita tentang bagaimana duduk persoalan dirinya bersama Slank.
“Udah nggak nyambung. Datang ke sana (jalan Potlot) susah banget buat ketemu sama Bimbim. Udah nggak bisa kayak dulu lagi. Ulang tahun Slank aja gue datang. Nggak bener gue nggak bisa dihubungi,” jelasnya.
Pay menyatakan bahwa sebenernya break dua tahun aja Slank itu masih pantes, karena udah punya lima album.
Karena kondisi kala itu memang nggak bisa dipaksa juga buat jor-joran rilis album baru.
Namun, apa yang dilihat Pay kala itu adalah Slank ngerilis album baru (Lagi Sedih) dan belum ada sesuatu yang baru di dalamnya.
Bagi Pay sendiri, album rilisan Februari 1997 itu memperlihatkan bagaimana Bimbim itu terlalu ambis.
“Gue udah rasain dari dulu, Contohnya waktu dia mendidik Kaka. Kayaknya Kaka memang dipersiapkan untuk pegangan dia, kalo suatu saat ada apa-apa. Dia kan nggak bisa megang kami bertiga (Pay, Bongky, Indra),” paparnya.
Ia menyatakan bahwa hal itu udah dirasa sejak album ketiga Slank, “Piss!”.
Pay juga cerita kalo dirinya menerima surat pemecatan dari Bimbim kala itu, dan yang ada di benaknya adalah kecewa.
“Kok ujung-ujungnya begini? Sebenernya kalo bisa komunikasi, msalahnya kan masih bisa diatasi. Nggak harus begini. Setelah itu kami (Pay, Bongky, Indra) ngumpul di Jackson (studio rekaman). Intinya kami mau membuat pernyataan atas segala yang tercantum di album itu (Lagi Sedih),” pungkasnya lebih lanjut.
Baca Juga: Awal Mula Potlot Jadi Markas Slank: Karena Kalo Main Suka Nggak Pulang
Cowok kelahiran Pematang Siantar itu ngerasa rancu banget atas siapa yang berhak atas penulisan surat pemecatan itu.
Pasalnya, di surat tersebut cuma ada tanda tangannya Bimbim, nggak ada Kaka.
“Sementara dia mengatasnamakan kami. Kami itu siapa? Powerplay banget. Mustinya sebagai teman dia anter sendirilah surat itu,” keluhnya.
Walaupun Pay membicarakan bagaimana kurang enaknya tindakan Bimbim kala itu, ia nggak bermaksud untuk bergabung lagi sama Slank.
“Bagi kami, Slank cukup sampai album kelima. Mendingan bubar aja. Kalo diterusin hasilnya jelek, nanti pertanggungjawaban kami gimana?,” Pay melempar tanya yang agaknya pun nggak butuh jawaban.
Karena walau bagaimanapun, Pay ngerasa bahwa mereka bertiga turut serta membesarkan nama Slank, sedangkan kalo dijalanin sama orang lain menurutnya nggak ada yang bisa menjamin band tersebut.